Jatuh Bangun Ali jadi Tukang Roti Demi Bayar Tunggakan Sekolah Anak hingga Rp40 Juta
Dia tiba di Bekasi tahun 2000, dengan harapan bisa mendapatkan pekerjaan.
Dia tiba di Bekasi tahun 2000, dengan harapan bisa mendapatkan pekerjaan.
Jatuh Bangun Ali jadi Tukang Roti Demi Bayar Tunggakan Sekolah Anak hingga Rp40 Juta
Jatuh Bangun Ali jadi Tukang Roti Demi Bayar Tunggakan Sekolah Anak
Tunggakan biaya sekolah anak-anaknya hingga Rp40 juta, membuat Ali bertekad keras untuk berjuang memiliki usaha sendiri.
Kerja serabutan harus dilalui Ali hingga akhirnya dia memiliki usaha roti dengan pesanan hingga ribuan potong per hari.
Melalui akun YouTube Baiti Studio, Ali mengaku sebagai anak rantau. Dia tiba di Bekasi tahun 2000, dengan harapan bisa mendapatkan pekerjaan.
"Karena di kampung susah sekali dapat pekerjaan," kata Ali, dikutip pada Selasa (7/11).
Tiba di Bekasi, Ali tidak langsung mendapatkan pekerjaan.
Hingga beberapa bulan kemudian, dia ikut bekerja di sebuah usaha kecil yang memasang lampu neon, spanduk.
Hampir satu tahun bekerja, Ali memutuskan untuk berhenti.
Modal Dari penghasilannya bekerja dimanfaatkan untuk berjualan bakso keliling.
Enam bulan berjualan, Ali terbesit ingin berjualan roti.
"Karena kayaknya jualannya pendek pagi atau sore saja, akhirnya saya coba bekerja di pabrik roti," ujar Ali.
Satu tahun bekerja di pabrik roti, Ali kembali berpindah kerja ke pabrik roti lainnya.
Pertimbangannya, komisi di pabrik kedua lebih besar dibandingkan pabrik roti pertama.
Di pabrik kedua, niat Ali memiliki usaha semakin kuat.
Modal menjadi salah satu kendalanya memulai usaha. Selain itu, dia juga belum mahir membuat roti untuk dijual.
Beruntungnya, pemilik pabrik tempat Ali bekerja mau berbagai ilmu membuat roti. Saat sudah cukup layak untuk dijual, Ali memutuskan untuk berhenti bekerja.
"Alhamdulillah, teman mau pinjami modal untuk saya buka usaha ini. Saya harus nekat karena biaya sekolah keempat anak saya dua tahun belum terbayar, ditotal bisa Rp40 juta semuanya," kenangnya.
Namun, setelah memulai usaha roti bukanlah hal mudah.
Ali harus pecah kongsi dengan rekan kerjanya karena berbeda prinsip untuk meneruskan bisnis roti tersebut.
Tiga temannya memutuskan berhenti meneruskan usaha roti. Tersisa Ali yang bergeming meneruskan bahkan akan mengembangkan usaha roti tersebut.
Meski terseok-seok, komitmen Ali untuk merintis sebuah bisnis mulai berbuah manis.
Dia mendapatkan pesanan perdana sebanyak 300 potong roti.
Berjalannya waktu, Ali kebanjiran pesanan. Saat ini dia memproduksi di atas 1.000 roti per hari.
Tunggakan sekolah sang anak perlahan mulai dilunasi dengan cara dicicil.
"Omzet cukup untuk makan, cicil tunggakan sekolah anak-anak, semuanya alhamdulillah berjalan baik," pungkasnya.