5 Kisah Banjarnegara Tempo Dulu, Mulai dari Zaman Kerajaan Hingga Kolonial Belanda
Banjarnegara merupakan salah satu wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Peradaban di tempat ini bahkan telah dikenal pada abad 1-10 Masehi, tak lain dengan adanya Kompleks Percandian Dieng yang menjadi bagian dari wilayah tersebut. Perkembangan wilayah itu juga tak lepas dari pengaruh masa kolonial Belanda.
Banjarnegara merupakan salah satu wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Lebih dari 20 persen luas wilayah kabupaten ini berada di atas ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut. Hal ini membuat banyak warganya yang bermukim di kawasan pegunungan.
Perkembangan wilayah Banjarnegara kini tak bisa terlepas dari sejarah masa lalu. Peradaban di tempat ini bahkan telah dikenal pada abad 1-10 Masehi, tak lain dengan adanya Kompleks Percandian Dieng yang menjadi bagian dari wilayah tersebut.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Lantas seperti apa sejarah Banjarnegara dari masa ke masa? Berikut selengkapnya:
Sejarah Agraria di Dieng
©Cagarbudayambanjar.id
Saat kekuasaan Kerajaan Mataram Hindu mulai berkuasa di Dieng, sebagian besar wilayah itu merupakan tanah perdikan di mana warganya dibebaskan dari membayar pajak. Pada era kolonial Belanda, pemerintah saat itu kembali membebaskan lahan-lahan tersebut. Hal ini bertujuan agar situs-situs bersejarah di tempat itu tidak dirusak oleh warga.
Pada era pemerintahan Soeharto, tepatnya pada tahun 1970-an, para penduduk yang kebanyakan merupakan pendatang dari bawah Dieng diberikan sertifikasi lahan agar memperluas kebun pertaniannya dan membangun permukiman. Hal ini bertujuan untuk mendukung program pariwisata dan pertumbuhan pertanian di sana.
Pada tahun 1980-an, Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala mendata kembali aset tanah dan situs yang dimiliki pemerintah sepeninggal kolonial Belanda. Ternyata banyak lahan yang telah dimiliki perseorangan. Maka mau tak mau Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala membeli sebagian lahan yang terdapat di situs itu.
Kampung Belanda di Banjarnegara
©Cagarbudayambanjar.id
Dulunya, Desa Klampok, salah satu desa di Kecamatan Purwareja Klampok, merupakan sebuah perkampungan Belanda di era kolonial. Saking lamanya mereka bermukim di sana, para orang-orang Belanda itu sudah berbaur dengan orang-orang lokal.
Pada sore hari, mereka juga bermain sepak bola dengan penduduk lokal dan disaksikan oleh warga sekitar. Dilansir dari Cagarbudayambanjar.id, adanya pabrik gula di desa itu menjadi sebab berdirinya perkampungan ini.
Hingga saat ini perumahan bekas tempat tinggal orang Belanda itu masih bisa dijumpai. Bahkan di sana juga terdapat kantor pos yang sudah digunakan di era Belanda, namun fungsinya belum berubah hingga saat ini.
Inspeksi Bangunan di Karangkobar
©Cagarbudayambanjar.id
Berada di kawasan pegunungan, banyak daerah di Banjarnegara yang cocok untuk tempat menanam kopi. Di daerah Karangkobar, ada gudang tempat penampungan dari hasil panen kopi. Tempat itu menjadi pusat penyetoran kopi dari daerah-daerah sekitar seperti Kalibening, Pagentan, dan Pejawaran.
Dalam sebuah foto, terlihat kegiatan inspeksi perbaikan rumah di Karangkobar pada tahun 1928. Perlu diketahui, bahwa di era Kolonial Belanda, Karangkobar sudah ramai menjadi pusat perekonomian masyarakat di utara Banjarnegara.
Sejarah Keramik Banjarnegara
Selain terkenal dengan hasil alamnya, di Banjarnegara juga punya kerajinan khas berupa keramik. Salah satu tokoh keramik di sana adalah Kandar Atmomihardjo. Setelah tiga tahun belajar memahami seluk beluk keramik di Bandung, Kandar diberi tugas memimpin perusahaan keramik Banjarnegara.
Pada tahun 1957, Kandar mendirikan industri keramik yang diberi nama Meandallai, singkatan dari Mendidik Anak Dalam Lapangan Industri. Tenaga kerjanya kebanyakan anak-anak putus sekolah dan pengangguran. Dari sinilah awal tumbuh perusahaan keramik di Klampok, Banjarnegara.
Dilansir dari Cagarbudayambanjar.id, keramik dari Klampok ini sudah dikenal di berbagai negara seperti Belanda, Amerika, bahkan beberapa museum dunia mengoleksi keramik ini.
Sejarah Perkeretaapian di Banjarnegara
©Cagarbudayambanjar.id
Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) adalah sebuah perusahaan kereta api yang melintasi lembah Sungai Serayu dan menghubungkan daerah-daerah seperti Maos, Purwokerto, Banjarnegara, hingga berakhir di Wonosobo.
Jalur ini dibangun atas dasar kepentingan ekonomi Belanda, dengan memberikan layanan transportasi yang cepat dan murah bagi perusahaan Belanda di kawasan tersebut, khususnya perkebunan gula.
Kini, beberapa aset perusahaan tersebut, seperti rel kereta api dan stasiun, masih tersisa bekas-bekasnya di Banjarnegara. Bahkan bangunan Stasiun Banjarnegara masih berdiri utuh dan kini berada di bawah pengelolaan PT Kereta Api Indonesia DAOP 5 Purwokerto.