Belajar dari Grup Musik Serdadu Bambu asal Sumedang, Buktikan Musisi Punk Bisa Berbudaya
Grup ini mencoba menyuarakan keadilan sosial melalui instrumen tradisional dari karinding, calung dan angklung.
Grup ini mencoba menyuarakan keadilan sosial melalui instrumen tradisional dari karinding, calung dan angklung.
Belajar dari Grup Musik Serdadu Bambu asal Sumedang, Buktikan Musisi Punk Bisa Berbudaya
Hingar bingar distorsi gitar dan dentuman drum selalu identik dengan musisi punk.
Dalam setiap pertunjukan musiknya, tak jarang mengundang riuh penonton yang terbawa suasana lagu dengan irama kencang.
Namun hal berbeda justru dibawa pemusik punk asal Sumedang Jawa Barat, bernama Serdadu Bambu.
Grup ini mencoba menyuarakan keadilan sosial melalui instrumen tradisional dari karinding, calung dan angklung.
-
Apa yang unik dari gang permukiman padat penduduk di Bandung ini? Walaupun berukuran hanya selebar badan, kondisi gang padat penduduk di Kota Bandung ini amat bersih dan rapi
-
Apa yang dilakukan oleh kelompok pemuda yang bernama Seni Tani di Bandung? Sekelompok pemuda di Kota Bandung, Jawa Barat menciptakan cara healing unik. Mereka melakukan gerakan menyulap lahan tidur menjadi kebun pangan sehat. Sejumlah komoditas sayur berhasil dipanen.
-
Bakat apa yang diwadahi Festival Band Pelajar di Banyuwangi? Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan, Banyuwangi selalu membuka ruang bagi kalangan milenial. Berbagai program untuk anak-anak muda pun digulirkan. 'Salah satunya Festival Band Belajar. Lewat ajang ini kita wadahi bakat dan minat para pelajar yang memiliki passion di bidang musik.
-
Siapa yang membentuk band Bunga? Pada tahun 1996, Galang membentuk band bernama Bunga bersama teman-temannya, yaitu Tony (vokal), Danial (bass), Oka (drum) dan Erry (gitar).
-
Kapan Pas Band tampil di Jakarta Pop Alternative Festival? Imbasnya, grup ini tampil di festival musik internasional bernama Jakarta Pop Alternative Festival 1996.
-
Dimana Festival Band Pelajar di Banyuwangi dilaksanakan? Dilaksanakan selama dua hari, di Taman Blambangan, 24-25 Agustus, ajang ini diikuti sebanyak 29 grup band pelajar dari tingkat SD, SMP, dan SMA sederajat.
Saat penampilannya, grup ini tidak memakai instrumen musik modern seperti kebanyakan band punk.
Untuk hentakannya digunakan kendang Jaipong, dan melodinya datang dari karinding, calung beserta angklung.
Mimpi Serdadu Bambu tak muluk-muluk. Mereka hanya ingin membuktikan bahwa punk tak semata peduli terhadap kondisi masyarakat bawah, namun juga bisa merawat budaya.
Serdadu Bambu saat konser.
Foto: Instagram @serdadubambureal
Ingin Lestarikan Musik Tradisional Sunda
Mengutip kanal Youtube Serdadu Bambu Official, salah satu anggota, Abah mengatakan bahwa kelompok musiknya ingin melihat aspek lain dalam bermusik.
Hal yang jarang bahkan belum ditemukan di Indonesia, adalah menggabungkan tema ala punk dengan musik tradisional karuhun.
“Memang untuk di komunitas kita, inti awalnya bukan sekedar untuk perform ya. Tetapi juga sudah masuk ke ranah budaya,” kata Abah
Tetap Bawakan Tema Perlawanan
Walau mengubah komposisi musik menjadi lebih tradisional, Serdadu Bambu tetap dalam koridor punk sebagai media perlawanan.
Ini terlihat dari tema serta gerakan yang dijalankan kelompok tersebut yakni kampanye tentang lingkungan dan kerusakan hutan.
Selain itu, Serdadu Bambu juga menolak segala bentuk kekuasaan yang sewenang-wenang.
- Mengenal Gendang Pampat, Musik Tradisional Suku Dayak Iban Sebagai Simbol Rasa Syukur
- Mengenal Serdam, Instrumen Musik Tiup Asli Lampung yang Terbuat dari Bambu Khusus
- Belajar dari Kampung Seni Yudha Asri di Serang, Warga Kompak Jaga Alam dan Lestarikan Budaya
- Serunya Pertunjukan Angklung Caruk Banyuwangi, Lomba Curi Perhatian Tampilkan Lagu dan Tarian Meriah
Sebagai sebuah grup musik, Serdadu Bambu juga berupaya merangkul komunitas yang ada di jalan raya sehingga mereka melakukan kegiatan yang lebih baik dari sebelumnya.
Ingin Kenalkan Calung sampai ke Generasi Berikutnya
Tak dipungkiri aliran musik punk banyak digemari oleh kalangan muda.
Ini menjadi kesempatan bagi Serdadu Bambu untuk membawa sekaligus mengenalkan musik tradisional calung dan angklung, agar bisa dikenal hingga anak cucu di masa mendatang.
Selama mereka berkarya, grup ini perlahan mampu meredam stigma negatif terhadap kelompok musik dan komunitas punk.
Dengan tema Sunda yang dibawakan, kelompok musik ini bahkan bisa menginspirasi lapisan masyarakat lain melalui karya-karyanya. Pesan untuk melestarikan kesenian Sunda juga turut dibawa agar bisa terus letari.
Didirikan Tahun 2004
Mengutrip Instagram @napakjagatpasundan, grup musik ini sebelumnya didirikan pada 2004 silam. Ketika itu Serdadu Bambu masih menggunakan nama Punklung, yang merupakan gabungan dari Punk dan Angklung.
Perubahan nuansa musik dari penuh dengan distorsi menjadi tradisional Sunda sempat menuai penolakan. Walau begitu, kelompok ini mampu meyakinkan pihak-pihak yang menolak sehingga bisa berjuang bersama.
Punklung sendiri kemudian berganti nama menjadi Sedadu Bambu pada 2009 lalu, dan hingga kini masih konsisten menyerukan perlawanan terhadap ketidakadilan.