Nostalgia dengan Gasing Betawi yang Melegenda, Ada Sejak Zaman Belanda dan Kini Jadi Warisan Budaya
Uniknya gasing Betawi dibuat dari pohon buah-buahan seperti nangka, jambu hingga pohon sawo. Bobot kayu akan memengaruhi durasi dan kecepatan berputar.
Anak-anak Betawi zaman dulu sering menghabiskan waktu dengan bermain gasing bersama teman-teman. Permainan ini asyik dimainkan beramai-ramai, apalagi jika ada yang mampu berputar lama sehingga jadi pusat perhatian.
Tradisi gasing Betawi bukan sekedar permainan. Di sana terkandung pesan khusus sebagai media pembelajaran, sekaligus mengasah ketangkasan. Kehadiran gasing juga sudah sangat lama, bahkan telah dimainkan sejak zaman Belanda.
-
Apa itu tradisi ketupat lepas di Betawi? Ini bukan budaya makan bareng ketupat nasi, atau membagikannya ke warga. Melainkan sebagai pengiring nazar dari para orang tua terhadap anak-anak mereka.
-
Permainan tradisional apa saja yang dilombakan di Festival Permainan Tradisional di Banyuwangi? Seperti halnya enggrang bambu, enggrang batok, balap karung, congklak, gobak sodor yang dimainkan dalam festival ini.
-
Kenapa budaya palang pintu muncul di Betawi? Budaya palang pintu muncul ketika daerah-daerah Betawi masih rawan. Dulu jauh sebelum seperti saat ini, orang melamar untuk nikah harus berangkat pada malam hari.
-
Kapan tradisi Lebaran Betawi berlangsung? Tradisi berlebaran masyarakat Betawi berlangsung hingga pekan ketiga di bulan Syawal.
-
Apa yang dimaksud dengan tradisi "nyedengin baju" di Betawi? Nyedengin Baju berarti Mengukur Pakaian Mengutip situs Seni Budaya Betawi, pengamat budaya Betawi, Yahya Andi Saputra, mengatakan bahwa tradisi Nyedengin baju jadi ciri khas keluarga Betawi di masa silam. Dalam bahasa Betawi, disedengin berarti diukur tubuh kita. Ini bertujuan agar baju lebaran nantinya cukup dan pas ketika dikenakan.
-
Kapan tradisi Nyambat populer di Betawi? Tradisi ini sebelumnya sempat popular sejak puluhan tahun silam oleh kalangan warga Betawi setidaknya sampai tahun 1950-an.
Kini gasing atau orang Jakarta biasa menyebutnya Panggal resmi menyandang Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) tahun 2021 lalu.
Gasing Betawi Dibuat dari Batang Pohon Buah
Merujuk laman Dinas Kebudayaan Jakarta, orang-orang Betawi zaman dulu membuat gasing menggunakan kayu dari pohon buah seperti asem, jambu batu, sawo, pete, sampai pohon nangka. Namun, tak jarang juga bahannya dibuat menggunakan dua jenis kayu untuk bahan bangunan yakni kayu dari pohon waru dan mahoni.
Kemudian kayu dibuat bentuk bulat, dan mengerucut di bagian bawahnya, dengan ukuran yang beragam, mulai dari 5, 8, 10 sampai paling besar 13 sentimeter.
Agar gasing bisa berputar, ujung bawah diberi tambahan besi serupa paku sehingga gaya gesek yang terjadi tidak menghambat perputaran kayu pada gasing.
Dimainkan di Halaman Terbuka Bertanah Padat
Bermain gasing tidak bisa di tempat sembarangan karena akan memengaruhi lamanya berputar. Biasanya, anak-anak Betawi di zaman dulu memainkannya di lahan terbuka dengan tekstur tanah yang padat seperti lapangan, bekas tanah persawahan ataupun halaman rumah.
- Nostalgia Masa Sekolah, Intip Momen AHY dan Istri Kunjungi SMA Taruna Nusantara
- Nostalgia Jenderal Polisi saat Pendidikan Sespim, Pamer Menu Andalan Bikin Ngiler
- Nostalgia Banget, Ini Fakta Menarik Sunat Bengkong yang Terkenal dari Tanah Betawi
- Nostalgia Jenderal TNI Dudung Santap Kupat Tahu & Bandros Koboi, Menyatukan Cita Rasa Klasik
Agar lebih asyik, tak jarang gasing juga dilombakan di lahan berkeramik sehingga mainan tradisional ini bisa berputar dengan sangat cepat dan lama.
Beberapa cara yang perlu diperhatikan untuk bermain gasing adalah kekuatan mengikat menggunakan tali, serta kecepatan dalam melepas dan menarik tali agar tak melilit gasing.
Siapa yang Paling Lama Berputar Dialah yang Juara
Di Jawa Barat dan Jakarta, terutama di kalangan masyarakat Betawi, permainan ini dikenal dengan istilah gasing, panggal, atau tangkalan. Dalam aktivitas bermain gasing, setiap pemain bersaing untuk menunjukkan keahlian mereka dalam memutar gasing selama mungkin.
Permainan gasing ini melibatkan beberapa peserta yang saling beradu ketangkasan. Tujuan utama dalam permainan ini untuk mempertahankan putaran gasing agar bisa bertahan lebih lama dibandingkan dengan gasing milik lawan dan dinyatakan sebagai pemenang.
Mengutip YouTube Lembaga Kebudayaan Betawi, gasing sangat asyik dimainkan bersama 4 sampai 8 orang pemain. Biasanya ada dua gasing yang saling beradu dan bertabrakan sehingga menambah keseruan.
Tiga Jenis Permainan Gasing Betawi
Menarik untuk dicatat bahwa dalam tradisi Betawi, terdapat tiga variasi permainan gasing, yaitu Ambilan, Angonan, dan Cocokan. Ambilan, pemain berusaha mengeluarkan gasing lawan dari area permainan yang disepakati. Jika berhasil, mereka dapat mengambil gasing milik lawan sebagai hadiah.
Selanjutnya, dalam permainan Angonan, gasing yang berputar dan kemudian berhenti dekat garis lingkaran akan dianggap kalah. Gasing tersebut dapat dipukul oleh semua pemain yang ada, hingga akhirnya keluar dari lingkaran.
Terakhir pada jenis Cocokan, jika seorang pemain berhasil menyisir gasing lawan hingga keluar dari lingkaran, mereka berhak untuk mencocok atau menusuk gasing tersebut menggunakan paku, dengan tujuan untuk membelahnya.
Tiga jenis variasi ini menambah keunikan dan tantangan dalam permainan gasing di kalangan masyarakat Betawi.
Melatih Ketangkasan, Strategi dan Kebesaran Hati Menerima Kekalahan
Gasing Betawi selain sebagai permainan tradisional, juga bisa melatih ketangkasan dalam melemparkannya.
Kemudian, pemain juga dilatih kemampuan merancang strategi serta analisis apakah lemparan akan tepat mengenai lawan dan mampu berputar lama atau malah sebaliknya.
Ketika kalah, pemain diajarkan untuk bersabar termasuk jika gasing miliknya dijadikan hadiah bagi pemenang. Namun di balik itu semua, seluruh pemain akan diminta untuk sportif dalam mematuhi peraturan permainan yang disepakati bersama.