Serangan Bom Bunuh Diri di Pakistan Tewaskan 12 Tentara, Pelaku Tabrakkan Mobil ke Pos Keamanan
Serangan bom bunuh diri di Pakistan menewaskan 12 tentara dan melukai banyak lainnya.
Seorang pengebom bunuh diri meledakkan kendaraan yang penuh dengan bahan peledak di sebuah pos keamanan di Pakistan, menewaskan 12 tentara dan melukai beberapa lainnya, menurut pernyataan resmi pada hari Rabu. Insiden ini terjadi di provinsi Khyber Pakhtunkhwa pada hari Selasa, di mana para militan menabrakkan kendaraan ke dinding perimeter pos tersebut, merusak infrastruktur di sekitarnya.
Militer Pakistan menyatakan bahwa operasi pembersihan sedang dilakukan di area tersebut, dan mereka berkomitmen untuk membawa para pelaku tindakan keji ini ke pengadilan. Dalam pernyataan tersebut, dijelaskan bahwa enam militan juga tewas dalam insiden ini. Meskipun militer tidak mengungkapkan siapa yang bertanggung jawab, kelompok militan Islamis yang dikenal sebagai Hafiz Gul Bahadur mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini.
- Update Korban Kebakaran Hebat Pabrik Pakan Ternak di Bekasi: 9 Orang Meninggal dan 4 Luka-Luka
- FOTO: Tragis! 35 Penumpang Tewas Usai Bus Terjun ke Jurang
- Buntut Penangkapan Terduga Teroris di Solo, KAI Larang Barang-Barang Ini Dibawa Naik Kereta
- Pensiunan BUMN Ditemukan Tewas Bersimbah Darah di Rumahnya, Mobil juga Hilang
Kenaikan Kekerasan dan Tindakan Militan
Pakistan telah mengalami peningkatan kekerasan yang stabil sejak November 2022, ketika Tehrik-e-Taliban Pakistan (TTP) mengakhiri gencatan senjata yang berlangsung berbulan-bulan dengan pemerintah Islamabad. Abdullah Khan, seorang analis pertahanan senior dan direktur utama Pakistan Institute for Conflict and Security Studies, menyebutkan bahwa lebih dari 900 anggota pasukan keamanan telah tewas dalam serangan militan di Pakistan sejak dimulainya kembali permusuhan ini.
Khan menegaskan bahwa TTP dan kelompok lainnya telah memperluas operasi mereka, menunjukkan bahwa mereka mendapatkan lebih banyak rekrutan, uang, dan senjata. Dia juga menyoroti pentingnya stabilitas politik di Pakistan untuk mengalahkan para pemberontak ini. Sejak 2022, Pakistan telah mengalami krisis politik setelah mantan Perdana Menteri Imran Khan dilengserkan melalui mosi tidak percaya.
Dampak Krisis Politik Terhadap Keamanan
Krisis politik yang terjadi di Pakistan semakin memperburuk situasi keamanan. Imran Khan ditangkap pada Mei 2023 dan saat ini mendekam di penjara. Para pendukungnya secara rutin melakukan protes, menuntut pembebasannya dan mengungkapkan ketidakpuasan terhadap pemerintah saat ini. Situasi ini menciptakan celah yang dimanfaatkan oleh kelompok militan untuk melancarkan serangan mereka.
Dengan meningkatnya serangan dan ketidakstabilan politik, banyak yang khawatir bahwa Pakistan akan terus menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan keamanan nasional. Pemerintah diharapkan untuk mengambil langkah-langkah yang lebih tegas dalam menangani ancaman dari TTP dan kelompok militan lainnya yang semakin aktif.
Sumber: VOA Indonesia