Cerita Seni Kutukuprak yang Punah di Sumedang, Dulu Digelar untuk Hibur Warga yang Ditinggal Wafat Anggota Keluarga
Kesenian Kutukuprak adalah tradisi khas Sumedang yang dapat dikatakan sudah punah.
Kesenian Kutukuprak adalah tradisi khas Sumedang yang dapat dikatakan sudah punah.
Cerita Seni Kutukuprak yang Punah di Sumedang, Dulu Digelar untuk Hibur Warga yang Ditinggal Wafat Anggota Keluarga
Seni Kutukuprak khas Sumedang, Jawa Barat, kini dianggap telah punah. Padahal, tradisi ini amat menarik karena menjadi sarana hiburan bagi warga setempat yang ditinggal wafat anggota keluarganya.
Secara umum, Kutukuprak merupakan seni teater tradisional yang berkembang di wilayah timur Sumedang. Pertunjukannya melibatkan para pemain yang berlakon dan menceritakan kisah sehari-hari. Semakin meriah lantaran ada musik yang mengiringinya.
-
Kapan Tradisi Panah Kasumedangan menjadi tradisi perang Kerajaan Sumedang Larang? Pada abad ke-15, Panah Kasumedangan pernah populer di kalangan rakyat Sumedang yang kala itu dipimpin oleh pemerintahan Kerajaan Sumedang Larang. Rajanya, era Prabu Geusan Ulun, mengenalkan ini sebagai tradisi perang dan kehidupan sehari-hari di daerah kekuasaan kerajaan tersebut.
-
Mengapa Tradisi Panah Kasumedangan menjadi budaya penting di Sumedang? “Ini mulanya berawal dari raja pertama yakni Prabu Geusan Ulun yang membawa Panah Kasumedangan,” kata Ketua Wadah Endong Panah Kasumedangan Bayu Gustia Nugraha, menguntip YouTube Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX.
-
Bagaimana Kasepuhan Cisungsang mempertahankan tradisi pertaniannya? Masyarakat di sana, sampai sekarang melestarikan tradisi pertanian yang sudah dijalankan sejak turun temurun. Mereka tak boleh melibatkan berbagai tekonologi modern, terutama pupuk kimia untuk menyuburkan tumbuhan padi.
-
Kapan Tradisi Mantu Kucing dimulai? Tradisi Mantu Kucing dilakukan oleh masyarakat di Dusun Njati, Pacitan, Jawa Timur sejak 1960-an.
-
Kapan tradisi Suran Mbah Demang dilaksanakan? Dikutip dari Slemankab.go.id, tradisi Suran Mbah Demang dilaksanakan setiap tanggal 7 Sura penanggalan Jawa.
-
Apa yang dipelajari dari Tradisi Panah Kasumedangan? Belajar dari Tradisi Panah Kasumedangan, Olahraga Tradisional Khas Sumedang Sarat Makna Keunikan lain dari tradisi panahan ini adalah cara membidiknya yang tidak menggunakan mata, melainkan menggunakan hati. Kabupaten Sumedang memiliki julukan sebagai pusat budaya Sunda. Ini karena di kota kecil nan sejuk itu berbagai tradisi buhun atau lama lahir, salah satunya Panah Kasumedangan yang mengajarkan berbagai makna kehidupan.
Sebelumnya, kesenian ini lahir dan dirawat oleh warga di wilayah Jatigede dan sekitarnya yang sering dipentaskan.
Sayangnya setelah wilayah tersebut ditenggelamkan untuk dijadikan bendungan, Kutukuprak sudah tidak pernah terdengar lagi kehadirannya.
Berikut secuplik kisah tentang tradisi kuno Sumedang yang kini hilang ditelan modernisasi.
Riwayat Warga Jatigede yang Melestarikan Kesenian Khas Sumedang Larang
Kawasan Jatigede, jadi salah satu tempat yang pernah dijadikan pusat sosial dari Kerajaan Sumedang Larang.
(Foto: Bendungan Jatigede/Disparbud Jabar)
Kekuasaannya dahulu berlangsung 721 – 1580, dan terakhir berada di bawah komando Cirebon.
Di masa itu, warga Jatigede mengadakan berbagai pertunjukan sesuai budaya kerajaan untuk mengenalkan visi misi serta sebagai media hiburan petinggi pemerintahan setempat yang sarat nilai kemasyarakatan.
Karena warga banyak yang menggemari pertunjukan, maka di masa itu lahirlah seniman-seniman yang juga berasal dari petinggi Kerajaan Sumedang Larang.
Kutukuprak yang Punah
Mengutip tayangan di YouTube Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX berjudul Sisa-Sisa Kesenian Tradisional Jatigede, Kutukuprak jadi salah satu yang kini dikabarkan telah punah.
Di sana disebutkan penyebab punahnya karena terjadinya perubahan sosial masyarakat, terutama setelah wilayah tersebut dijadikan sebagai bendungan.
Warga yang sebelumnya kompak melestarikan warisan nenek moyang kemudian berpencar, sehingga belum ada lagi yang menggerakkan kesenian tersebut agar tidak punah.
Menghibur Warga yang Ditinggal Wafat Anggota Keluarga
Menurut catatan sejarah di tayangan tersebut, kesenian ini juga dikenal dengan Cikuprak. Tidak diketahui pasti asal muasal nama tersebut, termasuk arti Kutukuprak.
Namun secara fungsi diketahui bahwa Kutukuprak merupakan media pertunjukan rakyat untuk menghibur warga yang ditinggal wafat anggota keluarganya.
Bentuknya adalah lelakon dari orang yang didandani dengan karakter tertentu, lalu memparodikannya lewat komedi (banyolan) sebagai pesan penguat dan penyemangat.
“Kesenian Cikuprak atau Kutukuprak ini adalah kesenian khas Sumedang yang dapat dikatakan sudah punah,” tulis narasi di tayangan tersebut.
Tidak Boleh Berduka Secara Berlaruh-Larut
Pertunjukan Kutukuprak atau Cikuprak sebenarnya mengajak warga setempat yang menonton dan meminta warga yang mengalami musibah ditinggal anggota keluarga agar tidak berlaruh dalam kesedihan.
Ini karena apapun yang ada di dunia, baik pangkat, jabatan, harta sampai kehidupan seluruhnya adalah milik sang kuasa.
Dengan kekuatannya, seluruh kenikmatan dunia bisa saja dicabut. Namun bagi orang ikhlas dan tidak berduka secara berlebihan, apa yang sudah pergi akan diganti dengan kebaikan.
“Hiburan yang disampaikan dalam Kutukuprak diharapkan dapat menghibur seseorang yang berduka dan memberi semangat agar bangkit, sehingga bisa menjalani kehidupan seperti sedia kala,” tulis keterangan lagi.