Terungkap, Ini Keuntungan Indonesia Bergabung Jadi Anggota Penuh BRICS
Kementerian Luar Negeri Brasil menginformasikan bahwa para pemimpin BRICS telah menyetujui pencalonan Indonesia pada bulan Agustus 2023.
Indonesia secara resmi bergabung sebagai anggota penuh BRICS. Pengumuman ini disampaikan oleh Brasil, yang menjabat sebagai presiden BRICS untuk tahun 2025, pada hari Senin (6/1) waktu setempat.
Sebelumnya, Indonesia memiliki status sebagai negara mitra BRICS. Kementerian Luar Negeri Brasil menginformasikan bahwa para pemimpin BRICS telah menyetujui pencalonan Indonesia pada bulan Agustus 2023.
Meskipun demikian, negara yang merupakan penduduk terbesar keempat di dunia ini baru secara resmi bergabung setelah adanya pembentukan pemerintahan baru tahun lalu.
"Pemerintah Brasil menyambut bergabungnya Indonesia dalam BRICS" demikian pernyataan resmi dari Brasil yang dikutip oleh VOA Indonesia pada Selasa (7/1).
"Dengan populasi dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia berbagi komitmen dengan negara-negara anggota BRICS lainnya untuk mereformasi lembaga-lembaga tata kelola global, serta berkontribusi positif dalam memperdalam kerja sama Selatan-Selatan."
Manfaat Bergabung dengan BRICS
Bergabung dalam BRICS atau OECD memberikan berbagai keuntungan bagi negara-negara anggotanya, terutama dalam aspek ekonomi, politik, dan pembangunan sosial.
Pertama, dalam hal kerja sama ekonomi dan investasi. BRICS menawarkan platform bagi anggotanya untuk mengembangkan kerja sama ekonomi, mencakup perdagangan, investasi, dan proyek pembangunan.
Melalui lembaga seperti New Development Bank (NDB), negara-negara anggota dapat mengakses pendanaan untuk proyek infrastruktur dan pembangunan tanpa ketergantungan pada institusi keuangan barat seperti Bank Dunia atau IMF.
Selain itu, penguatan posisi di arena internasional juga menjadi keuntungan. Negara-negara BRICS dapat memanfaatkan kekuatan kolektif mereka untuk menyeimbangkan pengaruh negara-negara maju dalam politik global dan keuangan internasional.
Sebagai contoh, BRICS sering mendorong reformasi dalam institusi seperti IMF agar lebih inklusif terhadap kepentingan negara berkembang. Keuntungan lain yang tidak kalah penting adalah dalam bidang inovasi dan teknologi.
Negara-negara BRICS kerap berkolaborasi dalam riset dan inovasi. Kerja sama dalam proyek kesehatan, teknologi, dan energi dapat memberikan akses pada pengetahuan serta teknologi baru yang mungkin tidak tersedia secara lokal.
Terakhir, kelompok ini juga menawarkan pasar yang lebih luas. Bergabung dengan BRICS membuka akses ke pasar negara berkembang lainnya, yang memungkinkan peningkatan ekspor dan perdagangan antar anggota. Dengan populasi besar dan pertumbuhan konsumsi di negara-negara BRICS, ini menjadi peluang besar untuk ekspansi bisnis.
Apa itu BRICS?
BRICS awalnya didirikan oleh Brasil, Rusia, India, dan China pada tahun 2009, kemudian menambahkan Afrika Selatan pada tahun 2010. Pada tahun lalu, kelompok ini kembali diperluas dengan memasukkan Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab.
Arab Saudi telah menerima undangan untuk bergabung, tetapi hingga kini belum mengambil keputusan tersebut. Selain itu, Turki, Azerbaijan, dan Malaysia juga telah mendaftar secara resmi, sementara beberapa negara lainnya menunjukkan minat untuk bergabung.
Nama "BRICS" sendiri berasal dari istilah ekonomi yang muncul pada awal 2000-an, yang merujuk pada negara-negara yang diperkirakan akan menguasai perekonomian global pada tahun 2050.
Sebelum Indonesia resmi menjadi anggota BRICS, blok ini sudah mencakup hampir 45 persen dari total populasi dunia dan 35 persen dari produk domestik bruto global jika dihitung berdasarkan paritas daya beli.
Hal ini menunjukkan betapa signifikan dan berpengaruhnya BRICS dalam konteks ekonomi global saat ini. Dengan adanya tambahan negara-negara baru, BRICS semakin memperkuat posisinya sebagai kekuatan ekonomi yang tidak bisa diabaikan di dunia internasional.
Sejarah Pembentukan BRICS
Dikutip dari Kanal Cek Fakta Liputan6.com, empat negara di Asia Tenggara, yaitu Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Indonesia, telah bergabung sebagai negara mitra BRICS, sebuah kelompok ekonomi yang terdiri dari negara-negara berkembang.
Kelompok ini baru saja mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Kazan, Rusia. Menurut as-coa.org, BRICS adalah singkatan dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
Inisiatif untuk membentuk BRICS pertama kali disampaikan oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin, saat Sidang Umum PBB di New York pada tahun 2006. Pada waktu itu, Rusia mengajak Brasil, India, dan China untuk menjalin kemitraan antarnegara sebagai respons terhadap ancaman krisis global.
Pertemuan pertama para pemimpin negara BRIC diadakan pada bulan Juni 2009 di Yekaterinburg, Rusia. Dalam kesempatan tersebut, mereka membahas pentingnya menciptakan sistem moneter internasional yang lebih beragam, dengan mengurangi ketergantungan pada dolar AS sebagai mata uang cadangan global.
KTT kedua berlangsung setahun kemudian di Brasil, di mana Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma, turut hadir. Pada pertemuan ini, para pemimpin membahas isu program nuklir Iran serta pentingnya kerja sama di bidang energi dan ketahanan pangan.
Selanjutnya, pada bulan Desember 2010, Afrika Selatan secara resmi diundang untuk bergabung sebagai anggota kelima dalam grup tersebut. Dengan demikian, BRIC resmi berubah menjadi BRICS pada pertemuan puncak ketiga yang diadakan di Hainan, China, pada bulan April 2011.
KTT BRICS
Pada bulan April 2012, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) keempat diselenggarakan di New Delhi, India. Dalam pertemuan tersebut, para pemimpin negara menyerukan adanya perluasan hak suara di Dana Moneter Internasional (IMF).
Selain itu, para delegasi mulai membahas tentang bank pembangunan alternatif yang dipimpin oleh BRICS, sebuah inisiatif yang kemudian secara resmi disetujui pada KTT kelima yang berlangsung di Afrika Selatan pada Maret 2013.
Selanjutnya, pada Juli 2014, KTT BRICS keenam berlangsung di Fortaleza, Brasil. Dalam pertemuan ini, para pemimpin negara BRICS menandatangani kesepakatan untuk mendirikan bank pembangunan dan kumpulan cadangan mata uang.
Mereka juga membahas kurangnya reformasi dalam IMF yang bertujuan untuk meningkatkan keterwakilan negara-negara berkembang dan mendukung pembangunan berkelanjutan. D
ilansir dari Antara, keanggotaan blok kerjasama strategis ini telah diperluas dengan bergabungnya Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab pada Desember 2023, meskipun kelompok tersebut memutuskan untuk tetap menggunakan nama BRICS.
Secara kolektif, populasi negara-negara BRICS mencakup 43 persen dari total populasi dunia, dengan nilai perdagangan mencapai 16 persen dari perdagangan global. Selain itu, BRICS berkontribusi seperempat dari total ekonomi global dan mencakup seperlima dari total perdagangan dunia.
Dikutip dari laman Council on Foreign Relations, BRICS bertujuan untuk mengoordinasikan dan memperlancar kerjasama ekonomi antar negara berkembang. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produktivitas ekonomi negara-negara tersebut agar dapat bersaing dengan negara-negara maju.
Namun, peningkatan jumlah anggota juga menghadirkan tantangan baru, termasuk meningkatnya penolakan dari negara-negara Barat dan potensi perpecahan di dalam blok itu sendiri. Para ahli berpendapat bahwa cara anggota BRICS mengatasi ketegangan ini akan sangat menentukan apakah kelompok tersebut dapat bersuara lebih kompak di kancah global.