Ilmuwan Temukan Fosil Mata Terbaik di Dunia, Berasal dari Makhluk yang Hidup 16 Juta Tahun Lalu
Fosil ini terawetkan dengan baik, ditemukan di dasar salah satu danau di Australia.
Fosil ini terawetkan dengan baik, ditemukan di dasar salah satu danau di Australia.
-
Di mana fosil hewan purba ditemukan di Sumedang? Dua fosil hewan purba yakni gading gajah dan tempurung kura-kura belum lama ini ditemukan di Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
-
Siapa yang menemukan fosil hewan purba ini? Fosil-fosil tersebut ditemukan sekitar 25 tahun yang lalu oleh ahli paleontologi Elizabeth Smith dan putrinya Clytie ketika mereka sedang memeriksa sisa-sisa tambang opal.
-
Siapa yang menemukan fosil-fosil hewan purba tersebut? Ekspedisi untuk mengumpulkan fosil-fosil ini dilakukan pada tahun 2011 dan 2014 oleh para ilmuwan dari Zoological Society of London (ZSL).
-
Kapan fosil hewan purba ini ditemukan? Fosil-fosil tersebut ditemukan sekitar 25 tahun yang lalu oleh ahli paleontologi Elizabeth Smith dan putrinya Clytie ketika mereka sedang memeriksa sisa-sisa tambang opal.
-
Fosil hewan purba apa saja yang ditemukan di Situs Patiayam? Mengutip ANTARA, aneka fosil yang ditemukan di Situs Patiayam antara lain fosil Stegodon Trigonocephalus (gajah purba), Elephas Sp (sejenis gajah purba), Ceruss Zwaani dan Cervus Lyedekkeri (sejenis rusa), dan Rhinoceros Sondaicus (badak). Kemudian ada Brachygnatus Dubois (babi), Felis Sp (macan), Bos Bubalus Palaeokarabau (sejenis kerbau), Bos Banteng Alaeosondaicus, Crocodilus sp (buaya), hingga kapak genggam atau chopper.
-
Kenapa penemuan fosil spons purba ini penting untuk memahami evolusi hewan? Penemuan terbaru ini melengkapi pohon keluarga evolusi salah satu hewan purba, menjelaskan ketidakhadirannya di bebatuan yang lebih tua dan menghubungkan titik-titik yang ada dengan pertanyaan Darwin mengenai kapan hewan ini berevolusi.
Ilmuwan Temukan Fosil Mata Terbaik di Dunia, Berasal dari Makhluk yang Hidup 16 Juta Tahun Lalu
Ilmuwan menemukan fosil mata terbaik di dunia, yang kondisinya masih sangat terpelihara dengan baik. Fosil ini berasal dari makhluk yang hidup yang hidup antara 11 sampai 16 juta tahun lalu.
Dikutip dari laman Phys.org, mahkhluk ini merupakan sejenis lalat yang disebut Caddisflies. Makhluk ini berupa serangga kecil mirip ngengat dengan sayap berbulu, merupakan ordo serangga yang dikenal sebagai Trichoptera oleh para ilmuwan, dan disebut sebagai "sedges" oleh pemancing lalat.
Hewan ini menghabiskan sebagian besar hidupnya sebagai larva air dan kemudian menjadi kepompong di bawah air.
- Ilmuwan Temukan Fosil Lumba-Lumba Jenis Baru, Deretan Giginya Terbentang Lebar
- Ilmuwan Ungkap Hewan-Hewan Aneh Ini Pernah Hidup di Indonesia 12.000 Tahun Lalu
- Ilmuwan Temukan Fosil Berusia 330 Juta Tahun di Dalam Laci, Ternyata Makhluk yang Lebih Dulu Berkuasa di Bumi Jauh Sebelum Dinosaurus
- Ilmuwan Temukan Fosil Cakar Kepiting Raksasa, Kondisinya Sangat Utuh Meski Terkubur 8,8 Juta Tahun
Fosil ini ditemukan di McGraths Flat, Australia. Serangga ini mati sebagai larva dan lalat dewasa. Pharate dewasa, yaitu kepompong yang telah bermetamorfosis sempurna tetapi masih melindungi tubuhnya dengan kutikula kepompong, memungkinkan mereka untuk terbang bebas dari permukaan air setelah matang.
Sekitar 11 hingga 16 juta tahun lalu, di tengah periode Miosen, lebih dari 100 lalat caddisflies mati di dasar danau di McGraths Flat, New South Wales. Namun, kematian mereka memberikan warisan yang luar biasa dalam bentuk fosil mata yang paling terpelihara di planet ini.
Menurut Michael Frese, ilmuwan tamu yang bekerja sama dengan Dr. Alice Wells di Koleksi Serangga Nasional Australia, fosil-fosil tersebut menyimpan detail yang sangat halus dari struktur nano mata caddisflies.
Foto: Fosil caddisflies.
"Kami pikir ini adalah salah satu fosil mata yang paling awet di planet ini," kata Frese.
Selain menjadi sumber penelitian yang menarik, fosil-fosil ini juga memberikan inspirasi untuk pengembangan produk baru. Frese menjelaskan, struktur mata caddisflies memiliki sifat anti-reflektif dan hidrofobik yang luar biasa, yang mungkin berguna dalam berbagai aplikasi teknologi seperti cat antimikroba atau kacamata hitam yang tahan air.
Namun, penemuan ini juga memberikan gambaran tentang kehidupan masa lalu. Wells dan Frese menduga bahwa fosil-fosil caddisflies ini mungkin bisa menggambarkan spesies baru jika mereka dapat melihat pola venasi sayap dan bagian reproduksi luar pejantan. Sayangnya, mereka hanya menemukan fosil-fosil dari fase larva dan kepompong, tanpa adanya fosil caddisflies dewasa yang bisa memberikan informasi lebih lanjut tentang spesies ini.
Menurut Matthew, temuan tersebut menunjukkan adanya paleoenvironment atau lingkungan yang tidak stabil pada masa itu, yang berkontribusi pada pelestarian berbagai tumbuhan dan hewan Miosen di McGraths Flat. Dengan memperhatikan detail kecil dari masa lalu, para ilmuwan dapat merakit puzzle yang memberikan pemahaman lebih dalam tentang evolusi dan perubahan lingkungan selama jutaan tahun yang lalu.
“Hal ini berkontribusi terhadap pelestarian berbagai macam tumbuhan dan hewan Miosen di McGraths Flat,” ujarnya.