Demi Roket yang Hemat Bahan Bakar, Peneliti Kembangkan Model Matematis Mutakhir
Merdeka.com - Untuk melontarkan roket ke luar angkasa ternyata butuh bahan bakar dengan jumlah yang luar biasa.
Sebuah pesawat ulang-alik milik NASA yang akan meluncur ke orbitnya, memerlukan lebih dari 3,5 juta pon bahan bakar. Ini setara dengan sekitar 15 ekor paus biru.
Namun, ada sebuah mesin roket baru bertipe mesin detonasi berputar (rotating detonation engine). Mesin ini menawarkan efisiensi bahan bakar dan memerlukan konstruksi lebih ringan dan sederhana ketimbang mesin roket konvensional.
-
Apa saja jenis bahan bakar yang digunakan roket? Di sisi lain, bahan bakar yang dibawa bisa bervariasi, seperti metana, minyak gas untuk roket, hingga hidrogen cair.
-
Mengapa ilmuwan membuat batu bata luar angkasa? Untuk mengatasi masalah tersebut, daripada membawa bahan bangunan jauh-jauh ke Bulan, para ilmuwan berusaha untuk menggunakan bahan-bahan yang ada di Bulan untuk membangun pangkalan di Bulan.
-
Siapa peneliti yang melakukan penelitian ini? Para peneliti mencatat bahwa bias visual mereka ini bahkan mampu memprediksi persentase suara yang akan diterima oleh masing-masing kandidat.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan? Menariknya, para ilmuwan baru-baru ini menemukan salah satu fosil burung terror yang diyakini menjadi yang terbesar yang pernah ditemukan.
Masalahnya adalah mesin ini belum dapat betul-betul diterapkan di roket sebenarnya.
Untuk mesin tersebut, melansir Eurekalert via Tekno Liputan6.com, peneliti di University of Washington telah mengembangkan sebuah model matematis yang dapat membantu insinyur mengembangkan pengujian untuk membuat mesin itu lebih stabil.
"Alih-alih mengajukan pertanyaan teknis, seperti bagaimana mendapatkan mesin dengan performa tinggi, saya mencoba menyusun kembali hasil penelitian kami dengan melihat pola kerja mesin itu, dan ternyata ternyata berhasil," ujar James Koch, mahasiswa doktoral di bidang aeronautika dan astronotika di University of Washington.
Pembakaran Propelan
Mesin roket konvensional bekerja dengan membakar propelan dan kemudian mendorongnya keluar dari belakang mesin untuk menciptakan daya dorong. Sementara mesin detonasi berputar mengambil pendekatan berbeda ketika membakar propelan.
"Itu terbuat dari silinder konsentris. Propelan mengalir di celah antara silinder," kata Koch.
Setelah fase penyalaan, pelepasan panas yang cepat membentuk sebuah gelombangn kejut, sebuah dorongan gas yang kuat dengan tekanan dan suhu yang secara signifikan lebih tinggi yang bergerak lebih cepat daripada kecepatan suara.
Fase peledakan
Secara harfiah proses pembakaran ini adalah peledakan atau ledakan. Namun di balik fase awal ini, kata Koch, "ada sejumlah bentuk dorongan pembakaran stabil yang terus mengonsumsi propelan yang tersedia."
"Ini menghasilkan tekanan dan suhu tinggi yang mendorong pembuangan keluar dari bagian belakang mesin pada kecepatan tinggi, yang dapat menghasilkan daya dorong," tutur Koch.
Mesin roket konvensional sendiri menggunakan banyak mesin untuk mengarahkan dan mengendalikan reaksi pembakaran. Namun pada mesin detonasi berputar, gelombang kejut secara alami melakukan semuanya tanpa bantuan tambahan dari bagian-bagian mesin lainnya.
Sumber: Liputan6.comReporter: Mochamad Wahyu Hidayat
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Semakin besar massa yang dimiliki roket, semakin besar gaya dorong yang dibutuhkan untuk menggerakkan roket ke kecepatan yang diinginkan.
Baca SelengkapnyaMeskipun memerlukan biaya yang cukup fantastis, hal ini sebanding dengan kemudahan yang didapatkan manusia untuk beberapa aspek kehidupan.
Baca SelengkapnyaUsia tak menjadi penghalang seseorang untuk menempuh pendidikan tinggi.
Baca SelengkapnyaAlbert Einstein pernah berpendapat bagaimana cara membuat roket dengan kecepatan 18.000 Mil Per Jam. Namun pendapatnya itu dibantah ilmuwan China.
Baca SelengkapnyaJepang membuka babak baru kemajuan industri luar angkasa usai menguji coba mesin roket dengan bahan bakar yang tak terpikirkan sebelumnya, yakni kotoran sapi.
Baca SelengkapnyaSetelah mendarat di Bulan, langkah berikutnya bagi umat manusia adalah mencapai Mars.
Baca SelengkapnyaRobot AI ini bakal punya kontribusi besar bagi umat manusia bila memutuskan tinggal di Mars.
Baca Selengkapnya"Kita sedang lakukan pendalaman itu segera, supaya memang bisa diambil langkah menyediakan BBM yang ramah lingkungan," kata Arifin.
Baca SelengkapnyaAsap knalpot kendaraan selama ini ternyata penyumbang polusi paling tinggi di Jakarta.
Baca SelengkapnyaIde ini tercetus gara-gara melihat rencana Spinlaunch menggunakan energi kinetik untuk mengirim satelit ke luar angkasa.
Baca SelengkapnyaProduksi minyak ditargetkan capai 1 juta barel per hari (BOPD) di 2030.
Baca SelengkapnyaPemerintah terus berupaya menciptakan produk alternatif BBM yang lebih ramah lingkungan, semisal bahan campuran untuk bahan bakar nabati (BBN).
Baca Selengkapnya