Melihat Bekas Kerajaan Pajajaran di Kaki Gunung Salak Bogor, Bentuknya Mirip Istana Kini jadi Destinasi Wisata Religi
445 tahun berlalu, jejak Kerajaan Pajajaran masih bisa dilihat dari bangunan pura Parahyangan Agung Jagatkarta yang berdiri di bekas Kerajaan Pajajaran.
Kerajaan Pajajaran pernah berkuasa di tanah Jawa sekitar tahun 932-1579 masehi. Pusat kerajaannya ada di wilayah perbatasan antara Kecamatan Tamansari dan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, persisnya di kaki Gunung Salak.
Dahulu, Pajajaran dikenal kuat dan disegani oleh kerajaan-kerajaan yang berkuasa di nusantara seperti Galuh dan Majapahit. Sosok pemimpin yang dianggap paling adil adalah Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi.
-
Di mana letak Pura Agung Jati Pramana? Pura Agung Jati Pramana terletak di Jalan Bali nomor 4, Merbau Asih, Kota Cirebon, dan jadi salah satu lokasi religi yang unik.
-
Apa makna dari nama Pura Agung Jati Pramana? Penamaan Pura Agung Jati Pramana memiliki arti kuat, yakni “mengagungkan Tuhan”, ”meninggikan jati diri manusia” dan “kekuatan”. Secara utuh, Agung Jati Pramana adalah kekuatan diri untuk memuja dan mengagungkan Tuhan.
-
Kapan Jalur Lingkar Barat Purwakarta dibangun? Sebelum dibangun jalan lingkar pada 2013, Kecamatan Sukasari yang berada paling ujung di Kabupaten Purwakarta aksesnya tidak layak.
-
Di mana letak Pura Agung Kertajaya? Mengutip laman Pemkot Tangerang, Pura Agung Kertajaya sudah berdiri sejak 1989 di Jalan KS Tubun nomor 108, Koang Jaya.
-
Sejak kapan Pura Agung Jati Pramana berdiri? Mengutip sindu.kemenag.go.id, bangunan Pura Agung Jati Pramana diketahui sudah ada sejak 1994 silam.
-
Di mana situs Kerajaan Sriwijaya ditemukan? Pemancing Temukan "Pulau Emas", Situs Kerajaan Sriwijaya Berusia 400 Tahun Situs kerajaan Sriwijaya pada zaman dahulu yang dikenal sebagai Pulau Emas telah ditemukan para pemancing lokal yang melakukan penyelaman malam hari di Sungai Musi, Sumatera Selatan.
Di bawah kepemimpinannya, tanah Pasundan berhasil maju dan makmur. Infrastruktur diperhatikan, jalan-jalan diperkeras dan parit-parit besar dibangun sebagai sistem pengairan pertanian sekaligus benteng penghalang dari serangan musuh.
445 tahun berlalu, jejak agung kerajaan besar di barat pulau Jawa ini masih dapat dilihat dari bangunan pura bernama Parahyangan Agung Jagatkarta yang berdiri di lokasi yang diyakini bekas bangunan Kerajaan Pajajaran.
Dari segi bentuk, pura ini punya desain yang megah dengan ornament khas kerajaan. Kabarnya, di salah satu area pura menjadi tempat raja Prabu Siliwangi melakukan moksa untuk beribadah kepada Tuhan dalam ajaran agama Hindu.
Desainnya Megah Ala Kerajaan
Secara tampilan, bentuk pura tidak terpusat seperti rumah ibadah lainnya. Setidaknya ada tiga area yang dianggap suci oleh warga di sana, dan para pemeluk agama Hindu.
Mengutip laman Pemkab Bogor, kesan megah ini tampak dari hadirnya tiga bangunan Meru yang menyerupai menara dengan struktur bertupuk. Secara fungsi, Meru adalah tempat untuk beribadah kepada para dewa atau dalam bahasa Bali adalah pelingggih.
- Mengunjungi Bangkalan Kota Salak Terkemuka di Jawa Timur, Ada Salak Apel hingga Salak Kerbau
- Jalan Menuju Puncak Bogor Kembali Dibuka Setelah Ditutup 8 Jam Lebih
- Pilkada Kabupaten Bogor 2024, Ini Janji-Janji Jaro Ade di Depan Relawan
- Di Gunung Keramat Tempat para Dewa ini Brimob Polri Mendapat Baret Biru, Zaman Kerajaan Tempat Mencari Kesaktian
Kemudian, seluruh bagian pura juga dihiasi taman dan area terbuka yang luas dengan pemandangan Gunung Salak. Dari desain tangga, gerbang, Meru, serta beberapa bangunan pendopo yang dihiasi payung tradisional sepintas pura ini menggambarkan kemegahan dan kemewahan dari keraton Pajajaran di masa silam.
Banyak Berhiaskan Patung
Pada pintu gerbang awal pura ini, terdapat dua patung harimau yang diberi kain merah sebagai lambang kebesaran dari Prabu Siliwangi. Harimau ini seolah menyambut siapapun yang datang untuk menikmati keindahannya bangunan seluas 480 meter persegi itu.
Sedikit ke atas, terdapat dua arca berwujud sepasang naga dengan mahkota yang terpasang di atas kepalanya. Kemudian, ada juga patung Ganesha yang dianggap sebagai dewa pelindung, dewa ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia.
Sepanjang jalan menuju kawasan pura banyak terdapat ukiran batu, sebagai ornamen khas agama Hindu yang mengarah ke dua ekor ukiran naga di tangga terakhir menuju area peribadatan.
Tempat Moksa Prabu Siliwangi
Dalam tayangan di Youtube Ahli Riwayat disebutkan bahwa paling atas dari pura tersebut adalah tempat moksa dari raja Prabu Siliwangi. Disebutkan bahwa dahulu, pemimpin tertinggi Pajajaran itu hilang bersama prajurit-prajuritnya untuk sampai ke Tuhan Yang Maha Kuasa.
Area ini yang kemudian dijadikan tempat untuk beribadah dari umat Hindu, sekaligus bagi siapapun yang ingin berziarah dan mendoakan raja Prabu Siliwangi. Area ini merupakan pelataran luar yang masih boleh dikunjungi oleh masyarakat umum, di luar bangunan utama yang dikhususkan bagi umat Hindu yang beribadah.
Dibangun Tahun 1980-an
Sebelumnya, pura ini dibangun pada awal 1980-an oleh kalangan umat Hindu Bali yang ada di Jakarta.
Mereka menginginkan tempat ibadah lainnya, yang kemudian didirikanlah bangunan Parahyangan Agung Jagatkarta di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Desa Warung Loa, Kelurahan Ciapus.
Komunitas Hindu ini dekat dengan perspektif spiritual yang kuat, dan kerap melakukan meditasi. Mereka kemudian menemukan titik kordinat di Gunung Salak yang diyakini sebagai petilasan raja Pajajaran Prabu Siliwangi yang kala itu beragama Hindu.
“Komunitas Hindu ini kemudian menemukan titik kordinat di kawasan Gunung Salak ini yang diyakini sebagai tempat petilasannya raja Prabu Siliwangi. Di sana terdapat batu yang sudah digunakan oleh para nenek moyang,” kata pengelola Pura, Made dalam Youtube Ahli Riwayat.
Jadi Destinasi Wisata Religi
Saat ini, Pura Parahyangan Agung Jagatkarta telah dijadikan sebagai salah satu wisata religi yang ada di Kabupaten Bogor. Karena fungsinya sebagai destinasi, maka siapapun boleh mendatangi tempat itu dengan tetap menghormati kebijakan yang berlaku. Pasalnya, ada beberapa tempat yang tidak bole dikunjungi sembarangan oleh warga non umat Hindu.
“Pura ini jadi yang terbesar di Jawa dan nomor dua di Indonesia setelah Besakih, Bali. Sekarang statusnya sudah jadi destinasi wisata oleh Pemda Bogor, dengan beberapa fasilitas lain seperti pura, gereja, wihara, jadi termasuk wisata religi sekarang,” katanya