Curah hujan ekstrem buat transaksi ikan turun 80 persen
Merdeka.com - Buruknya cuaca yang terjadi di sepanjang perairan Cilacap Jawa Tengah, menyebabkan aktivitas perdagangan di tempat pelelangan ikan (TPI) wilayah tersebut merosot hingga 80 persen. Bahkan, ada beberapa TPI yang tidak melakukan transaksi karena banyak nelayan yang tidak berani melaut.
"Semisal, biasanya transaksi sekitar Rp 100 juta di satu TPI, sekarang paling maksimal hanya Rp 20 juta," kata Manajer KUD Mino Saroyo Cilacap, Untung Jayanto, Selasa (21/1).
Kondisi cuaca di perairan Cilacap tidak memungkinkan nelayan untuk pergi melaut. Gelombang tinggi dan kencangnya angin di sekitar perairan membuat nelayan memilih tidak melaut.
-
Kenapa nelayan Kebumen tenggelam? Saat itu korban bersama rekannya, Parwono (42), hendak berangkat dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pasir menuju ke tengah laut menggunakan “perahu katir“ untuk menangkap ikan. Namun dalam perjalanan perahu tersebut dihantam gelombang hingga terbalik. Sodiran tenggelam di laut dan akhirnya hilang.
-
Apa yang membuat nelayan Kebumen tenggelam? Namun dalam perjalanan perahu tersebut dihantam gelombang hingga terbalik. Sodiran tenggelam di laut dan akhirnya hilang.
-
Apa tanda alam yang diwaspadai Nelayan Bojonegara? Kemunculan angin jadi hal yang patut diwaspadai oleh nelayan di Bojonegara. Tiupan yang akan bertambah besar berisiko memunculkan puting beliung atau seret taun.Kemunculannya ditandai oleh mendung hitam mirip jantung pisang.
-
Di mana nelayan Kebumen tenggelam? Sodiran tenggelam di laut dan akhirnya hilang. Sedangkan Parwono berhasil diselamatkan oleh nelayan lain yang berada di sekitar lokasi kejadian.
-
Dimana angin kencang terjadi? Di Desa Watuagung, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, hujan yang turun disertai angin kencang pada Selasa (9/1) sore menyebabkan pohon dan sebuah kendang ayam roboh.
-
Bagaimana nelayan Pantura beradaptasi dengan perubahan? Mereka tetap berlayar di zona-zona tangkap tradisional mereka dan mempertahankan metode penangkapan ikan yang sudah dijalankan sejak dahulu.
"Meski ada beberapa nelayan yang melaut, mereka tidak berani sampai ke tengah perairan. Selain itu, waktu penangkapan juga sangat terbatas hingga sore. Karena pada sore hari biasanya embusan angin lebih kencang," ujarnya.
Salah satu nelayan Desa Kemiren Kecamatan Kesugihan Cilacap, Satam (40), mengatakan kondisi saat ini untuk melaut pun tidak bisa memperoleh hasil maksimal. Dia mengemukakan untuk melaut, setidaknya membutuhkan uang Rp 300 ribu untuk perbekalan dan bahan bakar.
"Saya sendiri hanya berhasil menangkap ikan kecil seberat 10 kilogram, kalau dijual paling dihargai Rp 20 ribu per kilogram. Dengan hasil tangkapan itu tidak bisa menutup biaya," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap, Teguh Wardoyo mengatakan gelombang di perairan selatan Cilacap ke arah timur hingga Yogyakarta saat ini cukup tinggi.
Ketinggian gelombang di perairan sekitar 3,5 meter dan di samudera bisa mencapai 4 meter. "Besok kemungkinan ada peningkatan gelombang sampai 5 meter," jelasnya.
Teguh menjelaskan, dari pantauan citraan satelit, tinggi gelombang di perairan selatan Jawa terjadi akibat adanya pusat tekanan rendah di wilayah Australia bagian barat. Sehingga, terjadi peningkatkan kecepatan angin dari wilayah selatan Cilacap ke arah timur sampai Yogyakarta. "Untuk kecepatan angin diperkirakan mencapai 25 knot di samudera dan 20 knot di pantai," paparnya.
Dia memprediksi, hingga akhir Januari, gelombang tinggi ini masih akan terus terjadi. "Sebenarnya gelombang ini sudah sangat berbahaya bagi nelayan-nelayan kecil. Bahkan seharusnya berbahaya bagi semua jenis jenis kapal yang berlayar," ucapnya. (mdk/bim)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ribuan nelayan tradisional di Lebak Banten tak bisa cari nafkah akibat cuaca buruk. Begini kondisi mereka.
Baca SelengkapnyaCuaca buruk menyebabkan gelombang tinggi di perairan Tasikmalaya, Satpolairud minta nelayan tak melaut dulu.
Baca SelengkapnyaPara nelayan khawatir terjadi tabrakan dan tersesat karena kabut asap membuat jarak pandang sangat pendek.
Baca SelengkapnyaSementara pada musim kemarau ini, aliran di Bendungan Cibeet menjadi tumpuan warga untuk mencuci pakaian hingga mandi.
Baca SelengkapnyaPara nelayan terpaksa tidak melaut saat ombak besar karena sangat membahayakan keselamatan.
Baca SelengkapnyaBMKG menyebut cuaca ekstrem dengan curah hujan ringan dan lebat hampir terjadi di seluruh wilayah Pulau Bali.
Baca SelengkapnyaHasil tangkapan nelayan Dadap mengalami penurunan drastis akibat gencarnya pembangunan di pesisir utara Jakarta.
Baca SelengkapnyaProyek reklamasi di teluk Jakarta berdampak pada banyak hal, salah satunya membuat hidup nelayan Muara Angke semakin susah. Berikut potretnya:
Baca SelengkapnyaDanau Masigit di Serang mengalami kekeringan selama 3 bulan.
Baca SelengkapnyaKeputusan ini diambil untuk memastikan keselamatan pengguna jasa transportasi laut.
Baca SelengkapnyaPerubahan iklim juga berpengaruh terhadap ketahanan air di sebagian besar wilayah Indonesia yang diperkirakan akan mengalami penurunan tingkat curah hujan.
Baca SelengkapnyaKondisi ini terjadi dalam sebulan terakhir. Volume air semakin surut sejak musim kemarau tiba. Inilah penampakannya!
Baca Selengkapnya