Tentara Israel Akui Mereka Kini Lelah, Patah Semangat, dan Mentalnya Hancur karena Perang di Gaza
Majalah Israel mewawancarai sejumlah tentara dan orang tua mereka soal kondisi mereka saat ini.
Tentara Israel diam-diam menolak perintah untuk kembali ke Jalur Gaza untuk berperang melawan kelompok perlawanan Palestina dengan mengatakan bahwa mereka tertekan, lelah, trauma hancur secara psikologis dan tidak termotivasi. Demikian dilaporkan majalah Ha-Makom dua hari lalu.
Dikutip dari laman The Cradle, majalah tersebut mewawancarai sejumlah tentara dan orang tua tentara yang menolak kembali ke Gaza ketika baru-baru ini satu peleton yang terdiri dari 30 tentara dari Brigade Nahal diperintahkan untuk kembali ke Gaza, tapi hanya ada enam orang yang melapor untuk bertugas.
-
Apa yang dilakukan tentara Israel terhadap tahanan Palestina? Dengan posisi tangan terikat dan tanpa busana, para tahanan tersebut diperdaya sebagai perisai hidup untuk masuk ke rumah dan terowongan hancur di Jalur Gaza.
-
Di mana kejadian tentara Israel melempar jasad warga Palestina terjadi? Dilansir Middle East Eye, video tersebut memperlihatkan tiga tentara memanjat ke atas atap, memegangi mayat-mayat dan melemparkannya satu per satu dari atas atap.
-
Apa yang dilakukan tentara Israel kepada tiga warga Palestina setelah mereka terbunuh? Setelah membunuh tiga warga Palestina, pasukan penjajah Israel melemparkan jasad mereka dari atas atap sebuah bangunan pada Kamis (19/9).
-
Apa yang dilakukan oleh tentara Israel di foto viral tersebut? Foto-foto tersebut menunjukkan penghinaan terang-terangan terhadap Islam dan warganet meminta pihak berwenang Arab Saudi untuk mengambil sikap yang lebih tegas terhadap Israel.
-
Kenapa Israel melanjutkan serangan setelah gencatan senjata berakhir? Israel kemudian menyatakan pasukannya melanjutkan pertempuran, setelah menuduh Hamas melanggar kesepakatan dengan menembakkan roket ke wilayahnya.
-
Siapa yang memberikan kesaksian tentang penyiksaan di penjara Israel? Dia memberikan kesaksiannya itu kepada pengacaranya selama ditahan di penjara Israel Sde Teiman di Gurun Negev. Terbaru, seorang mantan tahanan Guantanamo, Asadullah Haroon, juga memberi kesaksian mengejutkan saat diperlihatkan foto-foto warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
“Saya menyebutnya penolakan dan pemberontakan,” kata Inbal, ibu dari salah satu prajurit dalam peleton tersebut.
"Mereka kembali ke bangunan yang sama yang sudah diamankan. Mereka sudah tiga kali ke kawasan Al-Zaytoun. Mereka paham itu sia-sia dan tidak ada gunanya."
Meski hanya memiliki seperlima personel tapi komandan mereka tetap bersikeras memasuki Gaza.
“Karena mereka adalah tim kecil, mereka tidak bisa pergi menjalankan misi. Mereka hanya tinggal di sana dan menunggu waktu berlalu. Itu bahkan lebih tidak perlu,” kata Inbal.
Penolakan dalam diam
Tentara Israel menghancurkan rumah-rumah dengan bahan peledak, menembak anak-anak, menyerang rumah sakit dan sekolah yang dihuni pengungsi, dan menghancurkan infrastruktur air dan listrik warga Gaza.
- Banyak Tentara Israel Bunuh Diri Setelah Perang di Gaza, Dihantui Kekejaman Mereka Saat Membantai Rakyat Palestina
- Jarang Diketahui, Begini Kacau Balaunya Kondisi Masyarakat-Militer Israel Pasca 1 Tahun Perang di Gaza
- Dikata Sakit Jiwa, Tentara Israel Berjoget Ria Usai Bantai Puluhan Anak-anak di Gaza Setiap Hari
- Israel Sengaja Serang Tawanan yang Ditahan Hamas, Mereka Kelaparan dan Kondisinya Parah
Salah satu orang tua tentara di Nahal mengatakan, menurut putranya, "Barak militer kosong. Mereka yang tidak mati atau terluka mentalnya sudah rusak. Hanya sedkit yang mau kembali berperang. Dan mereka juga tidak sepenuhnya siap."
Setelah serangan pasukan darat Israel ke Lebanon yang menyebabkan banyak tentara tewas atau luka, putranya berkata,"Saya tidak tahu apa yang ada di pikiran militer soal menyerbu Lebanon, tapi saya tidak mau kembali ke batalyon."
Para ibu dari tentara-tentara itu mengatakan fenomena ini sebagai "penolakan dalam diam".
Prajurit merasa sudah anjlok moralnya tapi harus kembali ke Gaza tempat mereka berperang berbulan-bulan dan seharusnya sudah mengalahkan Hamas.
"Ketika mereka kembali ke daerah seperti Jabalia, Al-Zaytoun, dan Shujaiya, mereka sudah patah semangat," ujar seorang ibu bernam Eidit.
Pemandangan mengerikan
"Tempat-tempat itu adalah lokasi mereka kehilangan rekan-rekannya. Daerah itu sudah diamankan dan harus dijaga. Itu membuat mereka frustrasi. Yang membunuh mereka pelan-pelan adalah kondisi dan durasi perang yang tidak tampak tanda-tanda akan berakhir. Kita tidak tahu kapan bisa keluar, ini sudah setahun lebih. Belum lagi banyak yang tewas dan pemandangan mengerikan yang mereka lihat di Gaza."
Yael, ibu dari seorang tentara di brigade komando, menceritakan bahwa putranya mengatakan, “Kami seperti sasaran empuk di medan perang. Kami tidak mengerti apa yang kami lakukan di sini. Para tawanan tidak kembali untuk kedua dan ketiga kali, dan Anda lihat itu tidak ada habisnya, dan tentara terluka dan tewas dalam perjalanan.”
Ha-Makom menambahkan, "setelah 12 bulan turut berperang tanpa hasil, para prajurit menjadi 'hitam'. Dalam bahasa gaul militer, ini berarti mereka tertekan, lelah, dan patah semangat."
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti