Berkah Perajin di Jateng Kebanjiran Pesanan saat Idul Adha, Mulai dari Pandai Besi hingga Pembuat Tusuk Sate
Para pembuat pisau, pembuat tusuk sate, dan perajin tempat panggangan sate panen rezeki saat hari raya kurban tiba.
Para pembuat pisau, pembuat tusuk sate, dan perajin tempat panggangan sate panen rezeki saat hari raya kurban tiba.
Berkah Perajin di Jateng Kebanjiran Pesanan saat Idul Adha, Mulai dari Pandai Besi hingga Pembuat Tusuk Sate
Bagi banyak orang, Hari Raya Idul Adha merupakan hari di mana banyak orang libur dan menikmati hari raya bersama keluarga. Namun hal itu tidak berlaku bagi sebagian orang yang justru memanen rizki saat Idul Adha tiba.
-
Apa itu sate jando? Sate jando merupakan salah satu jenis olahan hewan sapi, namun bukan menggunakan daging utuh ataupun jeroan. Ini yang kemudian membuat sate jando berbeda dari sate sapi kebanyakan.
-
Kenapa sate jando disukai? Cita rasa sate jando disukai oleh banyak kalangan, karena gurih dengan perpaduan rasa asin dan sedikit manis.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kenapa Doa Sapu Jagat penting? Bukan hanya menambah pahala, doa sapu jagat juga akan meningkatkan keimanan dan dekat dengan Allah SWT.
-
Kapan sate jando mulai dijual? Agung, pengelola sate jando yang merupakan generasi penerus Mbok Ayu Ngatemi mengatakan bahwa sate ini sudah dijajakan oleh pendahulunya sejak 1970.
-
Di mana petugas pemilu di Jateng meninggal dunia? Di Klaten, Jawa Tengah, seorang petugas KPPS meninggal dunia setelah sempat bertugas di TPS 04 Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno. Ia bernama Dewi Indriyani (43), sebelumnya diketahui bahwa ia memiliki penyakit penyerta atau komorbid. Selain Dewi, ada satu lagi petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah yang meninggal dunia usai bertugas. Petugas KPPS bernama Joko Basuki (55) bertugas di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 11 Desa Tegalrejo, Kecamatan Cepet, Klaten.
Salah satunya adalah para pandai besi yang berjualan di Pasar Cepogo, Boyolali. Jelang Hari Raya Idul Adha, sejumlah warga silih berganti membeli atau mengasah pisau kurban agar semakin tajam saat digunakan memotong daging kurban.
Para perajin pisau mengaku, mereka kebanjiran orderan, baik secara online maupun offline. Dalam sehari, para perajin bisa menjual lebih dari 15 pisau kurban. Harga pisau itu bervariasi, mulai dari Rp50 ribu yang ukuran kecil, hingga pisau besar seharga Rp120 ribu rupiah.
Jika ingin memesan pisau di tempat, para pembeli harus sabar mengantre dengan para pembeli lainnya. Hal ini dikarenakan para perajin harus membuat pisau terlebih dahulu dan dibutuhkan waktu antara 15 hingga 30 menit untuk sebilah pisau kurban.
Sementara itu bagi para warga yang ingin mengasah pisau agar lebih tajam, biayanya bervariasi antara Rp17.500 hingga Rp20.000 per pisau tergantung ukurannya.
Tak hanya perajin pisau kurban, para perajin tusuk sate berbahan bambu di Klaten juga kebanjiran pesanan. Menjelang hari raya Idul Adha permintaan tusuk sate meningkat.
Bila biasanya permintaan tusuk sate hanya sekitar 100 ikat per hari, kini permintaannya meningkat menjadi 150 ikat per hari.
Setiap ikatan terdiri dari 30 tusuk sate dengan panjang sekitar 20 cm dan dijual seharga Rp20 ribu. Bahkan perajin harus lembur produksi untuk memenuhi tingginya permintaan tusuk sate.
Proses produksi yang semula hanya sampai pukul 4 sore, kini harus dilembur hingga pukul 8 malam.
“Ini kami harus terpaksa lembur. Kalau nggak lembur nggak dapet. Ada banyak pembeli jadi lembur,” kata Paikem, salah seorang perajin tusuk sate, dikutip dari YouTube Liputan6 pada Jumat (14/6).
- Segarnya Pallu Butung Khas Sulsel, Hidangan Penutup Menyegarkan Mirip Pisang Ijo
- Pria di Lumajang Sulap Barang Rongsokan Jadi Pemanggang Sate, Ramai Pemesan Jelang Hari Raya Kurban
- Mencicipi Kue Talam, Kuliner Khas Ramadan dari Kota Samarinda
- Adakan Jumat Berkah di Panti ODGJ, Aksi Wanita Ini Tuai Pujian
Sementara itu, para perajin tempat panggangan sate di Kecamatan Ceper, Klaten, juga mengalami kebanjiran pesanan. Jika pada hari biasa pesanannya hanya 60 buah panggangan sate per hari, kini pesanan melonjak menjadi 80 buah per hari.
Para perajin sempat kewalahan dengan melonjaknya sebagian pesanan karena keterbatasan bahan baku yang didatangkan dari luar daerah. Pesanan tempat panggangan sapi itu datang dari Solo, Klaten, Wonosobo, hingga Kebumen.
“Harganya kalau yang kecil ini Rp8.000-an, kalau yang ini Rp9.500,” kata Wiyanto, perajin tempat pemanggang sate.