Begini latar belakang pendidikan pendiri startup sukses
Merdeka.com - Saat ini perusahaan-perusahaan rintisan digital atau startup bak jamur di musim penghujan. Muncul sebagai alternative layanan yang menawarakan kemudahan bagi masyarakat. Sebut saja, Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan lain sebagainya. Dari sekian banyaknya perusahaan yang berbasis teknologi itu, ternyata para pendirinya juga dibekali dengan latarbelakang pendidikan tinggi yang terbilang mumpuni dan bergengsi.
Cobalah tilik pendiri Go-Jek, Nadiem Makarim. Nadiem merupakan lulusan Harvard Business School, Amerika Serikat. Harvard Business School merupakan sekolah bergengsi yang terkenal menelurkan lulusan jempolan di dunia. Selain Nadiem, ada juga Ferry Unardi. Dia adalah pendiri dari situs booking tiket, Traveloka. Ferry adalah lulusan dari Purdue University. Sama halnya dengan Harvard, Purdue University juga perguruan tinggi yang sukses menciptakan para lulusan berpengaruh di dunia.
Lantas, apakah semua para pendiri startup lulusan luar negeri? Tidak juga. Kampus-kampus dalam negeri pun tak kalah hebat. Terbukti, beberapa di antaranya banyak yang lulusannya membangun startup. Berdasarkan data riset iPrice, Institut Teknologi Bandung (ITB), Binus University, dan Universitas Indonesia (UI), adalah kampus dalam negeri yang banyak mencetak lulusannya membangun bisnis teknologi. Bukalapak, Tokopedia, Printerous, dan Hijup merupakan di antara para pendirinya memiliki latarbelakang pendidikan tinggi di Indonesia.
-
Apa yang dialami startup di Indonesia? Laporan terbaru yang dikeluarkan oleh Glints dan Monk's Hill Ventures (MHV) mengenai performa perusahaan startup di Asia Tenggara (ASEAN) pada tahun 2024 menunjukkan adanya penurunan gaji bagi karyawan startup, khususnya di Indonesia.
-
Bagaimana cara startup di Indonesia bertahan? Banyak perusahaan yang melakukan penghematan biaya untuk bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi global.
-
Bagaimana mereka merintis usaha? Ketika itu ia hanya memiliki sisa uang Rp500 ribu, yang kemudian digunakan untuk modal usaha kue di rumah. Kondisi ini dirasakan berbeda, ketika dirinya bekerja di bank tersebut.
-
Siapa yang terinspirasi untuk membuka usaha? Usaha ini bermula dari suami Qori yang memiliki ketertarikan dalam dunia kuliner.
-
Siapa yang bisa berkembang di lingkungan perusahaan rintisan? 'Perusahaan rintisan berhasil karena banyaknya gairah dan sedikit sekali proses,' katanya, mengacu pada hierarki yang biasanya dimiliki perusahaan besar.
-
Bagaimana cara memulai bisnis? Deborah mengungkapkan bahwa banyak individu memiliki ide cemerlang, tetapi mereka sering kali tidak tahu cara untuk merealisasikannya. 'Dan ketika mencari investasi bisnis, Anda harus bisa menunjukkan kenapa Anda yang tepat. Itu adalah perbedaan utama, itu yang membuat seseorang menjadi wirausahawan,' ungkapnya.
Achmad Zaky pendiri Bukalapak merupakan alumni dari ITB, Pendiri Tokopedia William Tanuwijaya lulusan Binus University, dan Kevin Osmond dari Printerous juga jebolan Binus University. Dari UI, ada Diajeng Lestari pendiri sekaligus CEO Hijup. Meski begitu, prosentase jumlah antara lulusan luar negeri dengan dalam negeri yang mendirikan perusahaan teknologi, kebanyakan memang dari luar negeri.
Berikut terdapat beberapa infografis dari hasil riset iPrice, tentang latar belakang perintis bisnis baru berbasis teknologi.
Latar belakang pendidikan pendiri startup sukses ©2017 Merdeka.com
Latar belakang pendidikan pendiri startup sukses ©2017 Merdeka.com
Latar belakang pendidikan pendiri startup sukses ©2017 Merdeka.com
iPrice meriset, terdapat 58 orang yang pendiri startup menimba ilmu di luar negeri, sementara 44 orang berlatarbelakang pendidikan tinggi di Indonesia. Walaupun pada dasarnya perusahaan yang didirikan berbasis teknologi, namun yang menarik adalah tidak semuanya para pendiri mengambil jurusan teknologi semisal ilmu komputer. Justru, kebanyakan mereka yang sukses berasal dari lulusan non teknologi. iPrice menuliskan sekitar 58 persen para pendiri startup sukses adalah lulusan non teknologi.
Maklum, kebanyakan orang berfikir bahwa, untuk merintis perusahaan yang berbasis teknologi, mereka harus mengambil jurusan yang berbau teknologi. Namun pada kenyataannya mayoritas dari para pendiri yang sukses tidak mempunyai latar belakang pendidikan teknologi.
Dari 102 pendiri perusahaan rintisan yang sukses, 59 orang mengambil jurusan non-teknologi dan sisanya 43 orang lagi mengambil jurusan Teknologi. Dari 59 orang tersebut, jurusan yang paling banyak diambil adalah Finance (8), Teknik Industri (6), Ekonomi (6), Marketing (5), Akuntansi (4) dan masih ada banyak lagi.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hadirnya ekonomi digital tidak melulu demi pemasukan negara. Manfaat ini juga dirasakan masyarakat yang ingin mengubah nasib hidupnya menjadi lebih baik.
Baca SelengkapnyaProfil lengkap Nadiem Makarim, dari pendiri Gojek hingga menjadi Menteri Pendidikan yang disentil Wapres Gibran soal kebijakannya.
Baca SelengkapnyaBerikut daftar startup unggul versi platform LinkedIn.
Baca SelengkapnyaTren jumlah pendatang baru usai Lebaran atau arus balik adalah naik turun selama empat tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaGibran meminta milenial lulusan S2 untuk menjadi pengusaha. Ketimbang kesulitan mencari pekerjaan
Baca SelengkapnyaBukan hal mudah bagi Aha memulai bisnis, mengingat kedua orang tuanya bukan seorang pebisnis.
Baca SelengkapnyaDi balik nama besar Joglosemar sebagai salah satu moda transportasi umum populer di Yogyakarta, ternyata ada kisah menarik dari sang pemilik.
Baca SelengkapnyaPanji mulai menyadari efek buruk tidak serius sekolah. Ia sulit mendapatkan pekerjaan.
Baca SelengkapnyaMenghadapi krisis butuh kepiawaian startup untuk beradaptasi dalam situasi yang tak mudah.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Haji Isam tercatat sebagai pemilik Jhonlin Group (JG) yang merupakan induk perusahaan dari beberapa unit bisnis seperti pertambangan.
Baca SelengkapnyaBanyaknya pengrajin di Kampung Tarikolot telah membentuk ekosistem industri logam yang besar.
Baca SelengkapnyaStartup yang didirikan para artis ini merambah bidang yang beragam. Mulai dari hiburan, kecantikan hingga kuliner.
Baca Selengkapnya