Peristiwa Soekarno dan Sinterklas Hitam, Bikin Belanda Ketakutan
Sinterklas Hitam adalah peristiwa di mana Sukarno melarang adanya Pesta Sinterklas dan mengusir orang-orang Belanda
Sinterklas Hitam adalah peristiwa di mana Sukarno melarang adanya Pesta Sinterklas dan mengusir orang-orang Belanda dari Indonesia pada 1957. Peristiwa ini dilatarbelakangi adanya konflik perebutan Irian Barat antara Indonesia dan Belanda.
Seperti ditahui, Sinterklas atau Santa Claus merupakan sosok pria berbaju merah putih, berbadan berisi, dan berjenggot putih kerap kali hadir saat perayaan Natal untuk membagikan hadiah kepada anak-anak. Pesta Sinterklas sendiri masuk ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Belanda.
-
Bagaimana Jaka Sembung melawan Ki Hitam? Akhirnya Jaka Sembung teringat pesan gurunya, Ki Sapu Angin yang menyebut jika ilmu rawa rontek bisa rontok saat pemiliknya tewas dan tidak menyentuh tanah. Di film itu, Jaka Sembung kemudian menebaskan parang ke tubuh Ki Hitam hingga terpisah, dan menusuknya agar tidak terjatuh ke tanah.
-
Siapa Serka Sudiyono? Serka Sudiyono adalah anggota TNI yang bekerja sebagai Babinsa di Desa Kemadu, Kecamatan Sulang, Rembang.
-
Apa itu cincau hitam? Cincau hitam atau grass jelly sering digunakan dalam berbagai hidangan, minuman, atau makanan penutup. Selain memberikan rasa yang lezat, cincau hitam juga diketahui memiliki beberapa manfaat kesehatan potensial, meskipun manfaat ini belum sepenuhnya didukung oleh penelitian ilmiah yang mendalam.
-
Bagaimana reaksi Soekarno saat bertemu Kartika? Bung Karno yang mengetahui kedatangan istri dan putrinya, seketika mengulurkan tangan dan seolah-olah ingin mencapai tangan Kartika.
-
Kapan Hari Sirkus Sedunia diperingati? Hari Sirkus Sedunia yang diperingati setiap tanggal 17 April, adalah sebuah perayaan internasional yang didedikasikan untuk menghormati dan mengapresiasi seni pertunjukan sirkus serta para pemain dan seniman yang terlibat di dalamnya.
-
Siapakah Letkol Atang Sendjaja? Nama Atang Sendjaja diketahui berasal dari seorang prajurit kebanggaan Jawa Barat, yakni Letnan Kolonel (Letkol) Atang Sendjaja.
Biasanya, pesta ini dirayakan setiap 5 Desember.Di Indonesia sendiri, orang-orang Belanda itu selalu merayakan Pesta Sinterklas dengan meriah, terutama di Batavia (kini Jakarta).
Biasanya, pesta ini dimulai dengan Sinterklas yang tiba di Pelabuhan Sunda Kelapa. Kemudian, Sinterklas memulai perjalanan keliling kota dalam iring-iringan yang meriah.
Kedatangannya disambut dengan hangat di Gedung Societeit Harmoni, yang telah didekorasi khusus untuk acara tersebut. Di sana, anak-anak Belanda berkumpul menanti kehadirannya.
Hampir semua kantor dan perusahaan mengadakan acara Sinterklas bagi anak-anak para pegawainya.Namun, pada 1957, tradisi Pesta Sinterklas di Indonesia tidak ada.
Melarang Sinterklas
Presiden Soekarno secara resmi melarang perayaan tersebut pada 5 Desember 1957. Pelarangan ini disertai dengan pengusiran warga Belanda beserta keturunannya dari Indonesia.
- Pilkada Banten: Airin dan Andra Soni Sama-Sama Unggul di TPS Sendiri
- Kisah Pers Diberedel Habis pada Masa Soeharto
- Berbeda dari Bangsawan Lain, Begini Kisah Keluarga Suropati Menolak Tunduk pada Kolonial Belanda
- Pangkat Lebih tinggi, Sikap Istri Perwira Polwan ke Suami Bintara Polri di Depan Kapolres Jadi Sorotan
Langkah ini dikenal dengan sebutan "Sinterklas Hitam," yang menjadi simbol memanasnya hubungan politik antara Indonesia dan Belanda, terutama terkait sengketa wilayah Irian Barat.
Pada saat itu, Belanda menolak menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia meskipun Indonesia telah merdeka. Ketegangan memuncak setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 29 November 1957 memutuskan bahwa Irian Barat tetap berada di bawah kekuasaan Belanda.
Keputusan ini memicu kemarahan Presiden Soekarno, yang melihat warga Belanda di Indonesia sebagai ancaman bagi negara.
Akibatnya, Soekarno mengeluarkan ultimatum untuk melarang budaya Belanda, yakni perayaan Sinterklas, nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda, dan memerintahkan seluruh warga Belanda meninggalkan Indonesia.
Orang Belanda Ketakutan
Saat itu, 5 Desember 1957 tidak ada lagi perayaan, nyanyian, tawa anak-anak, dan Sinterklas. Sebaliknya, suasana menjadi suram dan penuh ketegangan.
Banyak orang-orang Belanda yang takut keluar rumah karena Demonstrasi anti-Belanda merebak di seluruh negeri, disertai slogan ‘Usir Belanda’ yang ditulis di tembok-tembok kota.
Proses pengusiran ini berlangsung secara bertahap, dengan hampir 50.000 warga Belanda meninggalkan Indonesia.Peristiwa ini dikenal sebagai Zwarte Sinterklaas atau Sinterklas Hitam, yang menggambarkan konflik politik Indonesia-Belanda pada masa itu.
Reporter Magang: Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti