Bocoran Menteri ESDM: Vale Sepakat Divestasi 14 Persen Saham ke MIND ID
Pelepasan 14 persen saham ini tidak serta merta murni berasal dari Vale Canada Limited, yang menguasai 43,79 persen saham Vale Indonesia.
Proses divestasi sudah masuk tahap akhir, tinggal konsolidasi keuangan.
Bocoran Menteri ESDM: Vale Sepakat Divestasi 14 Persen Saham ke MIND ID
Vale Setuju Divestasi Saham ke MIND ID
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengabarkan bahwa PT Vale Indonesia Tbk sudah sepakat menyerahkan divestasi 14 persen saham ke BUMN Holding Industri Pertambangan, MIND ID. Arifin mengatakan, divestasi saham Vale ke MIND ID sudah memasuki tahap akhir. Tinggal proses konsolidasi keuangan secara business to business (B2B). Baru kemudian memutuskan soal kesepakatan operasional, yang dijajaki untuk bisa beralih ke MIND ID.
Namun, pelepasan 14 persen saham ini tidak serta merta murni berasal dari Vale Canada Limited, yang menguasai 43,79 persen saham Vale Indonesia. Turut serta di dalamnya saham milik Sumitomo Metal Mining Co Ltd yang total berjumlah 15,03 persen.
"Jadi sekarang tinggal B2B aja mengenai divestasi, kemudian operasional. (Divestasi 14 persen saham Vale Indonesia) gabungan dua, dari Sumitomo dan Vale Canada," jelas Arifin di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (4/8).
Adapun porsi pemilikan saham Vale Indonesia sebelum proses divestasi ini mayoritas dipegang Vale Canada Limited sebesar 43,79 persen. Diikuti masyarakat/publik sebesar 21,18 persen, MIND ID 20 persen, dan Sumitomo 15,03 persen.
Menurut perhitungan Arifin, Vale Canada sudah melepas lebih dari 50 persen porsi sahamnya di Vale Indonesia. Namun, dia belum merinci bagaimana komposisi pemegang saham Vale Indonesia pasca divestasi.
"Sehingga total share yang sudah dilepas kalau sudah jadi (divestasi saham 14 persen) itu 54 persen. Dulu kan sudah di-divest 40 persen, sekarang 14 persen lagi, jadi udah 54 persen," terang Arifin.
Terkait langkah lanjutan usai akuisisi, Arifin meminta publik bersabar menunggu.
"Kemudian juga mengenai joint management study-nya, yang tadi dibilang, itu tunggu saja. Ini ya harus mempertimbangkan mengenai kepentingan ke depan, kemudian kompetensi," tutup Arifin.