Didirikan Para Buruh Pelabuhan Asal Maluku, Ini Fakta Menarik Masjid Tertua di Kota Jayapura
Masjid itu menjadi saksi bisu pembebasan Irian Barat pada tahun 1960.
Masjid itu menjadi saksi bisu pembebasan Irian Barat pada tahun 1960.
Didirikan Para Buruh Pelabuhan Asal Maluku, Ini Fakta Menarik Masjid Tertua di Kota Jayapura
Agama Islam menyebar ke seluruh penjuru Indonesia, bahkan ajarannya telah sampai ke pelosok timur Nusantara.
Di Kota Jayapura, ada sebuah gedung bercat tiga yang tampak biasa saja. Bila sepintas tak terlihat kalau bangunan itu adalah sebuah masjid. Padahal bangunan itu merupakan masjid tertua di Kota Jayapura.
-
Kapan Masjid Jami Assuruur diresmikan? Masjid ini masih mempertahankan bentuk bangunannya sejak diresmikan pada 1874.
-
Apa keunikan dari Masjid Agung Jatisobo? Setelah dirombak total, Masjid Agung Jatisobo wujudnya mirip dengan Masjid Agung Keraton Surakarta era kepemimpinan Pakubuwono IV. Perbedaan hanya dapat diliha pada bagian tiangnya saja. Tiang masjid agung Surakarta berbentuk bulat, sedangkan masjid agung Jatisibo persegi.
-
Kapan Masjid Raya Sumatra Barat diresmikan? Awal pembangunan masjid ini ditandai dengan peletakan batu pertama pada 21 Desember 2007 silam.
-
Bagaimana Masjid Jami' Matraman menjadi pusat dakwah? Masjid mulai berfungsi sebagai pusat dakwah setelah sebagian prajurit memutuskan untuk tinggal dan menjadi pendakwah.
-
Dimana Masjid Jami Sultan Syarif Abdurrahman berada? Masjid Jami Sultan Syarif Abdurrahman merupakan masjid terbesar di Pontianak dan masjid yang pertama kali berdiri di Provinsi Kalimantan Barat.
-
Apa keistimewaan Beduk Masjid Jami Sabilul Huda Indramayu? Konon saat ditabuh suaranya pernah terdengar sampai Cirebon yang berjarak puluhan kilometer.
Masjid itu berukuran 12x12 meter atau kira-kira dua kali lapangan bulu tangkis. Diperkirakan kapasitas masjid itu mampu menampung 200 jemaah.
Dindingnya berlapis keramik hijau dan lantainya dibuat dari keramik putih. Terdapat empat unit pendingin ruangan di dalam masjid yang hanya digunakan ketika salat Jumat.
Namanya Masjid Jami’. Jika dibandingkan dengan Masjid Baiturrahman yang merupakan masjid terbesar di Kota Jayapura, Masjid Jami’ merupakan masjid tertua. Jika Masjid Baiturrahman berdiri pada tahun 1974, Masjid Jami’ sudah berdiri pada tahun 1943.
Saat itu sejumlah buruh di Hollandia, nama Jayapura saat itu, adalah para pencetus berdirinya Masjid Jami ketika Belanda masih berkuasa.
Dilansir dari Indonesia.go.id, para buruh itu merupakan pendatang dari Buton, Ternate, Tidore, Halmahera, Waigeo, dan Salawati.
Semula bangunan masjid itu hanya terdiri dari satu lantai dengan atap yang terbuat dari seng dan kubah berbentuk limas seperti umumnya masjid di Jawa. Saat itu masjid tersebut hanya digunakan untuk salat lima waktu, dan jemaahnya masih sedikit.
Seorang pengurus masjid, H. Muhammad Syaiful, mengatakan bahwa peristiwa paling bersejarah pada rumah ibadah ini terjadi pada era 1962-1963. Saat itu terjadi peristiwa penyerahan wilayah Papua dari Belanda kepada Indonesia yang difasilitasi oleh militer sekutu.
Saat itu masjid tersebut banyak didatangi oleh tentara Muslim yang dibawa Inggris dari Asia Selatan seperti India dan Pakistan.
Para tentara asal Pakistan itu menjadikan masjid sebagai tempat salat dan beristirahat. Mereka turut merawat masjid dan menjadi imam salat. Keberadaan mereka disambut jemaah karena telah menghidupkan suasana masjid.
“Sebagian dari mereka memilih berkeluarga di Jayapura. Keturunan-keturunan bermarga Khan cukup banyak tinggal di permukiman sekitar masjid,” ujar Syaiful dikutip dari Indonesia.go.id.
- Sejarah Masjid Kemayoran, Saksi Perjuangan Arek-arek Suroboyo Melawan Penjajah
- Jadi yang Tertua di Kalimantan Barat, Ini Sejarah Masjid Jami Sultan Syarif Abdurrahman
- Masjid di Batabuah Sumbar Ini Tetap Berdiri Kokoh Meski Diterjang Banjir Bandang Lahar Dingin, Ini Potretnya
- Sisi Unik Masjid Jami Assuruur Kebon Jeruk, Bangunannya Khas Belanda Berhias Kayu Jepara
Seiring waktu, tentara-tentara dari Pakistan dan India itu ditarik kembali ke negara masing-masing.
Selain itu, para buruh pelabuhan yang merupakan jemaah tetap masjid mulai geser lokasi kerja ke kawasan Abe Pantai.
Di sana mereka membangun masjid baru, yakni Masjid Al Falah yang menjadi masjid tertua kedua di Kota Jayapura.
Sejak pendirian masjid baru itu, Masjid Jami’ jadi sepi tak terawat. Mulai tumbuh ilalang di sekitar masjid. Di sekitarnya mulai hadir rumah karaoke serta bar.
Seorang tokoh masyarakat setempat yang sekaligus seorang pendeta, Saparai, kemudian meminta pemilik bar dan karaoke untuk menutup usaha di sekitar masjid agar suasana masjid jadi lebih bersih.
Pada tahun 1963, pengelolaan masjid diambil alih oleh Kodam XVII/Cendrawasih. Seorang pegawai dari Kementerian Agama bernama H. Mansyur D. Rahmad kemudian diminta untuk mengelola masjid tersebut selama 10 tahun.
Saat itu, masjid mulai membuka lembaga pendidikan yaitu Madrasah Diniyah Maarif pada tahun 1966. Ketua Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama Papua, H. Toni Wanggai, mengatakan pada tahun 1968 Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif dibentuk bersamaan digantinya diniyah dengan Madrasah Ibtidaiyah.
“Masjid ini tidak hanya rumah ibadah karena juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan dan wadah berkumpulnya organisasi-organisasi Islam seperti NU dan Muhammadiyah,” kata Toni.
Lembaga pendidikan itu terus berkembang. Pada tahun 1970 dibangun SD Nurul Huda, dan disusul tahun 1985 SMP Nurul Huda yang bangunannya menempel dengan masjid.
Karena tingginya minat warga menyekolahkan anak mereka ke lembaga pendidikan di Masjid Jami’, maka pengelola dan pengurus mengubah total bangunan masjid, dan disatukan dengan gedung sekolah. Masjid pun dipindah ke lantai paling atas karena menghormati fungsi awalnya sebagai rumah ibadah.