Seruling zaman purba dari tahun 10.000 SM ditemukan di lembah Hula, Israel utara.
Seruling Seukuran 6,3 Cm Ini Bisa Tirukan Suara Burung Pemangsa
Seruling ini terbuat dari tulang burung dan bisa menirukan suara burung-burung predator.
Temuan mengejutkan yang diterbitkan pada Jumat (9/6/2023) lalu dalam jurnal Nature Scientific Report ini menjadi bukti langsung instrumen peniru suara dari zaman Paleolitikum.
Dikutip dari The Jerusalem Post, Minggu (11/6/2023), tujuh tulang burung berlubang, yang disebut aerofon dalam literatur ilmiah, ditemukan di situs Natufian akhir Eynan-Malaha, di Lembah Hula di Israel utara.
Para ilmuwan menggunakan pendekatan gabungan multidisiplin untuk mendemonstrasikan bahwa seruling tersebut sengaja dibuat dari tulang burung 12.000 tahun lalu, untuk memproduksi berbagai suara yang mirip dengan panggilan burung pemangsa.
Untuk fungsi atau penggunaan secara tepat seruling tersebut masih sebatas spekulasi para ilmuwan.
Menurut para ilmuwan, fungsi yang paling memungkinkan adalah untuk komunikasi, menarik perhatian mangsa, atau alat musik.
"Jika alat tersebut memang digunakan untuk berburu, jadi ini adalah bukti paling awal produksi suara untuk tujuan berburu," jelas salah satu tim peneliti, Dr. Hamudi Halaila.
Halaila menambahkan, penemuan ini memberikan data baru yang penting terkait metode berburu purba dan salah satu alat prasejarah yang menjadi ciri awal transisi ke pertanian dan budidaya tumbuhan dan hewan di Levant selatan (wilayah Mediterania timur saat ini) atau dikenal juga dengan nama Syam.
Sebanyak 1.112 tulang burung ditemukan selama penggalian di Eynan-Mallaha, dilakukan dari tahun 1996 sampai 2005 oleh F.R. Valla dan H. Khalaily. Situs ini terletak di Cekungan Danau Hula di daerah atas lembah Yordania.
Hal itu setelah PN Jaksel memenangkan PT Danataru Jaya atas tergugat Lillany Widjaja terhadap tanah seluas 462 meter persegi menjadi akses jalan masuk ke vihara