Arkeolog Temukan Prasasti Zaman Perunggu Berisi Tulisan dari Bahasa Tak Dikenal, Terbuat dari Bahan Langka
Untuk membuat tulisan di atas lempengan tersebut, para perajin kuno menggunakan teknik-teknik canggih.
Arkeolog di Georgia menemukan prasasti terbuat dari lempengan basal, berisi tulisan dari bahasa yang tak dikenal. Prasasti ini ditemukan di dekat Danau Bashplemi, di wilayah Dmanisi.
Penemuan ini penting bukan hanya karena kelangkaan material yang ditemukan, tetapi juga karena dapat mengungkap aspek-aspek yang tidak diketahui dari peradaban kuno yang mendiami Kaukasus.
-
Siapa Pratama Arhan? Lemparannya Nyaris Jadi Goal, Simak Deretan Fakta Pratama Arhan Siapa Pratama Arhan? Lemparan dalam nyaris jadi goal Pertandingan Indonesia vs Argentina yang digelar kemarin (19/6) membawa nama Pratama Arhan jadi sorotan.
-
Apa isi dari Prasasti Sangguran? Dua baris pertama isi Prasasti Sangguran ditulis dalam bahasa Sansekerta. Sedangkan seluruh bagian lainnya menggunakan bahasa Jawa Kuno.
-
Siapa Ki Arsantaka? Ki Arsantaka merupakan putra dari Bupati Onje II, pemimpin Kadipaten Onje (cikal bakal Kabupaten Purbalingga).
-
Apa itu Prasi? Prasi adalah cerita bergambar, layaknya komik. Mengutip Liputan6.com, Prasi memuat cerita-cerita tradisional yang bersumber dari naskah kuno, termasuk memuat gambar makhluk-makhluk mitologi.
-
Bagaimana ciri khas Pura Giri Salaka Alas Purwo? Ciri Khas Pura Giri Salaka Alas Purwo memiliki ciri khas yang membedakannya dengan pura lain di Banyuwangi. Pelinggih padmasana di Pura Giri Salaka Alas Purwo menghadap ke utara, sedangkan kebanyakan pura di Banyuwangi padmasananya menghadap ke timur. Selain itu, ada bangunan rajahkolocokro pada Pura Giri Salaka Alas Purwo yang tidak ditemukan di pura lain.
-
Siapa mantan kekasih Pratama Arhan? Netizen kembali ramai membicarakan Marshella Aprilia, mantan kekasih Pratama Arhan yang dikabarkan telah menjalin hubungan asmara selama beberapa tahun belakangan.
Prasasti yang ditemukan pada 2021 ini seukuran buku dan di atasnya terpahat 60 simbol berbeda, 39 di antaranya tidak memiliki padanan yang tepat dalam sistem penulisan kuno lain yang diketahui. Berdasarkan konteks arkeologi dan geologi, para arkeolog meyakini lempengan tersebut mungkin berasal dari Zaman Perunggu Akhir atau Zaman Besi awal, sekitar milenium pertama SM. Demikian dikutip dari laman La Brujula Verde (LBV), Rabu (27/11).
Lempengan tersebut berisi 39 simbol unik yang tersusun dalam tujuh garis atau register horizontal. Beberapa simbol ini berulang, sehingga totalnya ada 60 karakter di permukaan batu. Susunan dan frekuensi beberapa karakter menunjukkan bahwa karakter tersebut mungkin telah digunakan untuk menunjukkan angka atau tanda baca. Para peneliti menduga sistem penulisan tersebut mungkin telah digunakan untuk mencatat persembahan keagamaan, pekerjaan konstruksi, atau inventaris militer, meskipun interpretasi ini masih dalam tahap awal.
Untuk membuat karakter-karakter ini, para perajin kuno menggunakan teknik-teknik canggih, termasuk jenis bor berbentuk kerucut untuk membuat garis awal simbol-simbol, diikuti oleh alat-alat berkepala bundar untuk menghaluskan tanda-tandanya. Kekerasan basal dan ketepatan tanda-tandanya menunjukkan tingkat keterampilan yang tinggi dan teknik ukiran yang canggih.
Salah satu aspek yang paling menarik dari prasasti ini adalah kemiripannya sebagian dengan berbagai sistem penulisan kuno. Para arkeolog mencatat beberapa kemiripan grafis dengan prasasti Kaukasia, seperti alfabet Georgia awal dan aksara pra-Kristen lainnya di wilayah tersebut. Beberapa simbol juga memiliki hubungan visual dengan sistem penulisan Timur Dekat, seperti Fenisia, Aram, dan Proto-Sinaitik, yang dapat menunjukkan kemungkinan pengaruh budaya atau pertukaran dengan peradaban tetangga.
Proses Penulisan Rumit
Namun, prasasti Bashplemi tampaknya tidak sepenuhnya meniru sistem penulisan yang dikenal. Simbol-simbol tersebut hanya menunjukkan kemiripan sebagian dengan beberapa sistem Semit, Yunani, India, dan bahkan segel Zaman Perunggu dan Zaman Besi Awal tertentu yang ditemukan di Georgia. Keunikan ini telah menyebabkan para peneliti mempertimbangkan kemungkinan bahwa itu mungkin merupakan sistem penulisan independen atau bahkan proto-sistem yang mungkin telah berevolusi secara lokal.
- Arkeolog Temukan Peti Mati Berisi Peti Mati Lainnya Berusia 4.000 Tahun, Isinya Jenazah Pendeta Wanita Mesir Kuno
- Arkeolog Temukan Dua Altar Zaman Perunggu di Kuil Kuno, Digunakan Untuk Upacara Tumbal Darah
- Arkeolog Temukan Kuil Berusia 4.000 Tahun Bersama Kerangka Manusia, Terkubur di Bawah Gurun Pasir
- Arkeolog Temukan Lukisan dan Pahatan Purba di Gua Spanyol, Dibuat Manusia Zaman Batu
Peneliti melakukan analisis mendalam tentang keaslian lempengan tersebut, baik dari segi bahan maupun teknik penulisannya. Batu basal pada lempengan itu cocok dengan komposisi geologis bebatuan di area tersebut, yang menunjukkan lempengan itu diproduksi secara lokal. Selain itu, tanda-tanda keausan pada permukaan batu basal, yang disebabkan penggunaan peralatan logam, tampaknya menunjukkan bahwa penduduk setempat yang menemukannya mencoba membersihkan artefak tersebut tanpa memahami maknanya, yang memperkuat keaslian temuan tersebut.
Proses penulisannya rumit dan membutuhkan keterampilan teknis yang tinggi, sehingga tidak mungkin tablet tersebut merupakan pemalsuan modern. Bagi para arkeolog, keaslian prasasti tersebut didasarkan pada konteks arkeologi dan kemiripannya dengan tanda-tanda pra-Kristen lainnya yang ditemukan di wilayah tersebut.