Mantan Bos Mossad Israel: Kami Tidak Mampu Kalahkah Hamas dan Jihad Islam
Mantan Bos Mossad: Kami Tidak Bisa Kalahkah Hamas dan Jihad Islam
-
Bagaimana cara Mossad ingin membunuh Khaled Mashal? Mereka berencana membuka kaleng soda yang menyembur. Tentunya bukan soda yang akan keluar, tapi racun mematikan yang bakal membunuh tokoh Hamas itu pelan-pelan. Mossad berharap serangan ini tak menimbulkan kecurigaan.
-
Apa yang dilakukan Israel terkait perang dengan Hamas? Menteri Keamanan Nasional Israel, Itmar Ben-Gvir mengatakan, pemerintah Israel akan membagikan 4.000 pucuk senapan serbu.
-
Dimana Mossad melakukan upaya pembunuhan Khaled Mashal? Mereka menergetkan Khaled Mashal saat keluar mobil dan berjalan masuk ke kantornya di Amman, Yordania.
-
Bagaimana cara Mossad menjalankan misi rahasia mereka di Indonesia? Agen-agen Mossad yang datang ke Indonesia disamarkan seolah berasal dari Eropa atau Amerika Serikat.
-
Apa tujuan perang Israel terhadap Hamas? Dilansir Middle East Eye, Kamis (20/6), Perdana Menteri Benjamin Netanyahu selama ini kerap mengatakan tujuan perang adalah untuk melenyapkan Hamas.
-
Apa yang dilakukan agen Mossad di Jakarta? Berkedok misi dagang, berbagai operasi intelijen dijalankan Israel dari Jakarta. Sejumlah hubungan kerja sama pernah dilakukan oleh militer dan intelijen Indonesia dengan Dinas Rahasia israel, Mossad. Bahkan Mossad pernah memiliki sebuah kantor di Jakarta yang disamarkan dengan 'misi perdagangan' agar orang-orang tidak curiga.
Mantan Bos Mossad Israel: Kami Tidak Mampu Kalahkah Hamas dan Jihad Islam
Mantan Kepala Badan Intelijen Luar Negeri Israel atau Mossad, kemarin, mengatakan bahwa Tel Aviv tidak bisa mengalahkan Hamas dan Jihad Islam secara militer.
“Kami tidak dapat mencapai tujuan perang di utara (Lebanon) dan selatan (Gaza),” ungkap mantan kepala Mossad, Danny Yatom, dalam surat kabar Maariv Israel, yang berjudul “The Bitter Truth: Hamas and Jihad will not be defeated by military actions’.
Yatom juga mengatakan masih banyak sandera Hamas di terowongan Gaza dan ribuan pengungsi Israel yang jauh dari rumah mereka, serta serangan Hizbullah yang menghancurkan kota-kota Israel di utara.
Israel memperkirakan ada 128 tawanan perang Israel yang masih ditahan di Gaza, sementara Hamas mengumumkan bahwa ada lebih dari 70 di antaranya tewas dalam serangan yang dilancarkan Israel.
- Survei: Mayoritas Kaum Muda Inggris Menilai Israel "Seharusnya Tidak Ada"
- Menteri Israel Ini Ingin Tinggal di Gaza Setelah Mengusir Warga Palestina
- Kisah-Kisah Mencekam dari Penjara Israel, Tahanan Palestina Alami Penyiksaan Terburuk, Dipukuli Sampai Disetrum
- Afrika Selatan Ancam Tangkap Warganya yang Ikut Berperang Bela Israel di Gaza
Sementara Israel hingga kini menahan sekitar 9.500 warga Palestina di penjaranya.
Banyak dari mereka dipenjara tanpa dakwaan atau pengadilan.
“Terlepas dari serangan militer tentara Israel di seluruh Jalur Gaza, Hamas dan Jihad Islam tidak akan dikalahkan oleh aksi militer, dan para sandera tidak akan kembali di bawah tekanan militer tanpa adanya kesepakatan politik,” ujar Yatom, seperti dilansir MIddle East Monitor, Selasa (4/6).
Sejak pecahnya serangan pada 7 Oktober lalu hingga saat ini, Israel telah melancarkan perang genosida di Jalur Gaza, menyebabkan lebih dari 118.000 warga Palestina terbunuh dan terluka dan lebih dari 70% korban merupakan anak-anak dan perempuan, sekitar 10.000 orang hilang di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan.
Selain Danny Yatom, mantan wakil kepala Mossad, Ram Ben-Barak juga mengakui agresi terhadap Gaza adalah perang yang secara jelas membuat Israel kalah.
“Perang ini tidak memiliki tujuan yang jelas, dan hanya memperlihatkan kekalahan Israel,” kata Ben-Barak.
Dia menambahkan bahwa Israel telah kalah di kancah Internasional dan hubungan dengan Amerika Serikat mulai memburuk disertai dengan ekonomi yang mulai ambruk.
The Washington Post melaporkan para pejabat senior Intelijen AS juga memiliki keraguan yang sama dengan Gedung Putih tentang kemungkinan mengalahkan Hamas sepenuhnya.
Media AS mengatakan pemerintahan Biden meyakini strategi Israel saat ini tidak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan dalam hal nyawa dan kehancuran, mereka tidak dapat mencapai tujuannya, dan pada akhirnya akan merusak tujuan AS dan Israel yang lebih luas di Timur Tengah.