Berawal Hobi Ngemil, Guru TK di Depok Kini Jadi Juragan Cireng
Baginya, menjadi manusia terbaik adalah manusia yang bermanfaat bagi sesama.
Baginya, menjadi manusia terbaik adalah manusia yang bermanfaat bagi sesama.
Berawal Hobi Ngemil, Guru TK di Depok Kini Jadi Juragan Cireng
Guru TK di Depok Jadi Juragan Cireng
Dari hobi memakan cireng, Erni Rahman mampu memberdayakan 140 karyawan.
Baginya, menjadi manusia terbaik adalah manusia yang bermanfaat bagi sesama.
Tidak pernah terbesit dia mendirikan pabrik cireng. Fokusnya selama ini hanya menjadi guru Taman kanak-kanak di Depok, Jawa Barat.
Materi dari profesi guru, jelas tidak bisa diandalkan, namun dia tidak menyerah.
"Saya ingat hadits nabi, sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi manusia. Saya pikir saya bisa apa yah," kata Erni dikutip dari akun YouTube Halobos, Jumat (13/10).
Hingga akhirnya, tahun 2013 Erni memutuskan untuk berjualan cireng, kudapan favoritnya.
Sebelum menjual, Erni terlebih dahulu melakukan uji resep hingga beberapa kali sampai menemukan rasa dan bentuk yang pas untuk dikomersilkan.
Waktu itu tiba, bermodal Rp50.000 Erni mulai memproduksi cireng untuk dijual. Saat itu dia dibantu adik-adiknya.
Dari modal tersebut, sebanyak 10 bungkus cireng siap dipasarkan.
Pasar pertama Erni yaitu guru-guru TK tempatnya mengajar dan para orang tua murid.
Lantaran cita rasa yang gurih dan tekstur cireng yang renyah namun tetap lembut, Erni kebanjiran pesanan.
Ibu dua orang anak itu juga kerap mengantar sendiri pesanan cireng ke pelanggan.
Pesanan terus membanjiri Erni, hingga kewalahan memproduksi sendiri bersama adiknya.
Dia kemudian merekrut dua orang karyawan.
merdeka.com
Lambat laun, jumlah karyawan masih belum cukup untuk mengimbangi pesanan cireng. Erni pun kembali menambah karyawan menjadi empat orang.
Kondisi itu terus berkembang hingga saat ini dia memiliki 140 karyawan.
Merintis usaha ini bukan tanpa kendala.
Di awal merintis Erni harus mengalami kecelakaan tunggal ketika hendak mengantar pesanan 50 bungkus cireng.
"Saat itu hujan deras, saya kecipratan air dari mobil yang lewat saya kagok kemudian jatuh. Cireng saya berhamburan tumpah, saya ingin kembali pulang rasanya," kenang Erni.
Namun, asa Erni mengembangkan usahanya ini tidak surut. Di tengah hujan deras, dia dibantu seorang ibu memungut kembali bungkusan cireng yang tercecer.
Setelah itu, keduanya menepi untuk berteduh.
Di momen itu, Erni dan ibu yang membantunya saling bertukar kartu nama.
Ketika hujan mulai reda, Erni memberikan tiga bungkus cireng kepada ibu tersebut sebagai tanda terima kasih.
Dari tukar kartu nama itu kemudian menjadi jalan pembuka bagi Erni untuk melebarkan sayap bisnisnya.
Ibu tersebut ternyata seorang agen yang dapat menjual cireng produksi Erni 1.000 bungkus per hari.
"Kalau saat jatuh itu saya pulang mungkin saya enggak ada di titik sekarang ini," ucapnya.
Cireng produksi Erni juga sudah didaftarkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Merek Shaza Food sebagai induk dari cireng crispy juga sudah didaftarkan dalam Hak Kekayaan Intelektual.
Saat ini, Erni dapat memproduksi 5.000 - 10.000 bungkus cireng per hari.
Produknya ini sudah tersebar di luar pulau Jawa, dan dapat ditemui di beberapa swalayan modern.