Belum Terungkap, Ini Kisah Teror Bom di Candi Borobudur yang Masih Jadi Misteri
Senin, 21 Januari 1985, menjadi hari yang berbeda di Candi Borobudur. Waktu itu masih dini hari. Para petugas keamanan candi baru saja memulai patroli keliling salah satu situs bersejarah di dunia itu. Namun baru 10 menit berkeliling, dua petugas patroli dikejutkan oleh bunyi menggelegar.
Senin, 21 Januari 1985, menjadi hari yang berbeda di Candi Borobudur. Waktu itu masih dini hari. Para petugas keamanan candi baru saja memulai patroli keliling salah satu situs bersejarah di dunia itu. Namun baru 10 menit berkeliling, dua petugas patroli dikejutkan oleh bunyi menggelegar.
Saat keduanya berlari menuju sumber bunyi itu, muncul bunyi lain yang tak kalah besarnya. Setelah itu, ledakan-ledakan lain bersusulan. Dilansir dari Liputan6.com, pagi itu, dari pukul 01.20 WIB hingga 03.40 WIB, ada sembilan bom yang meledak di sekitar lokasi Candi Borobudur.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Namun baru pukul 04.30 WIB aparat Garnisun Magelang tiba di lokasi dan langsung menyisir kawasan candi yang terkena ledakan. Sebenarnya siapa pelaku pengeboman itu? Dan seperti apa kerusakan Candi Borobudur akibat pengeboman itu?
Belum Semua Bom Meledak
©Pixabay/saesherra
Ledakan sembilan bom dalam waktu dua jam lebih itu membuat batu-batu di Candi Borobudur berserakan. Tapi muncul kabar bahwa belum semua bom meledak. Masih ada bom yang terpasang dan tinggal menunggu waktu untuk meledak.
Tak menunggu lama, pukul 05.00 WIB seorang personel Sat Brimob Polda Jawa Tengah, Sersan Kepala Sugiyanto, diperintahkan Dansat Brimob Kolonel Pranoto untuk mencari dan menjinakkan bom yang belum meledak. Bersama dengan tim Penjinak Bahan Peledak (Jihandak) dari Kompi 5155 Brimob Jogja, dia menemukan dua buah bom yang siap meledak.
Tekad Baja
©Pixabay/moslem_alit0
Dari total bom yang ditemukan saat itu, ternyata ada 11 bom yang ingin diledakkan oleh pelaku. Diketahui waktu itu bahwa bom terakhir dijadwalkan meledak pukul 08.00 WIB. untungnya, dua bom lain sudah diamankan Sugiyanto. Hebatnya, dia melakukannya seorang diri.
“Saat itu peralatan belum seperti sekarang. Berbekal seragam dinas Brimob dan tekad baja, saya melakukan aksi penjinakkan bom itu. Dalam benak saya, hanya Allah yang dapat menyelamatkan nyawa saya kalau bom itu meledak saat masih saya tangani,” ungkap Sugiyanto dilansir dari Tribata Polda Jateng.
Sudah Tercium Jauh-Jauh Hari
©Agung Supriyanto/AFP
Sebenarnya, potensi perusakan Candi Borobudur sudah tercium jauh-jauh hari sebelumnya. Pada waktu pemugaran Borobudur selesai dan diresmikan pada 23 Februari 1983, Daoed Joesoef, tokoh di balik pemugaran itu, mengaku sering menerima surat kaleng berisi makian, hujatan, dan kutukan.
Bahkan dalam surat itu Daoed Joesoef dianggap kafir karena telah mendukung pembangunan situs yang dianggap sebagai berhala terbesar di Tanah Air.
Setelah peledakan itu, Pemerintah kemudian mengarahkan kecurigaan pada kelompok Islam radikal. Apalagi, sejak peristiwa Tanjung Priuk pada 1984 dan penolakan atas asas tunggal Pancasila, ketegangan antara pemerintah dengan kelompok Islam radikal meningkat.
Peristiwa Meledaknya Bus di Banyuwangi
©2016 Merdeka.com
Tiga bulan berlalu setelah peledakan itu, muncul peristiwa meledaknya bus Pemudi Ekspress di Banyuwangi. Diketahui bus itu meledak karena ada bom yang dibawa penumpangnya. Peristiwa meledaknya bus itu kemudian digunakan polisi untuk memburu pelaku bom di Candi Borobudur.
Setelah melakukan penyelidikan, akhirnya polisi mengantungi nama Abdul Kadir Al-Habsy. Ia kemudian diamankan dan terungkaplah bahwa bom yang meledak di bus itu sebenarnya hendak diledakkan di Bali.
Dari sinilah muncul nama Husein bin Ali Al-Habsy, kakak kandung Kadir. Atas kasus ledakan bus itu, keduanya ditetapkan sebagai tersangka.
Motif Balas Dendam
©2015 Merdeka.com
Kadir mengakui bahwa bom yang ia bawa masih terkait dengan bom Borobudur. Tapi Husein menolak keras jika disebut ia terlibat dalam pengeboman itu. Dalam penyelidikan terhadap Kadir dan Husein, muncul nama Mohammad Jawad alias Krisna alias Abu Mahdi.
Kadir dan Husein menyebut Abu Mahdi adalah seorang ustaz yang merupakan dalang di balik pengeboman Borobudur. Tapi dia kemudian hilang tak berbekas.
Di pengadilan, jaksa menetapkan Kadir dan Husein sebagai tersangka pelaku Bom Borobudur dengan motif balas dendam atas peristiwa Tanjung Priok. Mereka berdua menolak tuduhan jaksa, namun pengadil tetap memutuskan mereka bersalah.
Masih Misterius
©shutterstock.com/Marijus Auruskevicius
Oleh jaksa, Kadir divonis 20 tahun penjara dan Husein divonis hukuman seumur hidup. Pada 23 Maret 1999, Husein mendapat grasi dari pemerintahan Presiden Habibie.
Sementara itu, keberadaan Mohammad Jawab alias Abu Mahdi masih menjadi misteri hingga kini. Tak ada yang mengetahui sosok yang diduga sebagai otak pengeboman Borobudur. Bahkan Kadir dan Husein sendiri hanya mengenal orang itu dalam waktu singkat.