Arab Saudi Berubah Pikiran, Tolak Normalisasi Hubungan dengan Israel dan Batalkan Perjanjian Pertahanan dengan AS
Arab Saudi sebelumnya dilaporkan bakal menjalin normalisasi dengan Israel, difasilitasi Amerika Serikat (AS).
Arab Saudi sebelumnya dilaporkan bakal menjalin normalisasi dengan Israel, difasilitasi Amerika Serikat (AS). Namun belakangan, negara kerajaan tersebut disebut berubah pikiran dan “menghentikan upayanya” untuk mencapai perjanjian pertahanan dengan AS sebagai imbalan atas normalisasi dengan Israel.
Menurut laporan Reuters yang mengutip pernyataan dua pejabat Saudi dan empat pejabat Barat pada 29 November, Saudi kini tengah mencari perjanjian yang “lebih sederhana”.
- Pangeran MBS Ungkap Dirinya Secara Pribadi Tak Peduli dengan Masalah Palestina
- Saudi Abaikan Normalisasi dengan Israel Imbas Gaza, Malah Perkuat Hubungan dengan AS
- Saudi Tegaskan Mustahil Ada Normalisasi dengan Israel Tanpa Kemerdekaan Palestina dan Agresi di Gaza Dihentikan
- Arab Saudi Masih Tetap Ingin Normalisasi dengan Israel Setelah Perang di Gaza Usai
Sumber tersebut mengungkapkan, Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) menegaskan normalisasi dengan Israel harus bergantung pada komitmen Tel Aviv untuk berupaya mencapai pembentukan negara Palestina yang merdeka, sejalan dengan Prakarsa Perdamaian Arab 2002.
“Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu masih berhasrat untuk mengamankan normalisasi dengan negara adidaya Saudi sebagai tonggak bersejarah dan tanda penerimaan yang lebih luas di dunia Arab,” ungkap sumber tersebut, dikutip dari The Cradle, Selasa (3/12).
Namun, lanjurt sumber ini, Netanyahu tahu bahwa setiap langkah menuju solusi dua negara akan memecah belah koalisi yang berkuasa.
“Riyadh dan Washington berharap pakta pertahanan yang lebih sederhana dapat dicapai sebelum Presiden Joe Biden meninggalkan Gedung Putih pada bulan Januari,” jelas sumber Saudi dan Barat tersebut.
Awal tahun ini, sejumlah laporan menyebutkan Arab Saudi tengah mengupayakan pakta pertahanan dengan Washington, akses ke persenjataan AS yang lebih baik, dan program nuklir yang didukung AS sebagai imbalan atas normalisasi hubungan dengan Israel. Namun, Riyadh secara terbuka berpegang pada posisinya bahwa normalisasi apa pun dengan Israel harus bergantung pada komitmen untuk pembentukan negara Palestina, hal yang ditolak mentah-mentah oleh Tel Aviv.