Bendungan Sungai Bawah Tanah Pertama di Dunia Ternyata Ada di Indonesia, Dibangun dengan Teknologi Canggih
Bagaimana latar belakang pembangunannya dan penampakan bendungan bawah tanah pertama di dunia itu?
Di Kabupaten Gunung Kidul, mayoritas mata pencaharian warga setempat adalah bertani.
Namun, Gunung Kidul merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang sangat kering dan sering kekurangan air.
Oleh karena itu, pemerintah berinisiatif membangun sebuah bendungan besar di sana. Bukan seperti bendungan pada umumnya yang berada di permukaan.
Bendungan di Gunung Kidul dibangun ratusan meter di bawah tanah. Nama bendungan tersebut adalah Bendungan Bribin.
Sebuah bendungan yang dibuat untuk menampung debit air di sungai bawah tanah yang berada di Kecamatan Semanu, Gunung Kidul.
Bendungan ini dibangun mulai tahun 2010 atas kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Jerman.
Bagaimana latar belakang pembangunannya dan penampakan bendungan bawah tanah pertama di dunia itu? Simak ulasannya sebagai berikut.
Mengenal Bendungan Bribin, Gunung Kidul
100 meter di bawah tanah kecamatan Semanu, Gunung Kidul, terdapat sebuah aliran sungai yang besar.
Aliran itulah yang dimanfaatkan untuk dibangun sebuah bendungan demi memenuhi kebutuhan air masyarakat setempat.
Bendungan ini bekerja dengan cara membendung air yang ada di dalam goa Bribin dan kemudian dialirkan ke permukaan untuk ditampung ke dalam reservoir.
Dilengkapi dengan mesin bor dengan diameter 2,49 m, turbin, dan 4 unit pomba. Air tersebut kemudian disalurkan ke desa-desa sekitar bendungan untuk memenuhi kebutuhan air warga sehari-hari.
Selain itu, air yang diambil dari bendungan ini juga menjadi solusi atas kekeringan yang dialami oleh masyarakat Gunung Kidul.
Pembangunan Bendungan Bribin
Pada tahun 2000-2004, pekerjaan membangun bendungan ini dimulai dengan melakukan riset yang mendalam tentang debit air yang ada di Gunung Kidul.
Sedangkan pembangunan fisiknya dimulai tahun 2010. Air dari dari atas permukaan goa Bribin kemudian dialirkan kembali ke tempat penampungan yang memiliki jarak sekitar 3,6 km.
Adapun debit air sungai di bawah tanah Bribin pada musim kemarau adalah sekitar 1.000 liter dan akan bertambah menjadi 4.000 liter pada musim penghujan.
Sementara itu, satu reservoir dapat menampung air sekitar 500 meter kubik dan Kementerian Pekerjaan Umum membangun dua reservoir untuk menampung air dari Sungai Bribin.
Menggunakan Teknologi Nuklir
Membangun bendungan yang besar tentu membutuhkan teknologi yang tidak sembarangan.
Diketahui Kementerian PUPR dan pemerintah Jerman bekerja sama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) untuk merunut aliran sungai dan mencari koneksi sungai dari sungai goa Bribin.
Menurut penelitian, Sungai Goa Bribin tersambung ke sejumlah sungai di goa lain, termasuk Sungai Jurang Jero dan Sungai di Goa Greneng.
Sampai sekarang bendungan Bribin di Gunungkidul adalah contoh inovasi yang berhasil memanfaatkan teknologi untuk mengatasi masalah air di daerah yang rawan kekeringan.