Arkeolog Temukan Mata Uang Pertama di Negeri Syam, Tempat Nabi Pernah Berdagang
Penemuan yang dipublikasikan di Jurnal Sains Arkeologi ini memperlihatkan kota-kota kuno di daerah itu sudah cukup berkembang maju dalam menjalin hubungan dagang atau perekonomian lokal, jauh lebih lama dari perkiraan sebelumnya.
Tim arkeolog Israel menemukan bukti paling awal kepingan perak yang digunakan sebagai mata uang di daerah Syam, tempat Nabi Muhammad dulu pernah berdagang. Daerah Syam adalah wilayah di sebelah barat Arab Saudi yang saat ini meliputi wilayah Suriah, Palestina, Yordania, dan Libanon. Kepingan perak itu diketahui berusia lebih dari 3.600 tahun, sekitar 500 tahun lebih awal dari perkiraan sebelumnya.
"Ini bukti paling awal dari timbunan kepingan perak," ujar Dr Tzilla Eshel dari Univeristas Haifa kepada the Times of Israel.
-
Mengapa penggalian arkeologi ini dianggap penting? "Situs ini memiliki (peninggalan) arkeologi yang luar biasa dan memudahkan kita mendapatkan pemahaman seperti apa kehidupan orang-orang yang menempati negeri ini pada abad ketujuh."
-
Siapa yang memimpin misi arkeologi ini? Misi arkeologi ini dipimpin Ramadan Helmy sebagai Kepala Misi dan Direktur Kepurbakalaan Sinai Utara.
-
Mengapa para arkeolog mempelajari makam ini? Wali kota Corinaldo Gianni Aloisi mengatakan temuan tambahan di pekuburan Nevola semakin menunjukkan pentingnya area tersebut dan mungkin "memungkinkan kita untuk mengenal, dan mungkin menulis ulang, sejarah koleksi kita."
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di Inggris? Temuan ini disebut satu-satunya di dunia, telur yang masih utuh dengan cairan putih dan kuningnya. Ini satu-satunya telur di dunia yang ditemukan dalam kondisi utuh kendati telah berumur 1.700 tahun.
-
Mengapa penemuan ini penting bagi para arkeolog? Kementerian Pariwisata dan Kepurbakalaan Mesir yang mengumumkan temuan ini pada 23 Juli lalu menyampaikan, artefak ini bisa memberikan pemahaman lebih luas terkait "rahasia peradaban Mesir kuno", termasuk praktik penguburan pada masa itu dan juga peran kota pesisir tersebut dalam perdagangan dengan negara lain di zaman kuno.
Menurut arkeolog dari Universitas Haifa dan Universitas Ibrani, kepingan perak yang ditemukan saat penggalian di sekitar Israel dan Jalur Gaza ini berasal dari Zaman Perunggu Tengah. Benda tersebut dikatakan berasal dari daerah Anatolia atau sekitar Yunani kuno.
"Ini artinya kita menyaksikan bukti pertama bahwa ada aktivitas jual beli benda logam yang berlangsung cukup lama di antara wilayah Syam dan Anatolia, saat itu berarti 1.700 tahun sebelum Masehi," kata Eshel, seperti dilansir the Times of Israel, Ahad (8/1).
Penemuan yang dipublikasikan di Jurnal Sains Arkeologi ini memperlihatkan kota-kota kuno di daerah itu sudah cukup berkembang maju dalam menjalin hubungan dagang atau perekonomian lokal, jauh lebih lama dari perkiraan sebelumnya.
"Penggunaan perak sebagai mata uang menandakan suatu masyarakat yang sudah memakai timbangan dan menulis transaksi jual beli," jelas Eshel.
Orang-orang di Syam belum mulai memakai koin yang dicetak sampai
hampir seribu tahun setelah kepingan perak ini digunakan sebagai mata uang, kata peneliti. Kepingan perak ini dijadikan mata uang setelah menimbang logam berharga yang akan ditukar.
"Sebelum ada koin, ada semacam bentuk awal koin. Bahkan sebelum orang memakai koin, mereka memakai perak yang dihancurkan menjadi kepingan lalu menimbangnya di neraca atau timbangan," kata Kepala Otoritas Purbakala Israel Departemen Koin Donald ariel kepada the Times of Israel dalam wawancara 2020 silam.
Kumpulan kepingan perak itu disebut hacksilber, istilah bahasa Jerman yang berarti perak dipotong-potong dengan berat tertentu. Tim peneliti menyatakan, bukti ditemukannya banyak kumpulan hacksilber di daerah Tanah Suci--terkadang ada di dalam pot tanah liat atau terbungkus kain--menandakan benda itu cukup banyak digunakan.
Bahkan mata uang yang yang disebut dalam Alkitab yaitu "shekel" awalnya adalah ukuran berat. Menurut bangsa Babilonia, 1 shekel beratnya sekitar 16,83 gram.
Pada waktu itu tidak ada tambang perak di daerah Syam, jadi peneliti mencari tahu dari mana benda itu berasal. Dengan uji isotop yang menganalisis komposisi kimia dari perak maka peneliti bisa mencocokkannya dengan tambang perak yang berada di daerah Anatolia atau saat ini adalah Turki.
(mdk/pan)