Ilmuwan Berhasil Bikin Eksperimen Genetik, Tikus Bisa Punya Kaki Tambahan di Bagian Kelamin
Studi ini dapat membantu dalam penelitian dan penanganan penyakit di masa depan.
Studi ini dapat membantu dalam penelitian dan penanganan penyakit di masa depan.
-
Apa yang dipelajari dalam ilmu biologi? Biologi adalah studi tentang organisme hidup dan bagaimana mereka menjalani proses kehidupan.
-
Di mana penelitian ini dilakukan? Tim peneliti dari Universitas Yonsei di Seoul, Korea Selatan, berhasil mengembangkan varietas beras hibrida yang dipadukan dengan protein daging sapi dan sel lemak.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
-
Siapa yang melakukan penelitian mengenai keheningan? “Sejauh ini, sampai penelitian kami muncul, belum ada tes empiris utama untuk pertanyaan ini. Dan itulah yang ingin kami berikan,” kata Rui Zhe Goh, peneliti bidang Sains dan Filsafat dari Johns Hopkins University. Goh dan para profesornya mengerjakan ilusi sonik untuk memahami jika orang merasakan keheningan saat mereka memproses suara dari perspektif kognitif.
-
Siapa yang memuji penelitian ini? T. Thang Vo-Doan, seorang insinyur di Universitas Queensland, Australia, yang telah bekerja secara independen pada serangga cyborg, memuji penelitian ini karena pengaturannya yang sederhana.
-
Di mana ilmu biologi diajarkan? Biologi adalah salah satu ilmu pengetahuan yang selalu diberikan di bangku sekolah. Mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, hingga perguruan tinggi.
Ilmuwan Berhasil Bikin Eksperimen Genetik, Tikus Bisa Punya Kaki Tambahan di Bagian Kelamin
Dalam sebuah penelitian, ilmuwan tanpa sengaja menemukan bahwa mematikan gen pada tahap awal perkembangan tikus menghasilkan mamalia embrionik yang memiliki enam kaki.
Temuan yang tidak biasa ini muncul dari studi yang sedang dilakukan oleh ahli biologi perkembangan, Anastasiia Lozovska dan Moisés Mallo bersama tim mereka di Institut Sains Gulbenkian Portugal.
Sumber: Science Alert
"Proyeklah yang memilih saya, bukan sebaliknya," ungkap Mallo kepada Sara Reardon dalam wawancara dengan Nature News.
Para peneliti membandingkan embrio tikus yang berusia 10 sampai 17 hari dengan dan tanpa versi gen yang berfungsi, yaitu Tgfbr1, yang mengodekan protein reseptor Tgfbr1. Gen ini penting dalam jalur pensinyalan yang mengatur perkembangan tubuh embrio, termasuk pembentukan kaki dan alat kelamin.
Selama perkembangan embrio mamalia, gen-gen ini bertanggung jawab untuk mengatur struktur tubuh dari kepala hingga ekor. Pada tahap awal, fokus genetik beralih dari pembentukan kepala ke perluasan tubuh dan persiapan untuk organ-organ utama.
Kemudian, terjadi transisi kedua di mana aktivasi gen memperluas tubuh embrio untuk membentuk ekor dan struktur organ-organ lainnya.
- Ilmuwan Tercengang Saat Temukan Peristiwa Sangat Langka, Hanya Terjadi Sekali dalam 1 Miliar Tahun
- Ilmuwan Teliti Tulang Fosil Ikan Berusia 375 Juta Tahun, Temuannya Bikin Kaget
- Ilmuwan Ungkap Sejak 1930 Otak Manusia Berkembang Tapi IQ Gen Z Justru Turun, Ini Penyebabnya
- Ilmuwan Akhirnya Temukan Jawaban Mengapa Manusia Tidak Punya Ekor
Selama proses ini, interaksi antara jaringan-jaringan baru menghasilkan struktur yang membentuk saluran keluar tubuh dan alat kelamin.
Meskipun kaki dan lengan memiliki banyak gen yang sama, pada tahap awal proses ini, kaki dan alat kelamin memiliki kesamaan lebih banyak. Hal ini menunjukkan kemungkinan asal-usul yang sama pada spesies nenek moyang.
Penelitian ini juga menemukan bahwa embrio yang memiliki gen Tgfbr1 yang tidak berfungsi mengalami penempatan kaki tambahan secara dramatis berbeda. Namun, gen-gen lain yang diekspresikan pada kaki tambahan ini serupa dengan yang ditemukan pada kaki tikus normal.
Para peneliti menduga bahwa perbedaan ini terjadi karena sel-sel yang seharusnya berkembang menjadi bagian tubuh tertentu, seperti kaki, menerima sinyal yang salah, menyebabkan perkembangan yang tidak normal.
Lozovska dan timnya melakukan analisis lebih lanjut terhadap DNA pada kaki embrio yang bermutasi dan mengidentifikasi perubahan struktur kromatin yang mungkin bertanggung jawab atas fenomena ini.
Namun, meskipun telah ditemukan hubungan antara penekanan gen Tgfbr1 dan munculnya kaki tambahan, mekanisme pastinya masih belum dipahami sepenuhnya oleh para ilmuwan.
Studi ini memberikan pemahaman lebih lanjut tentang proses perkembangan yang mendasari, yang dapat membantu dalam penelitian dan penanganan penyakit di masa depan.