Kisah Makam Tionghoa Selamat dari Amukan Tsunami Krakatau, Semasa Hidup Sosoknya Bukan Orang Sembarangan
Saat bencana erupsi dan tsunami berlangsung, banyak warga yang berlindung di dekat makam.
Saat bencana erupsi dan tsunami berlangsung, banyak warga yang berlindung di dekat makam.
Kisah Makam Tionghoa Selamat dari Amukan Tsunami Krakatau, Semasa Hidup Sosoknya Bukan Orang Sembarangan
Sebuah makam di wilayah Pulau Tanjung Kait, Provinsi Banten, dikabarkan selamat dari bencana besar erupsi Gunung Krakatu pada 1883 silam. Ketika itu pulau-pulau di sekelilingnya terkena dampak letusan, bahkan sampai hilang tergulung ombak.
-
Kapan Danau Masigit mulai mengering? Sudah tiga bulan terakhir lokasi itu tidak digenangi air hingga tanah di dasar danau retak-retak.
-
Kapan makam tersebut ditemukan? Kemunculan makam tersebut berawal pada tahun 2022.
-
Apa isi kalimat yang ditemukan di dinding makam itu? Kalimat itu membuat Agostini bertanya-tanya, terutama bagaimana bahasa Persia Pertengahan dapat ditemukan di wilayah Beit She’arim. bagi orang-orang Yahudi setelah pengepungan dan penghancuran Kota Yerusalem pada 70 Masehi. Banyak orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain datang ke wilayah itu. Beit She’arim pun menjadi tempat tinggal berbagai suku bangsa.
-
Siapa yang dimakamkan di Makam Kembang Kuning? Kompleks makam ini sebelumnya diperuntukkan untuk warga negara Belanda , termasuk Eropa. Pada perkembangannya, makam ini diperuntukkan bagi pemeluk agama Kristen dan Katolik. Korban yang terdiri dari warga sipil maupun tentara Kerajaan Hindia Belanda dan Brigade Marinir Hindia Belanda dimakamkan di pemakaman di Surabaya.
-
Siapa yang ditemukan di dalam makam tersebut? Pada 1934, pekerja di Jerman menemukan kuburan seorang perempuan yang ditempatkan dalam posisi duduk dengan bayi di antara kakinya. Karena banyaknya barang kuburan di sekitar pasangan ini, para arkeolog menyimpulkan bahwa dia mungkin seorang dukun yang meninggal sekitar 9.000 tahun yang lalu, pada periode Mesolitikum.
Konon salah satu daratan itu selamat karena adanya sebuah makam tokoh Tionghoa. Saat bencana erupsi dan tsunami berlangsung, banyak warga yang berlindung di dekat makam. Saat ini lokasi itu dikeramatkan oleh warga setempat, dan dijadikan Klenteng oleh etnis Tionghoa di Pulau Kait.
Cerita legenda yang dipercaya turun temurun itu kemudian dikaitkan dengan sosok sakti bernama Ema Dato yang disemayamkan di sana.
Jadi lokasi wisata religi
Mengutip kanal YouTube seorang pemerhati budaya Tionghoa, Elsa Novia Sena, bahwa saat ini telah dibangun klenteng di sekitar area makam pada 1962.
Warga setempat biasa berziarah, sekaligus beribadah di klenteng tersebut untuk mendoakan para leluhur dan sosok yang dimakamkan di sana.
Makam Ema Dato di klenteng tersebut jadi salah satu yang dikeramatkan di sana, karena kesaktiannya ketika masih hidup.
Gabungkan budaya Bali dan Tionghoa
Menurut Elsa, klenteng tersebut juga memiliki desain yang unik karena menggabungkan dua budaya, yakni Tionghoa dan Bali.
Perpaduan dua budaya ini bisa terlihat jelas sejak di gerbang masuk, di mana pada dindingnya dihiasi motif topeng barong, dengan warna merah dan kuning khas Tionghoa.
“Jadi klenteng ini tuh unik banget, bergaya Bali nggak sih ini,” kata Elsa.
Asal usul makam
Tidak diketahui pasti kapan sosok Ema Dato ini dimakamkan. Namun dulunya kawasan ini masih berupa hutan, dan belum banyak permukiman seperti sekarang.
Disampaikan juru kunci makam, Koh Acin, makam ini diketahui sudah ada sebelum bencana erupsi Gunung Krakatau di 1883.
“Jadi ini tuh dulunya hutan, dan ditemukan oleh warga serta petani setempat, ” kata Koh Acin, saat diwawancara Elsa.
Membawa berkah
Makam ini sejak awal penemuan sudah dikeramatkan oleh warga karena dipercaya membawa keberkahan.
Ini terbukti saat terdapat seorang petani yang gagal panen, namun keadaannya membaik setelah berziarah.
“Dulu katanya ada petani bawang yang gagal panen akibat ribuan ulat, lalu ziarah ke sini. Setelah berdoa tiba-tiba ribuan burung terbang dan memakan ulat-ulat tadi hingga tanamannya sembuh, ” kata Koh Acin.
Sosoknya bukan orang sembarangan
Adapun sosok Ema Dato sendiri amat disegani semasa hidup. Ia menjadi tabib atau tokoh pengobatan yang bisa menyembuhkan masyarakat.
Ia merupakan perantauan asal Bali dan menetap di Pulau Kait. Bersama rombongan dari China, Ia datang untuk mendermakan ilmu pengobatan dan membantu warga sekitar secara sukarela.
“Ini kenapa ada kosambinya, karena makam ini dulu dekat pohon kosambi,” jelas Koh Acin.
Pernah selamat dari bencana Tsunami Krakatau
Setelah kematiannya pada 1740-an, warga masih merawat makam ini hingga terjadi bencana letusan Gunung Krakatau pada 1883.
Konon makam ini selamat dari dampak bencana tersebut dan turut melindungi warga, seakan membelah hempasan Tsunami setinggi 30 meter.
“Jadi pas di perbatasan makam Ema Dato itu gelombang airnya pecah, dan bisa melindungi warga, ini berdasarkan cerita lisan turun temurun,” kata Koh Acin.