Cerita Irna, Berhenti Jadi PNS Demi Bangun Usaha Hingga Tembus Pasar Internasional
Merdeka.com - Tatkala banyak orang mengharapkan menjadi pegawai negeri sipil (PNS), Irna Agustine justru berhenti dari pekerjaan itu. Wanita kelahiran Cianjur, Jawa Barat, 1 Agustus 1987 itu memilih berwirausaha.
Baru-baru ini merdeka.com mengunjungi workshop Irna yang berada di Jalan Sultan Mohammad Mansyur, Komplek Bayu Lestari, Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang. Di sebuah rumah itu lah, Irna beraktivitas dan menjalankan bisnisnya dalam brand Alisha Marsya.
Irna menceritakan, usahanya itu dimulai sejak 2016 dengan modal hanya Rp300 ribu. Ketika itu, dia fokus menggarap kerajinan tangan bertema home decoration. Dia mengerjakan dan menjualnya sendiri di lapak-lapak keramaian.
-
Bagaimana Ibu Putri memulai usaha batiknya? Berawal dari Pandemi Putri bercerita ia merintis usaha batik itu waktu masa pandemi COVID-19. Waktu itu ia termasuk salah satu warga yang kena COVID-19.Setelah pandemi mereda, kampungnya mengadakan pelatihan membatik. Saat itu Ibu Putri tidak ikut sebagai peserta. Di sana ia bertugas sebagai tukang masak. Namun di sela-sela waktu, ia ikut melihat proses membatik itu.Selesai pelatihan, ia mengambil sisa limbah untuk dibawa pulang. Selama mengisi hari-hari di rumah, ia memanfaatkan waktu untuk belajar membatik secara autodidak di rumah. Lama-lama ia ketagihan membatik. Mulai saat itulah Ibu Putri mantap untuk merintis usaha batik.
-
Bagaimana Wina memulai usaha? Sebelum kerja di PT, pabrik permen,' kata Wina mengutip Youtub Zayn YR, Kamis (4/7). Bermula dari Hobi Masak Diungkap Wina, setelah keluar dari pabrik Ia langsung terinspirasi untuk membuka usaha sendiri di rumah.
-
Bagaimana Dina memulai usaha? Dina benar-benar mulai dari nol, dia mempelajari resep dari internet dan YouTube. Dengan modal Rp300 ribu, Dina memproduksi roti Maryam di kos-kosannya.
-
Bagaimana Ibu Dewi memulai bisnisnya? 'Awalnya budhe di Semarang yang ngasih ide kenapa tidak jualan bawang goreng, dia jualan di sana laris. Terus saya pergi ke Semarang, diajari budhe caranya menggoreng bawang, nginep sana tiga hari,' ungkap ibu tiga anak ini saat ditemui Merdeka.com, Kamis (18/4/2024).
-
Bagaimana Linda memulai usaha? 'Awal membuka ini, saya tidak meniatkan untuk dijadikan sebuah usaha. Tetapi hanya mengisi waktu luang setelah resign dari pekerjaan di sebuah perusahaan telekomunikasi,' terangnya, mengutip YouTube Liputan6, Rabu (28/2).
-
Siapa yang tertarik dengan kerajinan? Produk dari karung goni ini pun menarik perhatian kalangan muda.
"Saya jualan di Kambang Iwak, minggu pagi. Saya jual karya sendiri, dijahit sendiri, pakai tangan pula," ungkap Irna.
Ternyata, produk yang dihasilkannya direspon positif warga Palembang. Pesanan pun berdatangan dan usahanya mulai berkembang. Modal ratusan ribu itu semakin banyak keuntungan. Selama setahun, keuntungannya tidak digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, tetapi menjadi tambahan modal.
Pada tahun kedua atau 2017, Irna mulai menggaet para penjahit dari kalangan ibu-ibu yang berasal dari kampus suaminya di Desa Seri Tanjung, Kecamatan Tanjung Batu, Ogan Ilir. Produk yang dihasilkannya seperti bantal, taplak meja, frame (bingkai), tempat tisu, gorden, dan aksesoris lain.
Semua produknya itu bermotif songket, kain khas Sumsel. Hal ini pun semakin diminati konsumen karena bernilai seni. Irna kembali mendapat penghasilan berlipat dan mampu menambah pekerja baru.
"Bisa dibilang ketika itu saya pencetus pembuat hand made khas Sumsel, pangsa pasarnya sangat menjanjikan," ujarnya.
Produk Irna ternyata diikuti pengrajin lain. Dia pun mencari kreasi lain agar tak kalah bersaing meski telah mengantongi brand cukup dikenal konsumen.
Bantal 'Sriwijaya'
Tahun 2018, Irna membuat bantal bermotif jumputan yang juga kain khas Bumi Sriwijaya. Lagi-lagi, produknya diminati. Tahun berikutnya, bantal buatan Irna menggunakan kain blonsong, kain asli Sumsel yang belum banyak diketahui orang.
"Semuanya saya pakai khas Sumsel, bisa bilang warisan Kerajaan Sriwijaya. Ini yang membuat orang tertarik, ada kolaborasi antara seni dan sejarah pada barang yang digunakan," kata dia.
Dari situlah, Irna memenangkan perlombaan dan kurasi dalam negeri hingga berkesempatan tampil di pameran internasional. Tahun lalu, dia menjadi peserta pameran di Filipina dan New York, Amerika Serikat. Semuanya difasilitasi pemerintah dan Bank Indonesia.
Pameran internasional tersebut menjadi awal mula produk Irna menjamah pasar dunia. Sejak saat itu, pesanan dari konsumen luar negeri, terutama bantal 'Sriwijaya', diterimanya hingga saat ini.
"Alhamdulillah, target saya go internasional terwujud, saya bangga karena membawa nama Sriwijaya yang tidak punya sejarah besar," tuturnya.
Irna menjelaskan, konsep produksinya ada tiga, yakni shabby untuk rumah tangga, anak-anak, dan remaja putri, modern internasional untuk perhotelan dan khas Sumsel untuk ekspor. Semuanya dibuat secara manual oleh tangan perajin dan standar ekspor.
"Permintaan luar negeri sangat banyak tapi kami belum memenuhi semuanya karena produk kami hand made, otomatis produksinya terbatas," ujarnya.
Sementara harga yang dipatok, terbilang relatif murah dibandingkan dengan rumitnya pembuatan dan nilai seni di dalamnya, yakni mulai USD 11-43 atau Rp110 ribu-Rp450 ribu. Alisha Marsya kini telah memiliki 16 agen yang tersebar di Palembang, Bangka Belitung, dan Lubuklinggau. Penjualan diutamakan melalui media sosial dan website.
"Untuk omzet tidak perlu disebut ya, tapi cukup untuk keluarga, untuk pekerja dan keluarganya, dan mitra-mitra kami," kata dia.
Berhenti Jadi PNS
Sebelum menggeluti usaha itu, Irna adalah seorang PNS di salah satu daerah di Provinsi-provinsi Bangka Belitung. Atas keinginan pribadi dan berniat berwirausaha, Irna memutuskan berhentilah dari PNS pada 2010. Sebelumnya, dia juga karyawan di bank dengan posisi cukup tinggi.
Tak lagi menjadi abdi negara, Irna fokus mengurus rumah tangga, terlebih telah memiliki dua orang anak. Namun, keinginan entrepreneur semakin menggebu dan tak ada kata lain selain memulai bisnisnya.
"PNS bukan pekerjaan saya, walaupun saya lulus murni saya merasa tak puas dengan pekerjaan itu, sangat berseberangan dengan keinginan saya untuk berwirausaha. Bahkan saya sudah bercita-cita berbisnis dan tembus pasar internasional sejak SD, dan Alhamdulillah tercapai," terangnya.
Irna juga kerap berbagi pengalaman ke orang banyak melalui seminar-seminar wirausaha. Dia menjadi langganan sebagai pembicara yang diundang swasta maupun pemerintah. Kalimat yang biasa diutarakannya adalah semua orang atau UKM punya peluang go internasional asal paham alurnya.
"Sumsel kaya dengan produk dan warisan budaya, itu harus dikembangkan dan jadi peluang. Ingin tembus pasar internasional tidak mesti modal gede, tapi harus pede, produk bagus, dan tentunya paham dengan bahasa dunia," pungkasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebuah video memperlihatkan seorang perempuan yang memutuskan untuk resign dari kantor dan merintis usaha dari nol di kampung halaman.
Baca SelengkapnyaUsaha ini sudah dimulai sejak masa Pandemi Covid-19 dengan modal yang minim.
Baca SelengkapnyaBermula dari keisengannya menjual aksesori handmade, ibu rumah tangga di Kota Serang ini raup cuan ratusan juta rupiah
Baca SelengkapnyaKeduanya mengalami masa-masa tak punya uang untuk makan.
Baca SelengkapnyaTekad yang kuat dan kerja keras mampu membuat yang tak mungkin jadi mungkin.
Baca SelengkapnyaAwalnya tak punya kemampuan menjahit, kini hasil karyanya diminati orang dari berbagai penjuru Indonesia hingga luar negeri.
Baca SelengkapnyaDia memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai supervisor di sebuah perusahaan BUMN dan memilih untuk merintis usaha keripik kentang.
Baca SelengkapnyaCerita eks karyawan BUMN bangun bisnis keripik kentang rumahan.
Baca SelengkapnyaWinarsih mengatakan, dampak Pandemi Covid-19 belum sepenuhnya mengembalikan daya beli masyarakat.
Baca SelengkapnyaIde untuk berjualan karena dia ingin memiliki uang jajan tambahan tanpa harus meminta kepada orang tuanya.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang istri PNS yang memulai usaha dengan modal Rp40 ribu untung jutaan.
Baca SelengkapnyaMulanya, Deni memproduksi roti bersama dengan Istrinya. Roti yang diproduksi secara manual dijual keliling oleh Deni.
Baca Selengkapnya