Arkeolog Temukan Rumah Kayu Berusia 2.000 Tahun, Bentuknya 3 Dimensi dan Ada Sisa-Sisa Hewan Peliharaan
Temuan ini menjelaskan teknik bangunan China kuno, perencanaan kota, dan kehidupan sehari-hari di pinggiran ibu kota.

Arkeolog di Shaoxing, Provinsi Zhejiang, China, menemukan pemukiman kuno yang terawat baik berasal dari 2.500 tahun lalu. Pemukiman ini milik Negara Yue pada awal periode Negara-negara Berperang (475-221 SM).
Penemuan penting ini menjelaskan teknik bangunan China kuno, perencanaan kota, dan kehidupan sehari-hari di pinggiran ibu kota Yue.
Penemuan tersebut dilakukan pada Juli 2024 di saat para pekerja mengamati lapisan tanah yang tidak biasa di Kawasan Baru Shaoxing Binhai.
Penelitian darurat selanjutnya dilakukan oleh Institut Peninggalan Budaya dan Arkeologi Zhejiang, memverifikasi keberadaan permukiman tepi laut dari periode Musim Semi dan Musim Gugur serta Negara-negara Berperang. Situs tersebut terletak 4,47 kilometer di utara Sungai Cao’e lama dan merupakan pusat ekonomi maritim, dikenal sebagai situs Baicaoyuan.

Dilansir Archaeology News, Senin (17/3), penemuan arsitektur kayu yang canggih merupakan salah satu aspek terbesarnya. Dua bangunan kayu utama berukuran 1.300 meter persegi telah diidentifikasi. Struktur pertama adalah rumah bertiang dengan teras dan dinding yang terbuat dari tiang-tiang kayu anyaman, jerami, dan alang-alang yang diikat dengan tali rumput.
Struktur kedua terdiri dari tumpukan kayu yang disusun dalam sepuluh baris sejajar dan diperkuat dengan balok horizontal dan lapisan kulit kayu, untuk menunjukkan adanya bangunan bertingkat lainnya.
Seorang spesialis struktur kayu, Dr Zhou Xiaolong menekankan pentingnya penemuan tersebut.
- Arkeolog Temukan Kota Bawah Tanah Saat Menggali 5 Rumah Kuno di Gurun, Lengkap dengan Saluran Air Canggih
- Arkeolog Temukan 'Prasasti Kutukan' Saat Menggali di Rumah Sakit Abad ke-18, Ditulis dalam Bahasa Kuno yang Sudah Punah
- Arkeolog Temukan Bangunan Yunani Kuno Berusia 2.300 Tahun, Berisi Makam dan Harta Karun Seorang Bangsawan
- Arkeolog Temukan Perkampungan Berusia 3.500 Tahun, Berisi Benteng Yunani Kuno
“Ini bukan konstruksi sembarangan. Sambungan pasak dan lubang menunjukkan ketepatan yang biasanya dikaitkan dengan dinasti-dinasti selanjutnya. Para pekerja ini berpikir dalam teknik 3D.”
Arkeolog Xu Tianjin menyatakan situs ini, bersama situs Tingshan dan situs Nanshantou membentuk bagian fungsional dari ibu kota Yue, sesuai dengan catatan sejarah yang ditemukan dalam kitab Yuejishu, menggambarkan “kota besar Shanyin.”
Sistem konstruksi kayu yang dianalisis oleh tim Chen Zhiyong di Institut Teknologi Harbin, mengungkap sifat-sifat teknik yang canggih, bahkan melampaui beberapa bangunan dari Dinasti Tang (618-907 M) dalam hal integritas struktural.
Secara khusus, teknologi perawatan pondasi yang digunakan meliputi pemanfaatan anyaman bambu dan menancapkan tiang pancang sedalam 2,3 meter ke tanah rawa. Teknologi ini mendahului metode Dinasti Song yang serupa selama 1.500 tahun.
Salah satu penemuan yang paling menarik adalah ritual penguburan babi dengan kerangka lengkap yang diletakkan menghadap Sungai Cao’e kuno. Temuan ini menunjukkan praktik keagamaan atau budaya tertentu.
Pemahaman lebih lanjut diberikan oleh penggalian situs Jizhong pada Juli 2024. Bukti nyata dari penggalian itu adalah adanya bangunan Yue besar di dalam kota kuni tersebut ditemukan.
Sementara Jizhong tampaknya merupakan pusat administrasi yang terletak di pinggir kota. Bangunan ini berfungsi sebagai pemukiman kelas pekerja, terdapat bengkel di tepi dermaga untuk para pengrajin pengolah ikan yang diawetkan dengan garam, dan untuk memperbaiki kapal.
Situs tersebut juga mengungkap 28 peninggalan yang berasal dari Enam Dinasti (220-589 M), dengan bukti yang menunjukkan penghuni selanjutnya menggunakan kembali bahan-bahan kayu kuno itu.
Arkeolog dan perencana kota berupaya menetapkan langkah-langkah perlindungan, meliputi bangunan yang paling rapuh akan dikubur kembali dalam geotekstil dengan tujuan menciptakan “kapsul waktu arkeologi” pertama di China untuk generasi mendatang.
Reporter Magang: Devina Faliza Rey