Momen Soeharto Jelaskan Makna Mendalam dari Huruf Aksara Jawa ‘Bisa Mengetahui Jati Diri’
Mantan Presiden RI kedua menerangkan makna satu persatu huruf aksara Jawa, dikatakan bisa dipakai untuk mengetahui jati diri.
Mantan Presiden RI kedua menerangkan makna satu persatu huruf aksara Jawa, dikatakan bisa dipakai untuk mengetahui jati diri.
Momen Soeharto Jelaskan Makna Mendalam dari Huruf Aksara Jawa ‘Bisa Mengetahui Jati Diri’
Mantan Presiden Indonesia yang kedua, Soeharto adalah pria keturunan Jawa yang sangat menjunjung tinggi budaya Jawa. terutama filosofi-filosofi Jawa yang selalu ia pegang seumur hidup.
Salah satunya adalah pengetahuan tentang huruf asli jawa yaitu aksara Jawa. dalam sebuah video lawas yang tersebar di media sosial, Soeharto menerangkan makna dari masing-masing huruf aksara Jawa.
Ia mengatakan siapa saja orang yang mengetahui aksara Jawa, maka ia akan mengetahui jati dirinya. Simak ulasannya sebagai berikut.
Mengetahui Jati Diri dari Aksara Jawa
Sebuah video yang diunggah oleh akun Tiktok @legasi_soeharto memperlihatkan sosok presiden kedua RI sedang menjelaskan tentang makna dari aksara Jawa. Ia mengatakan dalam video tersebut, jika siapa saja yang mengetahui aksara Jawa, maka akan mengetahui jati dirinya.
“Sebetulnya orang yang mengetahui daripada aksara Jawa itu bisa mengetahui daripada jati dirinya. Mau diterangkan ini? Sebenarnya kalau mau menerangkan ini harus malam Jumat,” ucap Soeharto.
Ada 20 huruf dalam aksara Jawa. Menurut Soeharto aksara Jawa yang ada 20 huruf tersebut menjelaskan tentang istilah ‘sangkan paraning dumadi’ atau dari mana kita akan ke mana. Maka dari itu, orang akan mengetahui jati dirinya.
Makna Aksara Jawa Menurut Soeharto
Dalam video tersebut Soeharto menjelaskan filosofi aksara Jawa dengan sangat detail. Aksara Jawa terdiri dari 20 huruf. Dimulai dari huruf ‘ha dan na’. Menurut Soeharto arti kedua huruf tersebut adalah bahwa manusia belum diciptakan.
“‘Ha na’ itu belum wujud, belum terbentuk. Belum ada taling tarungnya Jadi manusia itu diciptakan oleh Tuhan mulai dari ‘ha na’ urip. Huripnya siapa? Nur daripada Tuhan,”
ucap Soeharto.
Sedangkan selanjutnya adalah ‘ca ra ka’ adalah ketika Tuhan menciptakan manusia. Saat bayi tumbuh menjadi embrio maka hal itu dilengkapi dengan ‘ca ra ka’ yang memiliki arti cipta rasa dan karsa.
“Kemudian setelah itu tumbuh daripada embrio tersebut menjadi jabang bayi yang kemudian dilengkapi dengan ‘ca ra ka’ apa itu? Cipta, rasa, dan karsa,” lanjut Soeharto.
Setelah itu, manusia juga diberikan oleh Tuhan sifat-Nya yaitu tidak selalu benar, yang dalam aksara Jawa diwujudkan dengan huruf ‘da ta sa wa la’.Huruf tersebut menurut Soeharto memiliki arti ‘tidak pernah salah’.
Tapi Tuhan juga memberikan sifat yang bertentangan dari sifat Tuhan, yaitu sifat yang jelek.
Kedua sifat tersebut memiliki kekuatan yang sama dalam diri manusia yang diberikan oleh Tuhan. Hal ini diwujudkan dengan huruf ‘pa da ja ya nya’.
Terakhir adalah huruf ‘ma ga ba ta nga’, menurut Soeharto huruf tersebut melambangkan ujian yang harus dilalui manusia dengan dua sifat yang bertentangan. Namun jika manusia sudah meninggal, maka itu akan menjadi sarana pengadilan.
“Jadi selama sukma masih satu dengan badan manusia itu hidup selama itu masih ada, diuji daripada dua sifat yang bertentangan tadi,” jelas Soeharto.
“Lantas tapi kalau kemudian sukma sudah pisah dengan badan lantas badannya tinggal, jadi apa, jadi batang (bangkai). Tinggal pertanyaannya, sukmanya mau ke mana. Ya terserah kepada saudara-saudara semua,” kata Soeharto sambil tertawa.