Kisah Gedung Kesenian Jakarta, Bergaya Romawi dan Jadi Tempat Hiburan Orang Belanda di Masanya
Gedung ini awalnya jadi lokasi hiburan militer bagi kalangan warga Belanda
Gedung ini awalnya jadi lokasi hiburan militer bagi kalangan warga Belanda
Kisah Gedung Kesenian Jakarta, Bergaya Romawi dan Jadi Tempat Hiburan Orang Belanda pada Masanya
Ada banyak bangunan bersejarah di Jakarta. Masing-masing memiliki corak yang khas seperti yang terlihat di Gedung Kesenian Jakarta.
-
Dimana tempat wisata sejarah di Jakarta yang memiliki penjara bawah tanah? Menariknya, di bawah museum fatahilah ini terdapat berbagai penjara bawah tanah yang bisa kamu kunjungi dan dapat merasakan bagaimana di dalam penjara tersebut.
-
Di mana Gedung Pakuan, rumah dinas Gubernur Jawa Barat, berada? Rumah besar ini merupakan bangunan Rumah Dinas Gubernur Jawa Barat yang terletak di Jalan Pasir Kaliki, Babakan Ciamis, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung.
-
Gedung Pancasila berada di mana? Tidak semua bangunan lawas bisa lestari hingga sekarang. Sayangnya, sebagian di antaranya dibiarkan tak terawat kendati memiliki nilai sejarah, salah satunya gedung Pancasila yang ada di wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
-
Di mana letak Gereja Bintaran? Pada zaman kolonial, gereja itu dibangun di tengah permukiman orang-orang Eropa.
-
Di mana Gedung Cerutu terletak di Kota Tua Surabaya? Mengutip Liputan6.com, ada dua bangunan cagar budaya di Kota Tua Surabaya kawasan Jalan Rajawali.Pertama, Gedung Cerutu.
-
Dimana pusat pemerintahan Kerajaan Singasari? Pusat pemerintahan Singasari saat itu berada di Tumapel.
Melihat bentuk arsitekturnya, seluruh bagian gedung ini hampir mengadopsi gaya bangunan abad pertengahan. Tiang-tiang besar dengan fasad setengah kubah hampir pasti ditemui di setiap sudut bangunannya.
Saat ini, gedung tersebut masih aktif digunakan sebagai lokasi pertunjukkan seni khas nusantara maupun luar negara. Keindahan bangunannya juga digemari oleh penggemar sejarah, termasuk kisah panjang di balik perjalanannya. Simak informasinya
Mulanya bernama Municipel Theatre
Sebelum menjadi pusat kesenian warga, Gedung Kesenian Jakarta merupakan ruang hiburan sederhana yang terbuat dari gedek bambu yang sudah ada pada 1804.
Ketika itu, Gubernur Hindia Belanda, Herman Willem Daendles memimpikan sebuah ruang kesenian yang lengkap dan menjadi bagian dari fasilitas kota di Batavia. Belum sempat dibuat megah kelompok penjajah Inggris di bawah pimpinan Thomas Stamford Raffles merebut bangunan ini dan merenovasinya agar lebih layak.
Di masa-masa awal keberadaannya, gedung ini bernama Municipel Theatre atau Schouwburg, yang memiliki arti gedung komidi, dan didirikan di dekat kawasan pasar baru Jakarta Pusat karena dinilai strategis.
Setelah cabutnya Inggris dari Batavia, gedung ini kembali diakuisi oleh pemerintahan Belanda yang berkuasa.
Banyak pertunjukkan yang ditampilkan oleh kebanyakan orang belanda, salah satunya teater rakyat.
Para pemain kesenian berada suguhan penampilan terbaik mereka, dengan para penontonnya yang merupakan kalangan atas warga Eropa.
Bangunan ini sempat memiliki nama “Theatre Bamboe” dan dijadikan tempat penampilan tetap dari grup sandiwara bernama Ut Desint yang mementaskan tonil "Othelo" dan "Penabuh Genderang" karya Williem Shakespeare.
- Ada Sungai Bersih di Jakarta, Viewnya Dikelilingi Gedung Tinggi Bak Luar Negeri
- Gedung Ini Dianggap Paling Tinggi di Jakarta Padahal Hanya 5 Lantai, Intip Kisahnya
- Mengunjungi Kampung Brem Madiun, Jajanan Khas Sejak Zaman Kolonial Belanda
- Melihat Rumah Orang Sunda di Kampung Naga Tasikmalaya, Lantai Dapurnya Bisa Kelola Sisa Makanan
Gunakan penerangan dari minyak dan gas
Sebelum masuk tahun 1900-an, gedung ini masih memakai penerangan sederhana yakni menggunakan lampu minyak dan gas, dengan pencahayaan yang tidak begitu terang.
Walau begitu, minat kunjungan untuk menyaksikan pertunjukkan teater amatir masih digemari oleh masyarakat Belanda ketika itu.
Pertunjukan lantas divariasikan melalui pementasan opera, musik klasik, tari dan nyanyi, serta sirkus dan sulap. Banyak artis-artis atau penampil papan atas Eropa yang manggung di sana seperti artis pimpinan Von de Wall atau Victor Ido, Jan Fabricius, dan Louis Couperus.
Dijadikan markas militer Jepang
Gedung yang berpenampilan mewah ini pernah digunakan untuk Kongres Pemoeda yang pertama (1926).
Setelahnya, gonjang ganjing perebutan kekuasaan sempat terjadi di awal 1940-an, ketika Jepang masuk ke Indonesia. Lokasi ini kembali digeser fungsinya, yakni sebagai markas militer dan penyiksaan tawanan tentara.
Pada akhirnya, di tanggal 29 Agustus 1945, pemerintahan saat itu di bawah komando Presiden Soekarno meresmikan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan jadikan tempat persidangan sosial, termasuk ruang kuliah oleh Universitas Indonesia Fakultas Ekonomi dan Hukum di 1951.
Jadi gedung bioskop
Seiring berjalannya waktu, gedung berkapasitas 400-an orang itu mulai difungsikan sebagai tempat pementasan film modern atau bioskop, seiring berkembangnya industri perfileman nasional.
Gedung ini semakin dikenal oleh kalangan masyarakat luas, karena bioskop dianggap sebagai hal baru pada masa itu.
Gedung Kesenian Jakarta lantas diresmikan sebagai gedung bioskop Diana yang amat populer ketika itu.
Pertahankan gaya lawas
Seperti halnya bangunan khas Eropa klasik, Gedung Kesenian Jakarta benar-benar masih mempertahankan gaya lawasnya.
Ini juga terlihat dari coraknya, mulai dari warna putih polos yang mendominasi, sampai motif ukiran tembok yang mempercantik bangunannya.
Mengutip YouTube Candrian Attahiyyat, beberapa dekorasi yang sudah diubah di antaranya bagian langit-langit, juga plafon yang kini diganti memakai baja dan beton.
Para peminat sejarah banyak yang menjadikan bangunan ini sebagai lokasi untuk membaca Jakarta masa silam.