Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sarjana NU: Pemerintah tak serius kelola energi

Sarjana NU: Pemerintah tak serius kelola energi Kenaikan BBM. (c) 2013 Merdeka.com/imam buhori

Merdeka.com - Pemerintah dinilai hanya mengumbar wacana soal pengendalian subsidi bahan bakar minyak (BBM), namun miskin implementasi. Sederet opsi mulai dari pengendalian kuota, konversi Bahan Bakar Gas (BBG), hinga muncul ide dua harga telah dilemparkan ke publik. Namun, hingga saat ini semua opsi itu tidak satupun yang dijalankan.

Alhasil organisasi Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) menuding pemerintah terlalu fokus pada utak-atik subsidi BBM di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tapi tak pernah serius menggarap pemenuhan energi nasional.

"Ini terjadi karena kemiskinan paradigma pemerintah yang hanya menghubungkan persoalan BBM dengan APBN, tetapi tidak secara utuh mengerjakan energi berdasarkan road map yang telah dibuatnya sendiri," ujar Ketua Umum Pengurus Pusat ISNU Ali Masykur Musa dalam Diskusi Panel Ahli ISNU II di kantor PBNU, Jakarta, Selasa (14/5).

Orang lain juga bertanya?

Menurut Ali Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tiap tahunnya harus memikul beban berat lantaran realisasi subsidi BBM selalu melampui batas. Dia memperkirakan hingga akhir tahun realisasi subsidi energi bisa menembus Rp 320 triliun atau 19 persen dari APBN yang sebesar Rp 1.683 triliun.

Karena itu, ISNU sebetulnya mendukung harga BBM dinaikkan, namun secara bertahap. Subsidi untuk kendaraan bermotor dikurangi, tetapi tidak boleh dilepas harga pasar dan harus lebih memperhatikan petani dan nelayan.

"Kuota BBM untuk petani dan nelayan ditambah, dengan membangun tambahan jumlah SPBU di sekitar pesisir dengan pola distribusi tertutup," papar Ali.

Besaran subsidi BBM dari pantauan ISNU saat ini sudah sembilan kali lipat dari pos anggaran subsidi pertanian 2013 sebesar Rp 33,2 triliun. BBM bersubsidi terdiri dari 60 persen untuk jenis premium, 34 persen solar, dan 6 persen untuk minyak tanah.

Sebagian besar BBM bersubsidi dibakar untuk moda transportasi darat sebesar 89 persen, rumah tangga sebesar 6 persen, perikanan 3 persen, transportasi air 1 persen dan usaha kecil 1 persen. Dari sebaran konsumsi, terlihat subsidi memang salah alamat karena mobil pribadi jadi yang paling banyak membeli premium.

"Konsumsi premium 53 persen diserap oleh mobil pribadi, 40 persen oleh motor, 4 persen oleh kendaraan usaha dan hanya 3 persen oleh angkutan umum," bebernya.

Kemudian bahan bakar jenis solar 43 persennya dikonsumsi mobil barang, 40 persen bus, 16 mobil pribadi dan 1 persen kendaraan umum. Dari segi wilayah, lanjut Ali, Jawa-Bali memiliki porsi yang paling besar untuk penggua BBM bersubsidi yakni 59 persen, 22 persen wilayah Sumatera, 7 persen Kalimantan, 2 persen di NTT dan NTB, sisanya sebanyak 10 persen di Kawasan Barat dan Timur Indonesia. (mdk/noe)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Bersaksi di Sidang Eks Dirut Pertamina, JK Jelaskan Kebijakan Pemerintah Atasi Krisis Energi
Bersaksi di Sidang Eks Dirut Pertamina, JK Jelaskan Kebijakan Pemerintah Atasi Krisis Energi

Bersaksi di Sidang Eks Dirut Pertamina, JK Jelaskan Kebijakan Pemerintah Atasi Krisis Energi

Baca Selengkapnya
Pemerintah Ingin Kembangkan Energi Panas Bumi, Tapi Terganjal Ini
Pemerintah Ingin Kembangkan Energi Panas Bumi, Tapi Terganjal Ini

Sumber-sumber energi terbarukan membutuhkan pendanaan besar.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Turunkan Target Bauran Energi Baru Terbarukan, Apa Dampaknya?
Pemerintah Turunkan Target Bauran Energi Baru Terbarukan, Apa Dampaknya?

Pemerintah seharusnya mengevaluasi faktor penyebab kegagalan pencapaian target investasi energi terbarukan selama ini.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Dirut Pertamina Tak Bisa Asal Cabut Izin SPBU Nakal Mainkan Takaran BBM, Ternyata Ini Penyebabnya
Dirut Pertamina Tak Bisa Asal Cabut Izin SPBU Nakal Mainkan Takaran BBM, Ternyata Ini Penyebabnya

Pihak Pertamina tetap harus menjaga keterpenuhan kebutuhan masyarakat akan BBM.

Baca Selengkapnya
Menko Airlangga Tegaskan Tak Batasi Konsumsi Pertalite dan Solar, tapi Penyaluran Lebih Tepat Sasaran
Menko Airlangga Tegaskan Tak Batasi Konsumsi Pertalite dan Solar, tapi Penyaluran Lebih Tepat Sasaran

Sehingga, penyaluran BBM subsidi bisa menyasar konsumen yang lebih tepat sasaran, agar tidak dipakai oleh masyarakat yang tidak berhak.

Baca Selengkapnya
Bahlil Minta DPR Percepat RUU EBTE Agar tak Menyulitkan Prabowo
Bahlil Minta DPR Percepat RUU EBTE Agar tak Menyulitkan Prabowo

Pemerintah saat ini ingin agar masa pemerintahan berikutnya tak lagi kerepotan dalam menyusun regulasi terkait energi hijau.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Gandeng Rusia Kembangkan Energi Nuklir
Pemerintah Gandeng Rusia Kembangkan Energi Nuklir

Pengembangan energi nuklir untuk ketenagalistrikan terbatas pada keperluan non-energi seperti kesehatan dan pertanian.

Baca Selengkapnya
PNS Mulai Pindah Juni 2024, Tapi Suplai Gas dan Listrik di IKN Baru Masuk bulan Agustus
PNS Mulai Pindah Juni 2024, Tapi Suplai Gas dan Listrik di IKN Baru Masuk bulan Agustus

Dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah ditetapkan menjadi pemasok energi tetap oleh Badan Otorita IKN Nusantara.

Baca Selengkapnya
Jadi Tuan Rumah Sarasehan Gelar Peralatan Kebencanaan, BPBD se-Jatim Kumpul di Banyuwangi
Jadi Tuan Rumah Sarasehan Gelar Peralatan Kebencanaan, BPBD se-Jatim Kumpul di Banyuwangi

Sarasehan digelar untuk mengukur kesiapan masing-masing kabupaten/kota di Jatim

Baca Selengkapnya