Fakta Menarik Prasasti Rukam, Berisi tentang Peristiwa Meletusnya Gunung Api di Era Mataram Kuno
Prasasti ini sering dikaitkan dengan penemuan situs kampung kuno di Liyangan
Prasasti ini sering dikaitkan dengan penemuan situs kampung kuno di Liyangan
Fakta Menarik Prasasti Rukam, Berisi tentang Peristiwa Meletusnya Gunung Api di Era Mataram Kuno
Prasasti Rukam merupakan sebuah prasasti di Indonesia yang mencatat peristiwa gunung meletus pada masa kerajaan.
Prasasti berangka tahun 829 saka atau 907 Masehi ini ditemukan pada tahun 1975 di Desa Petarongan, Kecamatan Parakan, Temanggung.
-
Di mana prasasti ini ditemukan? Dilansir Ancient Origins, Gundukan Aççana adalah sejenis gundukan arkeologi yang terbentuk dari akumulasi lapisan-lapisan pemukiman yang terus menerus, terletak di distrik Reyhanlı di Provinsi Hatay, Turki selatan.
-
Bagaimana prasasti itu ditemukan? Penemuan ini terjadi ketika petani itu tengah mempersiapkan lahan mereka untuk pertanian, sekitar 100 kilometer di sebelah timur laut Ibu Kota Kairo. Mereka kemudian segera memberitahu pihak berwenang setempat tentang penemuan mereka.
-
Apa yang dikisahkan dalam Prasasti Huludayeuh? Di prasasti ini menceritakan proyek besar di zaman Kerajaan Pajajaran.
-
Apa isi dari Prasasti Sangguran? Dua baris pertama isi Prasasti Sangguran ditulis dalam bahasa Sansekerta. Sedangkan seluruh bagian lainnya menggunakan bahasa Jawa Kuno.
-
Kenapa Prasasti Huludayeuh penting? Di masa itu, Prabu Siliwangi melalui program kerajaannya memiliki sejumlah proyek terkait infrastruktur seperti parit untuk kebutuhan pertahanan ibu kota Pakuan, membuat monumen gunungan, menggencarkan perkerasan jalan, menyelamatkan hutan lindung dan sebagainya.
-
Di mana prasasti itu ditemukan? Penemuan ini terjadi ketika petani itu tengah mempersiapkan lahan mereka untuk pertanian, sekitar 100 kilometer di sebelah timur laut Ibu Kota Kairo.
Dikutip dari Budaya-Indonesia.org, prasasti ini terdiri atas dua lempeng tembaga yang berbentuk persegi panjang. Lempeng pertama berisi 28 baris dan lempeng kedua berisi 23 baris. Aksara dan Bahasa yang digunakan adalah Jawa Kuno.
Menurut Arkeolog dari BRIN Indonesia, Sugeng Riyanto, prasasti ini ditemukan bersama temuan-temuan arkeologis lain berupa alat-alat upacara dari perunggu, bokor, cepuk, gentong, gantungan lampu, mangkok-mangkok yang terbuat dari perunggu maupun keramik asing, dan beberapa benda kecil.
Saat ditemukan, prasasti tersebut masih dalam keadaan baik. Aksaranya juga masih terlihat jelas. Hanya saja pada lempeng pertama, tembaganya agak rusak sehingga dua huruf tidak terbaca.
Foto: Budaya-Indonesia.org
Dilansir dari Budaya-Indonesia.org, Prasasti Rukam berisi tentang penganugerahan sebuah desa yang dibebaskan pajaknya atas Wanua I Rukam oleh Sri Maharaja Rake Wakutura Dyah Balitung Sri Dharmmodya Mahasambhu.
Alasan pemberian sima merujuk pada kata-kata “ilang dening Guntur” yang berarti sebuah desa yang hilang atau hancur karena terkena letusan gunung.
Ada yang berpendapat bahwa desa yang hilang akibat meletusnya gunung berapi itu adalah Desa Rukam.
Bukti itu diperkuat dengan penemuan candi dan bekas perkampungan kuno di lereng Gunung Sindoro, Dusun Liyangan, Kelurahan Purbasari, Ngadireja, tahun 2008.
- 3 Fakta Gunung Raung yang Jarang Diketahui, Salah Satu Gunung Api Paling Aktif di Indonesia Punya Jejak Erupsi Besar
- Prasasti di Temanggung Ini Memuat Nama 12 Raja Mataram Kuno, Begini Temuan Faktanya
- Fakta Unik Gunung Kaba di Bengkulu, Meletus Tahun 1600 hingga Misteri Makhluk Tak Kasat Mata
- Alami Erupsi, Ini 5 Fakta Gunung Ili Lewotolok yang Kawahnya Berbentuk Bulan Sabit
Pendapat lain mengatakan bahwa desa yang disebutkan dalam prasasti tersebut bukanlah Desa Rukam, melainkan sebuah desa yang belum diketahui namanya.
Pendapat yang kedua lebih bisa diterima karena membangun kembali pusat kerajaan di lokasi yang pernah diterjang bencana bisa dikatakan sebagai ketidakniscayaan.
Kaitan antara Prasasti Rukam dengan Situs Liyangan
Pada tahun 2008, sejumlah penambang pasir menemukan pemukiman Mataram Kuno yang terkubur material gunung api dengan kedalaman hingga 8 meter. Para peneliti menduga Liyangan adalah desa yang hilang akibat letusan gunung berapi seperti yang tertulis pada Prasasti Rukam.
Bukti itu diperkuat dengan hasil penanggalan karbon dari bambu yang menjadi arang di Liyangan yang menunjukkan angka 971 Masehi dengan standar penyimpangan 112 tahun. Sementara Prasasti Rukam yang berasal dari tahun 907 Masehi masih berada di antara angka 971 +/- 112.
Walau begitu, arkeolog Sugeng Riyanto mengaku masih perlu kajian mendetail tentang Prasasti Rukam untuk memastikan kaitannya dengan Situs Liyangan.