Sungai di Seluruh Dunia Alami Kekeringan Terburuk dalam Tiga Dekade, Pasokan Air Global Terancam
Bencana alam terkait air, kekeringan atau banjir ekstrem, menjadi penanda bahaya krisis iklim di dunia.
Tahun 2023 mencatat tingkat kekeringan sungai yang tertinggi dalam tiga dekade terakhir, sehingga pasokan air global berada dalam ancaman serius. Hal ini diungkapkan dalam laporan State of Global Water Resources yang diterbitkan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO).
Menurut laporan tersebut, dalam lima tahun terakhir, aliran sungai di seluruh dunia berada di bawah rata-rata, dan tingkat resapan air juga sangat rendah. Dilansir The Guardian, Kamis (10/10), lebih dari 50 persen wilayah tangkapan air sungai pada tahun 2023 mengalami kondisi tidak normal, dengan banyak area mengalami defisiensi.
-
Bagaimana biologi membantu memahami masalah lingkungan seperti perubahan iklim? Selain sebagai ilmu dasar, bilogi juga membantu Anda untuk memahami fenomena masalah yang terjadi di lingkungan seperti perubahan iklim, wabah penyakit, dan lain sebagainya.
-
Bagaimana para ilmuwan berhasil memetakan Sungai Atmosfer? Para peneliti dari University of California telah menggabungkan data dari berbagai satelit untuk membuat peta koridor uap air yang luas ini. Tim dipimpin oleh ilmuwan atmosfer, yaitu Weiming Ma.
-
Apa itu perubahan iklim? Menurut PBB, perubahan iklim adalah mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Pergeseran ini mungkin alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan fosil seperti batu bara, minyak dan gas.
-
Bagaimana para ilmuwan meneliti ekolokasi pada kelelawar? Para peneliti menggunakan tengkorak yang terpelihara dengan baik dari kelelawar berusia 50 juta tahun untuk mengamati dan mengukur telinga bagian dalamnya.
-
Bagaimana cara mengatasi perubahan iklim? Ada beberapa cara mengatasi perubahan iklim yang bisa dilakukan, di antaranya: Mengehmat Energi Salah satu cara mengatasi perubahan iklim adalah menghemat energi. Dengan menghemat energi, kita bisa mengurangi efek rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim.
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan tentang air di Bumi? Penelitian yang bertujuan untuk menelusuri asal muasal air di bumi telah membawa para ilmuwan pada suatu penemuan yang benar-benar luar biasa—adanya samudera yang tersembunyi di dalam lapisan mantel bumi, 700 kilometer di bawah permukaan.
Fenomena serupa juga terlihat pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu 2022 dan 2021. Daerah yang mengalami kekeringan parah dan aliran sungai rendah meliputi wilayah luas di Amerika Utara, Tengah, dan Selatan; contohnya, sungai Amazon dan Mississippi mencatatkan level air terendah.
Sementara itu, di Asia dan Oseania, lembangan sungai Gangga, Brahmaputra, dan Mekong juga mengalami kondisi di bawah rata-rata di hampir seluruh wilayahnya. Perubahan iklim tampaknya berperan dalam mempengaruhi distribusi air, yang menyebabkan terjadinya banjir ekstrem maupun kekeringan.
Aliran Air Minim
Tahun 2023 tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah, ditandai dengan sungai-sungai yang mengalir dengan sedikit air dan banyak negara yang mengalami kekeringan, meskipun di sisi lain juga terjadi banjir di berbagai belahan dunia. Menurut WMO, fenomena alam ini dipengaruhi oleh peralihan dari La Niña ke El Niño yang terjadi pada pertengahan tahun 2023.
Pola cuaca alami ini ditandai dengan peningkatan suhu permukaan laut di atas rata-rata di bagian tenggara dan tengah Samudra Pasifik, sedangkan La Niña merujuk pada kondisi penurunan suhu di wilayah tersebut. Namun, para ilmuwan menyatakan bahwa perubahan iklim memperburuk dampak dari fenomena cuaca ini, sehingga membuatnya semakin sulit untuk diprediksi.
Beberapa wilayah yang terdampak banjir meliputi pantai timur Afrika, pulau utara Selandia Baru, dan Filipina. Di Inggris, Irlandia, Finlandia, dan Swedia, terjadi peningkatan debit sungai yang melebihi normal, yaitu volume air yang mengalir di sungai pada waktu tertentu.
"Air merupakan indikator bahaya perubahan iklim," ungkap Celeste Saulo, sekretaris jenderal WMO.
"Kita mendapatkan sinyal bahaya melalui curah hujan yang semakin ekstrem, banjir, dan kekeringan yang berdampak signifikan pada kehidupan, ekosistem, dan ekonomi. Mencairnya es dan gletser mengancam ketersediaan air jangka panjang bagi jutaan orang. Namun, kita belum mengambil tindakan mendesak yang diperlukan."
"Akibat dari peningkatan suhu, siklus hidrologi semakin cepat. Siklus ini juga menjadi lebih tidak stabil dan sulit diprediksi, sehingga kita menghadapi masalah yang semakin besar, baik dalam hal kelebihan maupun kekurangan air. Atmosfer yang lebih hangat menyimpan lebih banyak uap air, yang menyebabkan curah hujan yang tinggi. Selain itu, penguapan dan kekeringan tanah yang lebih cepat memperburuk situasi kekeringan," tambahnya.
Pasokan Air Terancam
Kondisi ekstrem ini mengancam pasokan air. Menurut UN Water, saat ini, 3,6 miliar orang mengalami kesulitan dalam mengakses air yang cukup setidaknya selama satu bulan dalam setahun. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 5 miliar pada tahun 2050.
Gletser juga mengalami penurunan signifikan, kehilangan lebih dari 600 gigaton air tahun lalu, yang merupakan angka tertinggi dalam 50 tahun pengamatan, berdasarkan data awal WMO untuk periode September 2022 hingga Agustus 2023.
Pegunungan di bagian barat Amerika Utara dan Pegunungan Alpen di Eropa mengalami pencairan yang ekstrem. Di Swiss, Pegunungan Alpen kehilangan sekitar 10 persen dari volume air yang tersisa dalam dua tahun terakhir.
"Kita masih kurang memahami kondisi sumber daya air tawar di seluruh dunia. Kita tidak bisa mengelola apa yang tidak kita ukur. Laporan ini bertujuan untuk meningkatkan pemantauan, berbagi data, kolaborasi lintas batas, dan evaluasi," ungkap Saulo.
"Ini sangat diperlukan."