Keseruan Warga Bonokeling Rayakan Perlon Besar, Pertahankan Tradisi Adat Jawa Kuno
Suasana guyub rukun terasa saat masyarakat Bonokeling merayakan perlon besar.
Suasana guyub rukun terasa saat masyarakat Bonokeling merayakan perlon besar.
Keseruan Warga Bonokeling Rayakan Perlon Besar, Pertahankan Tradisi Adat Jawa Kuno
Setelah merayakan IdulAdha, masyarakat adat Bonokeling yang berada di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Banyumas, melakukan tradisi perlon besar. Foto: Youtube Tedhong Telu
-
Bagaimana cara masyarakat Bangka Belitung menjalankan tradisi Kelekak? Kelekak adalah tanaman buah yang bisa dimanfaatkan hasilnya dan sudah berbentuk layaknya hutan. Tak tanggung-tanggung, masyarakat pedesaan di Bangka Belitung sudah melakukan Kelekak hingga seluas dua hektare bahkan lebih.
-
Apa yang dilakukan masyarakat dalam tradisi Rebo Pungkasan? Umumnya tradisi ini dilakukan dengan menjalani salat dan berdoa. Selain itu ada pula yang menjalani tradisi ini dengan mengadakan selamatan.
-
Mengapa masyarakat Bonokeling membersihkan makam leluhur mereka di hari Lebaran? Pelaksanaan salat mereka ganti dengan membersihkan makam leluhur.
-
Bagaimana masyarakat Desa Kemuja merayakan tradisi Mauludan? Kegiatan dilakukan dengan berkumpulnya masyarakat di masjid pada malam hari sebelum 12 Rabi’ul Awwal dan membacakan kisah hidup tauladan Nabi Muhammad SAW, memanjatkan salam dan shalawat sepanjang malam.Selanjutnya, akan dilakukan ritual doa bersama yang diakhiri dengan menyantap makanan dengan seluruh masyarakat yang disebut dengan Tradisi Nganggung.
-
Bagaimana warga Bantul membersihkan tikar masjid dalam tradisi umbah-umbah kloso? Tikar tersebut dicuci di sebuah saluran irigasi. Tikar tersebut dicuci dengan sabun cuci seadanya.
-
Di mana acara silaturahmi masyarakat Bonokeling di hari Lebaran mereka berlangsung? Setelah itu para penganut Islam Kejawen itu membawa aneka makanan ke rumah kepala desa setempat. Di sana mereka menggelar acara silaturahmi.
Dalam upacara itu, laki-laki dan perempuan berkumpul dengan mengenakan pakaian Jawa. "Ini buat izin sama mbah di sana," kata seorang pria yang hendak melakukan ritual dengan membawa ranting yang ujungnya dibakar. Foto: Youtube Tedhong Telu
Mereka melakukan tradisi itu di bawah guyuran hujan gerimis. Iring-iringan warga dengan membawa sesajen berjalan menuju tempat yang dikeramatkan di desa itu. "Ini makam eyang Kyai Gunung," ujar pria itu.
Mereka secara bergantian duduk bersimbah di samping makam sambil memanjatkan doa-doa. Selesai memanjatkan doa, mereka menyantap hidangan yang telah disediakan. Suasana Jawa Kuno begitu terasa pada prosesi tersebut.
Mereka mempertahankan adat Jawa secara turun-temurun. Pakaian yang mereka gunakan adalah pakaian serba Jawa. Tak hanya itu, beberapa bangunan masih asli berarsitektur Jawa kuno.
Setelah acara ziarah ke makam leluhur selesai, mereka melanjutkan acara dengan masak-masak bersama. Dengan menggunakan empat wajan besar, mereka memasak gulai kambing dengan cara yang serba tradisional.
- Mengenal Tradisi Buka Luwur, Momen Penggantian Kain Penutup Makam Sunan Kudus
- Peringati Malam Satu Suro, Begini Keseruan Warga Boyolali Adakan Tradisi Sedekah Merapi
- Tradisi Kupatan Jolosutro Asal Bantul Diakui Jadi Warisan Budaya Tak Benda, Ini Keunikannya
- Intip Tradisi Mepe Kasur Jelang Iduladha di Banyuwangi, Dipercaya Jauhkan Warga dari Bencana dan Penyakit
Gulai kambing yang telah matang dimasukkan ke dalam kendil. Kendil dipasang berjejer di atas gedebog pisang. Sementara di dalam salah satu bangunan, tampak nasi tumpeng dipasang berjejer. Tumpeng-tumpeng itu siap dibagikan ke warga sekitar.
Suasana guyub rukun terasa saat masyarakat Bonokeling merayakan perlon besar. Tampak ibu-ibu berkumpul dalam kelompoknya begitu pula dengan bapak-bapak. Sebuah pemandangan yang sulit ditemui di zaman modern ini. "Di sini paling guyub se-Pekunceng," kata seorang ibu-ibu pada kanal YouTube Tedhong Telu.