Arkeolog Beri Bocoran Asli atau Palsu Kerangka Dinosaurus yang Banyak Dipajang di Museum
Ini jawaban arkeolog saat ditanya fosil kerangka dinosaurus yang dipajang di museum asli atau tidak.
Mengamati keajaiban alam adalah pengalaman yang sangat luar biasa, mulai dari siaran langsung migrasi paus beluga hingga mengunjungi kebun binatang pilihan Anda. Namun bagaimana dengan keajaiban spesies yang telah lama mati dan hidup di planet Bumi jutaan tahun lalu?
Mengutip IFLScience, Jumat (19/7), saat mereka melakukan perjalanan ke Natural History Museum, London untuk mempelajari semua tentang Diplodocus perunggu baru mereka yang berkilau, Fern, dan apa yang diperlukan untuk membuat spesimen dinosaurus untuk dipajang.
Berdiri di depan Diplodocus perunggu raksasa yang menyambut pengunjung di Jurassic Gardens museum yang baru, Profesor Susie Maidment, ahli paleontologi di museum, menjelaskan apa yang diperlukan untuk menciptakan spesimen dinosaurus yang dipamerkan.
Fern adalah sebuah keajaiban, dengan panjang 22 meter dan tinggi 4 meter, tetapi juga merupakan replika Dippy the Diplodocus yang terkenal di dunia yang menyambut pengunjung di aula masuk utama museum selama hampir 40 tahun.
Namun, Fern telah dibuat lebih akurat dan ditingkatkan secara ilmiah berkat teknik dan pengetahuan baru yang belum ada ketika Dippy pertama kali tiba di London pada 1905.
Dippy asli ditemukan di Wyoming, Amerika pada 1899, ketika pengusaha jutawan Andrew Carnegie mengarahkan perhatiannya untuk memperoleh tulang-tulang tersebut untuk dipajang di Museum Sejarah Alam Carnegie.
Jadi Tulang Betulan atau Tidak?
Di dalam museum, apa yang disaksikan bisa jadi merupakan kombinasi dari fosil tulang dan replikanya karena berbagai alasan.
Tidak semua kerangka dapat dipajang, ada pula yang lebih bernilai ilmiah untuk dipelajari, sehingga museum di seluruh dunia membuat replika untuk memamerkan kerangka tersebut kepada publik.
Secara hukum, beberapa tulang juga harus tetap berada di negara tempat mereka ditemukan, jadi membuat replika adalah cara yang bagus untuk memamerkan spesies tersebut kepada khalayak yang lebih luas.
Namun jenis dinosaurus Sophie the Stegosaurus, yang menyambut pengunjung di pintu masuk kedua Museum, sebagian besar adalah tulang asli.
Tengkorak aslinya disimpan di belakang layar, namun karena dipotong-potong dan bukannya disatukan untuk dipajang, nilai ilmiahnya lebih besar bagi peneliti yang bisa mempelajarinya secara detail, sehingga kepala yang dipajang adalah replika cetakan 3D.
“Di masa lalu, Anda akan mengambil tulangnya dan menutupinya dengan Lateks atau cairan sejenis karet yang akan mengeras, lalu Anda akan mengupasnya dari tulang dan memasukkan plester Paris ke dalamnya, untuk membuat replika yang persis sama,” ujarnya.