3 Fakta Sejarah Gereja Ganjuran Bantul, Jadi Tempat Ziarah Bernuansa Jawa
Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran atau yang kerap disebut Gereja Ganjuran merupakan sebuah Gereja Katolik Roma yang berada di Bantul. Tak seperti gereja Katolik pada umumnya, Gereja Ganjuran terkenal dengan arsitekturnya yang bercampur dengan model arsitektur Jawa dan Hindu.
Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran atau yang kerap disebut Gereja Ganjuran merupakan sebuah Gereja Katolik Roma yang berada di Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul. Tak seperti gereja Katolik pada umumnya, Gereja Ganjuran terkenal dengan arsitekturnya yang bercampur dengan model arsitektur Jawa dan Hindu.
Karena keunikan tersebut, banyak wisatawan yang mengunjungi gereja ini. Mereka pun tak hanya umat Katolik yang ingin beribadah, namun juga penganut non-Katolik yang ingin melihat dari dekat keindahan arsitektur gereja ini.
-
Apa yang dikatakan Ade Armando tentang DIY? Laporan ini merupakan buntut dari pernyataan Ade yang mengatakan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai perwujudan dari politik dinasti sesungguhnya.
-
Kapan puncak kemarau di DIY diprediksi berlangsung? Sebelumnya Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menyebut puncak musim kemarau 2024 di DIY diprediksi berlangsung antara Juli hingga Agustus 2024.
-
Siapa saja yang hadir dalam sosialisasi Balai Bahasa DIY tentang ujaran kebencian? Acara dihadiri oleh 47 peserta dari berbagai lembaga seperti binmas polres kabupaten/kota, humas Setda DIY, bidang kepemudaan kabupaten/kota, dinas komunikasi dan informatika provinsi/kabupaten/kota dan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) kabupaten/kota.Lalu hadir pula, dinas DP3AP2KB provinsi/kabupaten/kota, MKKS kabupaten/kota, Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi DIY, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) serta Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas II Yogyakarta.
-
Kapan puncak arus balik di DIY terjadi? Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat bahwa puncak arus balik di provinsi itu terjadi pada Minggu (14/4).
-
Kenapa Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
-
Kapan Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
Lalu bagaimana ide awal pembangunan gereja ini hingga menjadi gereja yang unik hingga sekarang? Berikut selengkapnya.
Bentuk Perhatian Pada Kaum Buruh
©Ugm.ac.id
Wacana pembangunan Gereja Ganjuran bermula pada tahun 1912 di mana Julius dan Joseph Schmutzer, dua bersaudara pemilik Pabrik Gula Gondanglipuro, berniat untuk menerapkan ajaran sosial gereja dengan memberi perhatian pada kaum lemah dan para buruh. Agar misinya dapat diterima masyarakat, mereka membuat patung-patung Hati Kudus Yesus yang digambarkan sebagai “Raja Jawa”.
Dengan bernuansa Jawa, Gereja Ganjuran resmi berdiri pada 16 April 1924. Sebagai ucapan rasa syukur, Schmutzer juga mendirikan prasasti yang diilhami budaya dan adat istiadat setempat pada tahun 1927.
Selain itu, dia juga membuat tempat berdoa dalam bentuk sebuah candi. Di dalam candi itu ditahtakan Patung Hati Kudus Tuhan Yesus dan digunakan sebagai tempat berdoa dan penghormatan kepada santo.
Akulturasi Budaya Jawa dan Eropa
©Ugm.ac.id
Salah satu keunikan Gereja Ganjuran adalah gaya bangunannya yang merupakan hasil dari akulturasi budaya Jawa, Hindu, dan Eropa. Melansir dari Ugm.ac.id, budaya Jawa di Gereja Ganjuran hadir dengan adanya patung Yesus, Bunda Maria, dan malaikat yang mengenakan baju adat kebesaran Jawa. Sementara nuansa Hindu hadir dengan adanya bangunan Candi.
Di bawah candi itu, terdapat mata air yang biasa didoakan oleh para peziarah dengan harapan dapat memberi kesembuhan bagi yang sakit. Biasanya, beberapa peziarah membawa pulang air tersebut dalam sebuah botol atau jeriken kecil setelah didoakan. Air tersebut dipercaya dapat memberikan khasiat pengantara doa oleh Yang Maha Kuasa.
Pendopo Bernuansa Jawa
©Ugm.ac.id
Selain patung orang suci berbusana Jawa, di sana terdapat pula pendopo yang biasa digunakan wisatawan untuk beristirahat yaitu Pendopo Julius Schmutzer, Joseph Schmutzer, Caroline Schmutzer, serta pendopo dengan nama orang Jawa seperti Pendopo Tekle. Nama pendopo itu diambil dari nama Yu Tekle, seorang yang cacat tangannya yang sering membantu membersihkan gereja ini. Sebenarnya nama asli Yu Tekle adalah Sarjiyem. Sebutan Tekle mengacu pada tangannya yang cacat.
Di Gereja Ganjuran pula, baik para peziarah maupun wisatawan bisa merasakan kesejukan, kerindangan, dan keheningan secara bersamaan. Pengunjung pun bebas berkunjung kapanpun karena tak ada jam buka atau tutup di tempat ibadah ini. Namun saat ada prosesi ibadah, pengunjung diharapkan bisa menjaga keheningan mengingat prosesi itu dianggap sakral bagi umat Katolik.