Was-was Asteroid Besar Tabrak Bumi, Ilmuwan Inisiatif Bikin Teori Cegah Musibah Datang
Einstein membuktikan bahwa cahaya dapat dibelokkan oleh medan gravitasi yang kuat, yang kemudian dikenal dengan istilah "lensa gravitasi."
![Was-was Asteroid Besar Tabrak Bumi, Ilmuwan Inisiatif Bikin Teori Cegah Musibah Datang](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/newsCover/2025/1/29/1738108874923-wub0pl.jpeg)
Para peneliti terus berupaya menciptakan teknologi dan metode baru untuk menghindari kemungkinan tabrakan asteroid dengan Bumi di masa mendatang.
Salah satu pendekatan yang inovatif adalah dengan memanfaatkan pembengkokan gravitasi cahaya untuk menentukan posisi asteroid secara akurat dan menilai potensi ancamannya.
-
Bagaimana asteroid diprediksi akan menabrak Bumi? Salah satunya dengan mengamati setiap objek dengan orbit yang mendekatkannya ke Bumi dan menghitung kemungkinan objek tersebut menabrak kita. Ada elemen kekacauan tertentu pada jalur objek-objek ini, sehingga tidak dapat dipastikan sepenuhnya.
-
Mengapa asteroid mengancam Bumi? Jatuhnya asteroid ke Bumi menjadi penyebab kepunahan massal ratusan juta tahun lalu. Di masa sekarang, ancaman asteroid menabrak Bumi juga masih ada karena asteroid adalah benda langit yang jumlahnya puluhan ribu dan kerap menabrak Bumi tanpa kita sadari karena ukurannya kecil.
-
Bagaimana NASA memberi peringatan jika asteroid menghantam Bumi? Planetary Defense Coordination Office akan memberikan pemberitahuan peringatan kepada NASA untuk menyampaikan pesan itu ke Gedung Putih, Kongres, dan lembaga pemerintah.
-
Bagaimana cara mencegah dampak asteroid? Bisa jadi, nuclear explosive decive (NED) atau alat peledak nuklir dilibatkan.
-
Siapa yang memberi peringatan jika asteroid mengancam Bumi? Planetary Defense Coordination Office akan memberikan pemberitahuan peringatan kepada NASA untuk menyampaikan pesan itu ke Gedung Putih, Kongres, dan lembaga pemerintah.
-
Bagaimana dampaknya jika asteroid menabrak Bumi? Jika tabrakan terjadi, energi yang dilepaskan diperkirakan setara dengan 50 juta TNT, yang dapat menimbulkan kerusakan lokal yang signifikan.
Menurut laman Phys yang dilansir, Rabu (29/1), konsep pembengkokan gravitasi cahaya atau gravitational bending of light pertama kali diperkenalkan oleh Isaac Newton pada abad ke-17 dalam teorinya mengenai gravitasi.
Namun, bukti ilmiah mengenai teori ini baru diperoleh oleh Albert Einstein pada tahun 1915 melalui teorinya tentang relativitas umum.
Einstein mengungkapkan bahwa medan gravitasi yang kuat dapat membengkokkan jalur cahaya, yang dikenal sebagai fenomena "lensa gravitasi."
Konsep ini menjelaskan bagaimana cahaya dari objek yang sangat jauh, seperti bintang atau galaksi, dapat terpengaruh saat melewati medan gravitasi yang besar, seperti yang dihasilkan oleh matahari atau planet besar lainnya di tata surya.
Meskipun sebagian besar objek memiliki jalur cahaya yang lurus dan dapat terlihat dengan jelas, situasinya menjadi lebih rumit untuk objek yang lebih kecil atau jauh, seperti asteroid, akibat pengaruh gravitasi.
Dalam penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society, ilmuwan dari Spanyol berhasil merumuskan formula baru untuk menghitung sudut pembengkokan gravitasi cahaya (gravitational bending of light angle atau GBL).
Formula tersebut diakui sebagai "perhitungan paling akurat hingga saat ini mengenai sudut GBL oleh objek masif statis."
Penemuan ini sangat signifikan karena memungkinkan para ilmuwan untuk melacak lintasan berbagai objek kosmik, termasuk asteroid, dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi.
Dengan memanfaatkan rumus ini, mereka dapat memprediksi orbit objek-objek minor di Tata Surya yang berpotensi membahayakan Bumi.
Dengan sekitar 2.000 asteroid dekat Bumi yang terdeteksi setiap tahunnya oleh observatorium seperti Catalina Sky Survey, kemampuan untuk menghitung lintasan asteroid dengan tepat menjadi semakin penting.
Meskipun menemukan target relatif mudah, proses untuk mengubah arah atau menghentikan ancaman antarplanet tersebut jauh lebih rumit.
Berdasarkan data dari NASA, asteroid dengan ukuran lebih dari 140 meter dapat menyebabkan kerusakan besar jika menabrak Bumi.
Oleh karena itu, berbagai sistem pertahanan antarplanet telah dirancang untuk mencegah skenario bencana semacam ini.
Salah satu langkah nyata yang telah diambil adalah misi Double Asteroid Redirection Test (DART) yang diluncurkan oleh NASA pada tahun 2022.
Dalam proyek ini, sebuah satelit seukuran lemari es berhasil diarahkan untuk menabrak asteroid kecil bernama Dimorphos, yang berjarak lebih dari 11 juta kilometer dari Bumi.
Proyek ini membuktikan bahwa mengubah jalur asteroid dengan teknologi manusia adalah hal yang mungkin dilakukan.
Selain itu, para ilmuwan juga terus mengembangkan teknologi berbasis energi, seperti penggunaan laser bertenaga tinggi untuk menguapkan permukaan asteroid, sehingga menciptakan dorongan kecil yang mampu mengubah jalurnya secara bertahap.
Ada juga konsep penggunaan pesawat ruang angkasa berbobot besar yang berfungsi sebagai "traktor gravitasi," yang menarik asteroid keluar dari jalurnya dengan memanfaatkan gravitasi pesawat itu sendiri.
Formula yang dikembangkan oleh para ilmuwan Spanyol ini memiliki aplikasi yang jauh melampaui deteksi asteroid.
Teknologi ini dapat digunakan untuk memetakan jangkauan terjauh di luar angkasa, membantu memahami struktur alam semesta, dan bahkan mengidentifikasi planet ekstrasurya yang mungkin layak huni.
Dalam bidang astrofisika, fenomena lensa gravitasi juga telah dimanfaatkan untuk menemukan galaksi jauh, memahami distribusi materi gelap, serta menguji validitas teori relativitas Einstein di alam semesta.