Bentuk Pengenalan Upacara Adat pada Masyarakat Jawa, Ini Fakta Menarik Pameran "Abhimantrana"
Pameran itu digelar dalam rangka Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan HB X
Pameran itu digelar dalam rangka Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan HB X
Foto: Ig @humasjogja
Bentuk Pengenalan Upacara Adat pada Masyarakat Jawa, Ini Fakta Menarik Pameran "Abhimantrana"
Dalam rangka ulang tahun penobatan atau Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan HB X dan GKR Hemas, Keraton Yogyakarta menggelar pameran awal tahun bertajuk “Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta”. Pameran ini diselenggarakan pada 8 Maret hingga 29 Agustus 2024.
Lantas apa saja hal-hal menarik terkait pameran ini? Berikut ulasan selengkapnya:
-
Apa yang dirancang Sri Sultan Hamengku Buwono I di Keraton Yogyakarta? Arsitektur dari Keraton Yogyakarta juga sepenuhnya dirancang oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I. Bahkan, semua hiasan dan juga tumbuh-tumbuhan yang ditanam di kompleks keraton dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki nilai filosofis dan spiritual yang tinggi.
-
Kapan Sri Sultan Hamengkubuwono II memerintah? Ia memerintah pada kurun waktu tahun 1792-1828.
-
Siapa yang menemui Sri Sultan HB X di Yogyakarta? Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap isi pertemuannya dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Klien Yogyakarta, pada Minggu (28/1).
-
Kapan Keraton Surakarta dibangun? Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II sebagai pengganti Keraton Kartasura yang hancur karena adanya peristiwa Geger Pecinan pada tahun 1743.
-
Apa saja yang diciptakan oleh KRT Wiroguno untuk Keraton Yogyakarta? Sebagai seorang seniman, KRT Wiroguno telah berjasa besar bagi Keraton Yogyakarta. Semasa hidupnya ia menciptakan lebih dari seratusan gending, merancang kostum Langendriya, menggeluti foto painting hitam putih, dan berbagai kesenian lainnya. Berkat berbagai hal tersebut, layak rasanya apabila ia disebut sebagai salah satu seniman besar Keraton Yogyakarta.
-
Siapa artis yang memiliki keturunan dari Keraton Kasunanan Surakarta? Maia Estianty, seorang musisi ternama dan pengusaha sukses, mewarisi kekayaan sejarah keluarganya. Ia adalah cucu dari salah satu tokoh sejarah Indonesia yang terkemuka, HOS Cokroaminoto, dan memiliki keturunan dari Keraton Kasunanan Surakarta.
Dilansir dari Jogjaprov.go.id, pameran ini mengangkat istilah “Abhimantrana” yang berarti upacara, doa-doa, dan pepujian. Pameran ini menjadi sajian dari berbagai upacara adat yang digelar Keraton Yogyakarta, terutama yang berkaitan dengan fase daur hidup dari Manusia Jawa.
Di sisi lain, pameran ini juga menjadi potret dari ruang informasi bagi pengunjung dalam membaca dan menafsirkan pelestarian budaya.
Kunjungan dari pameran ini dimulai dari ruang “Sangkan Paraning Dumadi”. Di ruang ini, ritus hidup manusia disimbolkan dalam bentuk gambar tata ruang Kota Yogyakarta antara Panggung Krapyak, Keraton Yogyakarta, serta Tugu Golong Giling.
Kurator Pameran Abhimantrana, Mas Jajar Pradanareja Guritno, mengatakan bahwa pameran itu merupakan upaya untuk mengenalkan upacara adat yang ada di tengah masyarakat Jawa sekaligus Keraton Yogyakarta.
Ide itu kemudian direfleksikan dalam filosofi Pangeran Mangkubumi yang dikenal dengan nama Sangkan Paraning Dumadi.
“Setiap laku hidup inilah yang kita tandai dengan upacara adat. Masyarakat yang berkunjung akan mendapatkan informasi secara utuh bagaimana upacara adat di Keraton diselenggarakan sekaligus mendapatkan pengalaman secara langsung terkait dengan salah satu proses adat yang mungkin belum mereka temui,”
kata Mas Jajar dikutip dari Jogjaprov.go.id.
- Tampil Anggun & Menawan, Ratna Galih Berlibur di Mesir Bersama Suami, Sambil Belajar Sejarah
- Berada di Tengah Permukiman Padat Penduduk, Ini Fakta Unik Kompleks Makam Raja Mataram di Tegal yang Sudah ada sejak Abad ke-17
- Mengenal Upacara Adat Suran Mbah Demang, Bentuk Pelestarian Nilai-Nilai Leluhur Masa Lalu
- Ilmuwan Salah Sangka Benda Aneh ini Dikira Sampah Luar Angkasa, Ternyata Petunjuk Penting Manusia untuk Bisa Hidup Antar Planet
Dalam pameran ini, pihak panitia mengedepankan informasi interaktif sehingga pengunjung bisa mendapatkan keseluruhan informasi secara utuh.
Melalui pameran ini pula, Keraton Yogyakarta ingin mengajak masyarakat Jawa hidup berkontemplasi dan penuh dengan rasa among roso yang sangat erat. Sehingga upacara adat ini juga menghidupkan rasa dari masyarakat Jawa itu sendiri.
“Saat ini masyarakat modern sering mengalami gagal terkait dengan kebudayaan, mereka sering kali mengalami krisis identitas atau hal-hal yang sebenarnya sangat dinantikan tapi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari justru terabaikan,” pungkas Mas Jajar.