Tradisi Gulat Okol, Duel Pemuda Surabaya Bak Sumo Ala Jepang
Merdeka.com - Saling menjatuhkan, menggulingkan lawan hingga diselimuti jerami kering. Kedua pemuda ini tidak berkelahi, melainkan melaksanakan sebuah tradisi. Otot-otot mereka kerahkan sekuat tenaga untuk meraih gelar juara. Pertandingan ini bernama Gulat Okol yang digelar warga Kelurahan Made, Kecamatan Sambikerep, Kota Surabaya. Duel dua pemuda ini layaknya permainan Sumo di Jepang.
Gulat Okol tak hanya sekedar sebagai ajang mencari keseruan semata. Namun punya beragam makna tersendiri. Meskipun terlihat brutal, namun permainan ini punya aturan yang membuat para pemainnya aman. Cara berduelnya mirip dengan Sumo, saling mendorong dengan beradu pada kekuatan tubuh. Bedanya dari Sumo, para pemain Gulat Okol cenderung berbadan ramping. Jika Sumo mendorong lawan ke luar arena, Gulat Okol harus menjatuhkan lawan.
Warga Surabaya biasa mengadakan Gulat Okol bertepatan pada acara sedekah bumi. Arena bermainnya berada di atas panggung, sehingga penonoton dapat menyaksikan dengan leluasa.
-
Apa tradisi unik di Sumatera Selatan? Salah satunya adalah tradisi unik yang ada di Sumatra Selatan yakni saling bertukar takjil dengan tetangga di sekitar kampung tempat tinggal.
-
Bagaimana cara main lomba perang guling di air? Peserta lomba akan diminta duduk di atas bambu yang di bawahnya kolam atau sungai dengan air yang cukup dalam. Jenis lomba ini cukup seru dan menarik karena setiap peserta akan saling serang hingga ada yang jatuh ke air.
-
Bagaimana cara bermain permainan tradisional di Tarakan? 'Di Taman berlabuh, saya dan para tamu undangan melakukan penanaman pohon tabebuya dan mencoba berbagai permainan tradisional' kata Wali Kota Tarakan, Khairul.
-
Bagaimana cuju dimainkan di masa awal? Cuju, atau dalam dialek Kantonis dikenal sebagai "chuk-ko," adalah permainan bola kompetitif yang melibatkan tendangan bola menuju gawang lawan.
-
Apa ciri khas jurus Silat Godot Karawang? Gerakan jurus Silat Godot juga disebut terinspirasi dari hewan monyet yang sedang terkelahi.
-
Mengapa orang di Sumenep bermain kasti? Menariknya, orang-orang bermain kasti bukan untuk mencari ketenaran. Mereka bermain karena permainan ini punya sejarah panjang sejak zaman nenek moyang serta untuk menyalurkan rasa senang.
Tradisi Gulat Okol©2021 Merdeka.com/Herman Dewantoro
Tak hanya pria dewasa, remaja bahkan anak-anak diperkenankan memeriahkan Gulat Okol. Teknis bergulatnya begitu sederhana, jika ada yang ingin melawan dipersilahkan. Para tokoh desa menegaskan bahwa Gulat Okol merupakan seni pertunjukan dan bukanlah perkelahian.
Pemain harus bertelanjang dada dalam arena pertandingan. Otot-otot para pemuda terlihat mengencang, mengerahkan seluruh tenaga. Seorang wasit akan memandu jalanya pertandingan. Memastikan agar tidak terjadi kecurangan antar pemain.
Tradisi Gulat Okol©2021 Merdeka.com/Herman Dewantoro
Udeng atau ikat kepala harus dipasangkan kepada setiap pemain. Selembar kain batik cokelat ini menjadi penanda pertandingan siap dimulai. Udeng merupakan simbol orang Jawa zaman dahulu. Sedangkan selendang diibaratkan sebagai tali pengikat persaudaraan.
Pegulat diharuskan memakai selendang yang kemudian dilingkarkan pada tubuh lawan. Setiap pemain tidak diperkenankan menjatuhkan lawan dengan cara lain. Kedua tangan memegang erat kain sebagai tumpuan utama mengerahkan tenaga menjungkir balikkan lawan.
Kuda-kuda terpasang, berusaha sekuat tenaga menundukkan lawan. Pertandingan semakin sengit ketika kekuatan kedua pemain seimbang. Sorak penonton begitu nyaring terdengar. Mendukung jagoan mereka di panggung pertandingan.
Tradisi Gulat Okol©2021 Merdeka.com/Herman Dewantoro
Keselamatan menjadi hal utama yang harus diperhatikan. Tidak meninggalkan asal muasal tradisinya. Panggung akan ditaburi jerami kering sisa panen para petani. Setidaknya ditumpuk hingga tebal agar permukaan panggung menjadi empuk. Tujuannya ialah agar para pemain yang terjatuh bahkan berguling tidak akan merasakan sakit.
Para pemain juga diwajibkan untuk memotong kuku jika ditemukan jari dengan kuku yang panjang. Pasalnya kuku panjang akan memungkinkan untuk melukai tubuh lawan.
Tradisi Gulat Okol©2021 Merdeka.com/Herman Dewantoro
Gulat Okol menjadi simbol bagi warga sekitar sebagai permohonan agar turun hujan. Konon permainan ini bermula ketika para petani memanfaatkan waktu luang menggembakan ternak. Sisa jerami hasil panen menjadi sarana hiburan dengan cara saling menjatuhkan. Tumpukan jerami yang begitu empuk, seolah jatuh di atas kasur. Rasa senang menyelimuti para penggembala, sekuat tenaga membanting kawan namun tiada meninggalkan dendam.
Tiap tahunnya Gulat Okol diselenggarakan dalam berbagai perayaan. Setidaknya ada 40 petarung yang memeriahkan tradisi Gulat Okol. Hingga kini, Gulat Okol tetap dilestarikan secara turun-temurun. Tidak lain ialah sebagai ajang mempererat tali silaturahmi antar warga Surabaya sisi Barat tersebut. (mdk/Ibr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ritual Sisemba menjadi ajang tahunan seusai panen padi, sebagai ungkapan rasa syukur dan harapan akan panen yang lebih baik di masa mendatang.
Baca SelengkapnyaKepopuleran olahraga kasti di Sumenep mengalahkan sepak bola dan bulu tangkis.
Baca SelengkapnyaSeni pertunjukan ulu ambek tumbuh dan berkembang di Pariaman, Pesisir Barat Minangkabau tepatnya Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat.
Baca SelengkapnyaPermainan tradisional ini dulu sangat populer, sampai dijadikan perlombaan antar kerajaan
Baca SelengkapnyaPenduduk Desa Wonokerto, Kecamatan Gucialit, Kabupaten Lumajang, menggelar tradisi Ojung di sekitar sumber mata air Sumber Winong setiap Muharam atau Suro.
Baca SelengkapnyaSetiap orang yang memasuki gelanggang arena pertandingan harus memiliki ketahanan fisik dan mental yang kuat serta tahan pukul.
Baca SelengkapnyaTradisi Toktok masih dilestarikan oleh masyarakat saat musim kemarau.
Baca SelengkapnyaYang khas dari kompetisi gulat di kejuaraan ini adalah peserta wajib melumuri tubuhnya dengan minyak zaitun yang mahal.
Baca SelengkapnyaPermainan ini masih lestari di Kabupaten Bandung Barat
Baca SelengkapnyaGulat tradisional ini jadi kesenian unik di Ujungberung, Bandung
Baca SelengkapnyaKesenian ini biasanya dimainkan oleh puluhan orang untuk menyindir Belanda.
Baca SelengkapnyaTradisi khitanan ini unik, karena diiringi warga dengan keliling kampung sembari menabuh angklung.
Baca Selengkapnya