Banyak Tentaranya Tewas di Lebanon, Netanyahu Umumkan Gencatan Senjata
Tentara Israel juga banyak terbunuh di Jalur Gaza saat bertempur melawan Hamas.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengumumkan gencatan senjata di Lebanon. Pengumuman ini disampaikan kepada warga Israel.
Dikutip dari The Cradle, Rabu (27/11), jangka waktu gencatan senjata ini tergantung dari kondisi atau apa yang terjadi selanjutnya. Netanyahu mengatakan, Israel akan mempertahankan kebebasan penuh pergerakan dalam menyerang di manapun muncul ancaman, termasuk jika Hizbullah kembali mengangkat senjata.
- Israel Alami Kekurangan Besar Jumlah Tentara, 20.000 Prajurit Cadangan Ogah Ikut Perang
- 4 Peristiwa yang Terlewatkan di Gaza Sejak Israel Mengebom Lebanon, Ada Kejutan dari Hamas
- Jenderal Israel Ungkap Netanyahu Sangat Tahu Hamas Tak Bisa Dikalahkan, Namun Tetap Lanjutkan Perang di Gaza Karena Alasan Ini
- Tentara Israel Ancam Lakukan Kudeta Militer Jika Perang di Gaza Dihentikan, "Kami Kehilangan Segalanya, Kami Tidak Punya Tempat Tujuan"
Tersangka penjahat perang ini mengutip tiga alasan Israel ingin gencatan senjata yaitu ingin fokus hadapi ancaman Iran, menyegarkan dan mengerahkan ulang pasukan bersenjata, serta memutus hubungan front-front perlawanan serta mengisolasi Hamas.
Namun faktanya, saat ini Israel sedang gelisah karena mengalami kekurangan jumlah tentara setelah banyak pasukannya terbunuh saat bertempur melawan pasukan Hizbullah di Lebanon. Hizbullah mengatakan mereka telah membunuh hampir 100 tentara Israel sejak 2 Oktober.
Tentara Israel juga terus mengalami kekalahan di Jalur Gaza, khususnya di wilayah utara, di mana mereka melancarkan kampanye pembersihan dan pemusnahan etnis terhadap penduduk sipil.
Awal November, koran berbahasa Ibrani, Yedioth Ahronoth melaporkan krisis jumlah pasukan sedang dialami tentara Israel dan saat ini sangat membutuhkan 7.000 anggota baru.
Menurut Yedioth Ahronoth, Israel sedang menghadapi “kekurangan besar” dalam jumlah tentara yang dibutuhkan dan terjadi penurunan jumlah total tentara pria sebesar 1 persen setiap tahunnya.
Sekitar 33 persen laki-laki yang diperintahkan untuk mendaftar tidak datang ke kantor perekrutan dalam beberapa tahun terakhir, sementara 15 persen meninggalkan dinas dan tidak mendaftar di pasukan cadangan.
Angka tersebut di luar banyaknya tentara yang keluar karena alasan medis dan psikologis yang meningkat dari 4 persen menjadi 8 persen.
“Ada 18.000 tentara cadangan tempur dan 20.000 tentara pendukung tempur yang terdaftar sebagai bagian dari pasukan cadangan unit IDF, dan mereka tidak bergabung ketika dipanggil,” kata Divisi Tenaga Kerja Angkatan Darat Israel, seperti dikutip dari The Cradle, Selasa (5/11).
Kesalahan Bersejarah
Sementara itu, laporan koran berbahasa Ibrani, Maariv, menyampaikan militer Israel semakin gelisah dengan tingginya angka kematian tentaranya dari pasukan elit Brigade Golani. Sedikitnya 110 tentara dari Brigade Golani tewas saat bertempur melawan Hamas di Jalur Gaza, Palestina, sejak 7 Oktober 2023.
Menurut Maariv, ini merupakan angka kematian tertinggi di antara semua unit infanteri. Dalam laporan terbaru, koresponden militer, Gabi Ashkenazi, menekankan banyaknya tentara Brigade Golani yang tewas selama perang, dan mengklaim hal ini akibat langsung dari kekacauan militer dan kurangnya disiplin dalam Brigade Golani yang menghambat efektivitasnya dalam melaksanakan misi tempurnya, seperti dikutip dari Middle East Monitor, Sabtu (23/11).
Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir menyebut keputusan gencatan senjata dengan Lebanon merupakan sebuah "kesalahan bersejarah", seperti dilansir The Cradle.
Dia mengatakan, Israel gagal mencapai tujuannya mengembalikan para pemukim di wilayah utara dan militer harus membangun zona penyangga di Lebanon.