Tari Angguk Khas Kulon Progo, Tercipta di Tengah Penjajahan Belanda
Merdeka.com - Sorak penonton begitu nyaring terdengar beriringan dengan gemulai para penari Angguk. Kostum mereka kontras, kompak berbaris layaknya serdadu yang akan berperang. Benar saja, gerakan mereka meniru tarian para tentara dan opsir Belanda saat menduduki wilayah Purworejo. Tahun 1900 an, penciptanya ialah sekelompok rakyat jelata yang terpisah secara sosial dari wilayah Keraton Yogyakarta. Tepatnya tanah perdikan Mataram yang kini bernama Kulon Progo.
Lebih dari 1 abad Tari Angguk berkembang di Kulon Progo. Perpaduan 3 kebudayaan kental terasa pada kemeriahan Tari Angguk. Dibentuk dari perpaduan budaya Arab, Jawa, yang dibalut dandanan ala Belanda. Awal mula terciptanya, Tari Angguk dimainkan oleh para pria. Namun seiring perkembangan dan tujuan pertunjukan, penari diperankan oleh para wanita.
Kini Tari Angguk rutin dipentaskan bertepatan dengan perayaan HUT Kemerdekaan RI. Tari Angguk menjadi penyampaian nilai, kesenian, hingga hiburan untuk masyarakat.
-
Bagaimana Tari Gandrung diiringi? Salah satu ciri khas Tari Gandrung adalah melibatkan penari wanita profesional yang mengajak menari bersama tamu terutama pria dengan iringan musik berupa gamelan.
-
Apa itu Tari Gandrung? Mengutip warisanbudaya.kemdikbud.go.id, tarian khas Banyuwangi ini berasal dari kata 'Gandrung' dalam bahasa Jawa artinya 'Tergila-gila' atau 'Cinta habis-habisan'.
-
Apa itu Tari Rancak Kudo? Salah satu tarian tradisional asli masyarakat Suku Kerinci dari daerah Hamparan Rawang ini selalu menghadirkan penampilan yang membuat decak kagum.
-
Mengapa Tari Kretek dibuat? Saat itu Gubernur Jateng Sutarjo Rustam meminta Kasi Kebudayaan Dwijisumono, agar dibuatkan tari khas Kudus.
-
Bagaimana ciri khas tari tradisional? • Diiringi oleh musik tradisional khas daerah tersebut • Memiliki pakem atau aturan gerakan dasar yang wajib diikuti • Mengandung filosofi yang berassal dari buah pikiran kearifan lokal setempat.
-
Mengapa Tari Rancak Kudo dilakukan? Secara umum, tarian ini dipertunjukan untuk perayaan hasil panen pertanian di daerah Kerinci yang mayoritas ditumbuhi Padi dan dilangsungkan selama berhari-hari tanpa henti.
Tari Angguk Kulon Progo©2021 Merdeka.com/Thomas Chris
Nama Tari Angguk diadopsi dari gerakan kepala para penari yang mengangguk-angguk. Ada dua penerapan pada Tarian Angguk. Dahulu menjadi ungkapan kegembiraan masyarakat atas panen yang melimpah. Di lain versi, Tari Angguk merupakan sindiran bahwa tentara pribumi Belanda yang sebenarnya lemah. Memang, dahulu banyak orang pribumi direkrut menjadi tentara oleh Belanda. Masyarakat akrab menyebutnya dengan Londho Ireng.
Keberadaan Tari Angguk tidak lepas dari campur tangan kesenian Warok Ponorogo. Yang kala itu telah membantu Keraton Mataram melawan pemberontakan Trunojoyo. Selain itu, Tari Angguk juga identik dengan Tarian Dolalak yang tumbuh di Kabupaten Purworejo. Hal tersebut membuktikan bahwa Angguk merupakan tarian yang berpadu dari bermacam-macam kebudayaan.
Tari Angguk Kulon Progo©2021 Merdeka.com/Thomas Chris
Kostum Angguk mirip ala seragam KNIL atau Tentara Hindia Belanda. Mulai dari topi, kemeja, hingga celana yang jauh di luar ciri khas Jawa. Selain itu, terlihat pakaian penuh dengan hiasan motif, rumbai-rumbai benang, dan selendang sampur yang sering dijumpai pada penadon, pakaian adat Ponorogo. Sangat berbeda dengan awal mula tarian diciptakan, hanya dengan warna dasar hitam, merah dan kuning.
Tari Angguk merupakan tarian kelompok yang berjumlah 15 orang. Dengan kisah yang dibawakan. Peran utama diisi oleh tokoh sakral di antaranya, Umarmoyo, Sekar Mawar, Dewi Kuning-Kuning, Air Gunung, Trisnowati dan Awang-awang. Sisa penari lainnya bertugas sebagai pengiring. Penyampaian nilai moral dan sosial juga kental mengiringi gerakan para penari Angguk.
Tari Angguk Kulon Progo©2021 Merdeka.com/Thomas Chris
Dalam Angguk terdapat seorang dalang pembawa syair. Bersumber dari Al-Qur'an, kitab Tlodo serta kitab lain yang bernuansa Islam dan budaya Jawa. Dialog yang dibawakan juga terdiri dari bahasa Arab dan Jawa Ngoko. Sholawat yang diucapkan dalang menandakan Tari Angguk akan segera ditampilkan.
Alunan meriah dari bedug, kendang, rebana, saron, dan krecek. Mengiringi gerakan para penari, mengangguk-angguk dengan ritme gerakan kaki dan tangan yang bergantian. Terdapat dua gerakan tari yakni Tari Jejeran atau Ombyokan. Yang dibawakan oleh seluruh penari. Sedangkan Tari Pasangan yang dibawakan berpasangan dengan berbagai macam jenis gerakan.
Tari Angguk Kulon Progo©2021 Merdeka.com/Thomas Chris
Uniknya, tak ada aturan baku dalam riasan penari Angguk. Bahkan penari juga memakai kaca mata hitam yang begitu mencolok. Tak hanya itu, mereka tak memakai sepatu, hanya kaus kaki yang sama dengan corak kuning pada baju hitam mereka.
Kini Tari Angguk telah diakui sebagai aset ragam kesenian tarian tradisional Kulon Progo. Tradisi ini masih dijumpai terutama di Kulon Progo Barat dan Utara. Tepatnya Kapanewon Temon, Kokap, dan Girimulyo. Yang berbatasan langsung dengan Purworejo. (mdk/Ibr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kesenian ini biasanya dimainkan oleh puluhan orang untuk menyindir Belanda.
Baca SelengkapnyaSalah satu seni pertunjukan paling meriah di Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaTarian ini terinspirasi dari perilaku para serdadu Belanda ketika berdansa dan sedang mabuk.
Baca SelengkapnyaMelagukan pantun jadi ciri unik kesenian asli Betawi ini
Baca SelengkapnyaTari tradisional memiliki ciri khas yang menunjukkan identitas dan keunikan dari daerah asalnya.
Baca SelengkapnyaDahulu, tarian ini hanya dimainkan oleh kalangan tertentu. Namun kini tarian ini boleh dimainkan oleh masyarakat yang tinggal di luar keraton
Baca SelengkapnyaTarian ini begitu lembut, gerakannya mirip lilin yang tertiup angin.
Baca SelengkapnyaDalam memperingati Hari Tari Sedunia, mesin pencari Google menetapkan Tari Rangkuk Alu sebagai Google Doodle pada hari ini, Senin (29/4).
Baca SelengkapnyaTarian tradisional Ketuk Tilu yang berasal dari Jawa Barat ini ternyata memiliki makna sangat mendalam.
Baca SelengkapnyaKini kesenian Ogleg mengalami ancaman kesulitan regenerasi karena rata-rata pemainnya sudah berusia 45-50 tahun.
Baca SelengkapnyaTari Toga, tarian kuno warisan kerajaan siguntur dari Sumatra Barat.
Baca SelengkapnyaSetiap pertunjukan Bangpret terbilang sakral, bahkan kabarnya bisa menyebabkan kesurupan bagi pemainnya.
Baca Selengkapnya