Hewan Ini Bikin Ilmuwan Penasaran Soal Kebiasaan Mengupil pada Manusia
Dalam video, terlihat kalau primata itu menggunakan jari tengahnya yang panjang untuk mengupil. Bukan mengupil saja, tetapi aye-aye itu terlihat memakan upil dari hidungnya.
Aye-aye adalah primata asli Pulau Madagaskar yang diketahui memiliki kemampuan sama dengan manusia, yaitu bisa mengupil.
Kemampuan aye-aye untuk mengupil berhasil direkam oleh Profesor Anne-Claire Fabre dari Universitas Bern. Dalam video, terlihat kalau primata itu menggunakan jari tengahnya yang panjang untuk mengupil. Bukan mengupil saja, tetapi aye-aye itu terlihat memakan upil dari hidungnya.
-
Di mana henbane hitam ditemukan tumbuh liar? Sisa-sisanya umum ditemukan di situs arkeologi di Eropa Barat Laut karena tumbuh liar di dekat pemukiman manusia, sehingga sulit untuk menentukan apakah itu sengaja digunakan.
-
Bagaimana cara warga Sampangan mengatasi kucing liar? Warga yang khawatir kemudian menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) untuk membantu mengevakuasi hewan tersebut.
-
Bagaimana Pohon Pelawan menjadi penghasil madu liar? Selain dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas manusia, pohon ini rupanya juga menjadi rumah atau sarang lebah liar sehingga menjadi penghasil madu lebah liar yang memiliki cita rasa pahit.
-
Mengapa warga Sampangan panik dengan kucing liar? Warga menduga bahwa kucing liar itu terkena rabies.
-
Bagaimana cara mengatasi gigitan kucing liar? Jika Anda tiba-tiba digigit kucing liar yang kemudian timbul luka, pertolongan pertama yang perlu dlakukan adalah menghentikan pendarahan. Setelah perdarahan berhenti keluar di area gigitan, selanjutnya bersihkan luka dengan sabun dan air, serta oleskan salep antibiotik dan perban pada gigitan. Setelah melakukan pertolongan pertama, Anda bisa mengecek kondisi ke dokter untuk mengetahui apakah luka tersebut berisiko menimbulkan komplikasi lain.
-
Siapa yang diminta untuk memeriksa kucing liar di Sampangan? Ia mengatakan bahwa Dinas Pertanian (Distan) Kota Semarang sudah diminta melakukan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap keberadaan hewan liar, khususnya kucing yang dikhawatirkan warga Sampangan.
Aye-aye yang dipelihara di Duke Lemur Center Amerika Serikat (AS) itu menarik perhatian profesor Fabre dan timnya untuk meneliti asal usul evolusi kebiasaan mengupil.
Karena memiliki jari yang aneh, kurus, dan panjang, aye-aye sering menggunakan kelebihannya itu untuk mengambil belatung dari batang-batang pohon.
“Itu (aye-aye) memasukkan seluruh panjang jarinya dan, ketika Anda melihat panjang kepalanya, itu seperti – ke mana jarinya pergi?.. Saya bertanya-tanya – apakah dia memasukkannya ke dalam otaknya? Itu sangat aneh dan sepertinya tidak mungkin,” ujar Fabre, dikutip dari BBC, Kamis (27/10).
Profesor Fabre yang penasaran pun melakukan analisis tiga dimensi pada kepala aye-aye untuk mengetahui bagaimana aye-aye bisa mengupil.
“Itu (jari) masuk ke sinus dan dari sinus ke tenggorokan dan ke mulut,” jelas Fabre.
Dalam penelitian, Fabre beserta timnya mencari tulisan-tulisan ilmiah mengenai kebiasaan mengupil pada primata-primata. Di penelitian yang dipublikasi mereka di Jurnal Zoology, mereka berhasil menemukan 12 primata yang diketahui memiliki kebiasaan mengupil.
Fabre menjelaskan penelitian ilmiah untuk memahami kebiasaan mengupil pada binatang dan manusia masih sedikit. Baginya, sedikitnya jumlah penelitian terjadi karena pandangan umum manusia kalau mengupil adalah kebiasaan buruk.
Karena itu Fabre penasaran mengenai kebiasaan mengupil. Bagi dia, kebiasaan mengupil pasti terjadi karena alasan tertentu dan alasan itu harus diselidiki.
Meski bagi manusia adalah kebiasaan buruk, tetapi mengupil mungkin bermanfaat bagi beberapa spesies karena begitu banyak hewan memiliki kebiasaan mengupil.
Sebelumnya terdapat satu penelitian yang menunjukkan kalau mengupil dan memakan upil sebenarnya sehat untuk gigi. Penelitian itu menjelaskan kalau orang yang memakan upil mengalami lebih sedikit sakit gigi dibanding orang yang tidak memakan upilnya.
Bahkan terdapat satu penelitian yang menunjukkan kalau menelan lendir hidung dapat memainkan peran penting bagi sistem kekebalan tubuh.
Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan
(mdk/pan)