Negara ini Mau Batasi Anak SD hingga SMA Pakai HP
Rancangan undang-undang ini memperoleh dukungan yang jarang terjadi dari berbagai kalangan politik di Brasil.
Pada Senin (13/1), Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva resmi menandatangani undang-undang yang membatasi penggunaan smartphone di lingkungan sekolah, sejalan dengan tren global yang mengarah pada pembatasan serupa.
Kebijakan ini akan mulai diterapkan bagi siswa di tingkat sekolah dasar dan menengah di seluruh Brasil mulai bulan Februari mendatang.
Undang-undang ini memberikan kerangka hukum yang jelas, yang mengatur bahwa siswa hanya diperbolehkan menggunakan perangkat tersebut dalam situasi darurat, untuk tujuan pendidikan, atau bagi mereka yang memiliki disabilitas yang memerlukan akses terhadap perangkat tersebut.
Menteri Pendidikan Camilo Santana menyatakan bahwa anak-anak kini mulai mengakses internet pada usia yang sangat muda, sehingga banyak orang tua merasa kesulitan dalam memantau aktivitas online mereka.
Ia menambahkan bahwa pembatasan penggunaan telepon genggam di sekolah diharapkan dapat memberikan solusi bagi permasalahan ini.
"Kami ingin perangkat ini, seperti di banyak negara lainnya, hanya digunakan di kelas untuk tujuan pedagogis dan dengan bimbingan guru," ungkap Santana, seperti yang dikutip dari AP pada Selasa, (14/1) via Liputan6.
Banyak orang tua dan siswa juga mendukung langkah tersebut. Sebuah survei yang dilakukan oleh lembaga survei Brasil, Datafolha, pada bulan Oktober lalu menunjukkan bahwa hampir dua pertiga responden setuju dengan larangan penggunaan smartphone di sekolah untuk anak-anak dan remaja.
Selain itu, lebih dari tiga per empat responden berpendapat bahwa perangkat ini memberikan lebih banyak dampak negatif dibandingkan manfaat bagi anak-anak mereka.
Sudah Diterapkan
Menurut hasil survei yang dirilis pada bulan Agustus oleh Komite Pengarah Internet Brasil, pada tahun 2023, sekitar dua pertiga sekolah di Brasil telah menerapkan berbagai bentuk pembatasan terhadap penggunaan ponsel.
Sementara itu, 28 persen sekolah melarang penggunaan ponsel secara total. Beberapa negara bagian di Brasil, seperti Rio de Janeiro, Maranhao, dan Goias, telah mengesahkan undang-undang yang melarang perangkat ini di lingkungan sekolah.
Sayangnya, pihak berwenang menghadapi tantangan dalam menegakkan peraturan tersebut. Di Sao Paulo, yang merupakan negara bagian dengan jumlah penduduk terbanyak, pihak berwenang sedang mempertimbangkan larangan penggunaan ponsel pintar di sekolah-sekolah publik dan swasta.
Selama bertahun-tahun, berbagai pihak seperti institusi pendidikan, pemerintah, dan orang tua telah mengaitkan penggunaan smartphone oleh anak-anak dengan masalah serius seperti perundungan, pemikiran bunuh diri, kecemasan, dan hilangnya fokus yang diperlukan untuk belajar.
Di China, tahun lalu telah diterapkan pembatasan penggunaan smartphone untuk anak-anak, sedangkan Prancis melarang penggunaan smartphone di sekolah bagi anak-anak berusia enam hingga 15 tahun.
Larangan ini semakin populer di Amerika Serikat, di mana delapan negara bagian telah mengesahkan undang-undang atau kebijakan yang membatasi atau melarang penggunaan ponsel untuk mengurangi akses siswa terhadap ponsel dan meminimalkan gangguan di kelas.
Di Eropa, semakin banyak orang tua yang khawatir bahwa penggunaan smartphone di kalangan anak-anak dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan mental mereka.
Sebuah laporan yang diterbitkan oleh UNESCO pada bulan September menyebutkan bahwa satu dari empat negara telah membatasi penggunaan perangkat ini di sekolah.
Dalam sebuah sidang Senat di AS tahun lalu, CEO Meta, Mark Zuckerberg, menyampaikan permintaan maaf kepada orang tua yang anak-anaknya menjadi korban eksploitasi, perundungan, atau dorongan untuk melukai diri sendiri melalui media sosial. Dia juga menekankan bahwa Meta terus berinvestasi dalam berbagai upaya industri untuk melindungi anak-anak.