Cara Pemkot Semarang Cegah Banjir di Musim Hujan, Buat 5.000 Titik Biopori di Seluruh Kota
Implementasi penggunaan sistem biopori di Kota Semarang dirasa masih belum optimal.
Implementasi penggunaan sistem biopori di Kota Semarang dirasa masih belum optimal.
Cara Pemkot Semarang Cegah Banjir di Musim Hujan, Buat 5.000 Titik Biopori di Seluruh Kota
Musim hujan memang masih lama datangnya. Tapi bagi warga Kota Semarang, selalu ada masalah yang tidak pernah teratasi saat musim hujan yaitu banjir.
Kondisi itu rupanya disadari oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang.
Mereka berencana membangun 5.000 titik biopori di seluruh kota sebagai upaya untuk mencegah banjir yang selama ini menjadi permasalahan di wilayah tersebut.
-
Di mana banjir terjadi di Semarang? Banjir terjadi di daerah Kaligawe dan sebagian Genuk.
-
Kenapa banjir terjadi di Semarang? Curah hujan tinggi yang mengguyur Semarang pada Rabu (13/3) hingga Kamis dini hari menyebabkan sejumlah daerah dilanda banjir dan tanah longsor.
-
Kapan banjir terjadi di Semarang? Curah hujan tinggi yang mengguyur Semarang pada Rabu (13/3) hingga Kamis dini hari menyebabkan sejumlah daerah dilanda banjir dan tanah longsor.
-
Apa saja yang terdampak akibat banjir di Semarang? Genangan banjir yang ada di Semarang cukup bervariasi antara 20 hingga 70 cm. Sejumlah wilayah yang terdampak banjir antara lain Jalan Kaligawe di Kelurahan Muktoharjo, Kelurahan Tambakrejo, Kelurahan Sambirejo, Kelurahan Krobokan, dan Kelurahan Kudu.
-
Dimana saja banjir terjadi di Semarang? Sejumlah wilayah yang terdampak banjir antara lain Jalan Kaligawe di Kelurahan Muktoharjo, Kelurahan Tambakrejo, Kelurahan Sambirejo, Kelurahan Krobokan, dan Kelurahan Kudu.
-
Bagaimana kondisi banjir di Semarang? Genangan banjir yang ada di Semarang cukup bervariasi antara 20 hingga 70 cm.
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan bahwa metode pembangunan biopori itu sebenarnya sudah dikenal luas. Namun implementasinya di Kota Semarang masih belum optimal.
“Sebenarnya kalau biopori ini sudah umum ya. Hanya penerapannya yang belum masif,” kata Hevearita dikutip dari ANTARA pada Senin (5/8).
Berikut selengkapnya:
Mengutip ANTARA, pembuatan biopori dimulai dengan 100 titik di enam jalan utama yaitu Jalan Sultan Agung, Jalan S. Parman, Jalan Diponegoro, Jalan Pahlawan, Kalisari, dan Jalan Pemuda. Menurutnya, biopori sangat bermanfaat untuk peresapan air di saat hujan dan sebagai proses pembuatan pupuk kompos dengan media daun-daun kering.
“Manfaat biopori ini adalah, yang pertama, untuk peresapan air di saat hujan. Ini adalah antisipasi untuk menghadapi musim hujan yang akan datang,” kata perempuan yang akrab disapa Ita.
Lebih lanjut, Ita mengatakan kalau daun-daun yang rontok bisa dimanfaatkan menjadi kompos sehingga tidak harus dibeli pupuk. Bahkan menurutnya, pada daerah yang miring pemanfaatan biopori juga dapat mengantisipasi adanya longsor.
Selain itu ia juga mengungkapkan pentingnya pemanfaatan daun-daun kering yang sering ditemukan tidak diangkat oleh petugas kebersihan.
“Saya berpikir bagaimana daun itu tidak diangkat, tapi bisa dimanfaatkan sehingga dimasukkan ke dalam biopori,” kata Ita.
Dalam kesempatan itu Ita menekankan pada pentingnya pembuatan biopori di jalan-jalan protokol kota Semarang. Terutama pada daerah yang sering mengalami genangan air pada musim hujan seperti Jalan Pahlawan dan Jalan Pemuda.
“Di kedua jalan itu biasanya ada genangan, sehingga ini bisa membantu air untuk tidak semuanya masuk ke drainase, tetapi juga masuk ke dalam biopori -biopori,” kata Ita dikutip dari ANTARA.
Sementara itu Dinas Lingkungan Hidup berencana akan memperbanyak biopori di 17 titik ruang terbuka hijau (RTH) yang tersebar pada 11 kecamatan di Kota Semarang. Tak hanya itu, DLH juga telah membuat dan menyoalisasikan pembuatan biopori pada 97 Program Kampung Iklim (Proklim) yang tersebar di seluruh Kota Semarang.
“Semoga ini bisa menjadi salah satu pencegahan banjir dan pemanfaatan sampah organik menjadi kompos untuk pupuk di wilayah-wilayah Kota Semarang,” kata Hevearita.
Tentang Biopori
Mengutip situs Semarangkota.go.id, biopori adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan lubang resapan yang berbentuk tegak lurus. Biasanya lubang biopori berdiameter sekitar 10 hingga 30 cm dan tidak mempunyai permukaan tanah air dangkal.
Fungsi dari lubang biopori untuk menimbun limbah organik. Pengisian lubang biopori dengan sampah organik bertujuan untuk memberi makan makhluk hidup yang ada di tanah. Selain sebagai tempat pembuangan sampah organik, lubang biopori itu juga sebagai tempat penyimpanan makanan bagi makhluk hidup.