Keunikan Kertas Daluang, Dulu Jadi Media Tulis Masyarakat Yogyakarta
Pemanfaatan kertas ini sudah berkembang di era pra-Islam
Pemanfaatan kertas ini sudah berkembang di era pra-Islam
Keunikan Kertas Daluang, Dulu Jadi Media Tulis Masyarakat Yogyakarta
Kertas Daulang merupakan kertas yang berasal dari kulit pohon glugu atau pohon saeh. Masyarakat Yogyakarta memanfaatkan kertas itu sebagai media tulis kuno untuk menuliskan naskah-naskah lama.
-
Bagaimana tekstur Durian Si Layung? Teksturnya juga lembut, sehingga makin menambah kenikmatan menyantap durian Si Layung.
-
Apa itu Daluang? Daluang merupakan kertas yang berasal dari kulit pohon glugu (Jawa) atau pohon saeh (Sunda). Nama latin dari pohon ini adalah Broussonetia papyrivera Vent yang dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan sebutan paper mulberry.
-
Kapan patung Dvarapala itu dibuat? Patung ini diketahu berusia 700 tahun, dibuat pada abad ke-13.
-
Kenapa Kue Tapel mirip Kue Leker? Cita rasa gurih, harum dan sedikit manis berpadu jadi satu di tiap porsinya. Belum lagi teksturnya cukup unik, yakni renyah di luar dan lembut di dalam, membuat Kue Tapel mirip kue leker.
-
Apa itu gambar toong? Gambar toong bisa dikatakan sebagai bioskop keliling sederhana.
-
Bagaimana pantun dagang lucu dibuat? Selain itu, kecerdasan dan kelincahan dalam membuat pantun dagang juga bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggan, yang bisa meningkatkan minat mereka untuk membeli atau berinteraksi dengan pedagang.
Dilansir dari Liputan6, beberapa wilayah di Nusantara memang memanfaatkan daulang sebagai sarana pendukung utama bagi penulisan naskah atau tradisi tulis. Hal itu juga terjadi pada masa pra-Islam yang tak hanya memanfaatkan duluang sebagai media tulis, tetapi juga bahan pakaian para pertapa atau kelengkapan upacara keagamaan.
Dikutip dari Kebudayaan.jogjakota.go.id, nama latin dari pohon ini adalah Broussonetia papyrifera vent, yang dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan nama paper mulberry. Bagian dari pohon yang digunakan sebagai alat tulis adalah kulitnya.
Selain sebagai media alat tulis, kulit pohon ini juga digunakan sebagai media lukis. Kertas yang dihasilkan dari daluang cukup kuat dan tahan lama.
Sementara itu, pemanfaatan daluang sebagai media tulis naskah-naskah lama dapat dilihat di Museum Sonobudoyo. Selain itu ada juga koleksi Wayang Beber di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul.
Wayang Beber merupakan lembaran-lembaran kertas yang bergambar tokoh-tokoh atau adegan dalam cerita wayang. Wayang ini dimainkan dengan cara membuka lembaran-lembaran kertas pada wayang secara berurutan sesuai dengan adegan yang tergambar dalam cerita wayang.
- Dulu Paling Miskin di Desa dan Punya Banyak Utang, Agus Kini Jadi Tukang Kebun Sukses yang Punya HAKI
- Sering Dibully dan Alami Kerugian Berkali-kali, Pria Ini Kini Sukses Jadi Juragan Kos di Yogyakarta
- Mengenal Tradisi Sekaten, Media Penyebaran Islam Sejak Zaman Majapahit
- Pasar Takjil Ramadan di Banyuwangi
Untuk membuat kertas dari daluang, dibutuhkan waktu sekitar tujuh atau delapan hari. Pembuatan kertas daluang dimulai dengan memotong dan mengupas kulit terluar maupun kulit lapisan kedua dari batang pohon, sedangkan lapisan ketiga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kertas daluang.
Selanjutnya, batang pohon yang telah dikupas kemudian direndam sekitar dua hari. Selanjutnya adalah proses fermentasi tanpa tambahan apapun menggunakan daun pisang selama tiga hingga lima hari.
Setelah itu batang ditempa hingga berbentuk pipih menggunakan kuningan yang beralas kayu. Semakin lama dipukul, batang kayu akan semakin lebar dan tipis.
Pada proses ini, pembuatan kertas daluang juga bisa menyesuaikan ketebalan kertas yang diinginkan. Lembaran kayu yang telah menjadi kertas kemudian diangin-anginkan hingga kering lalu digosok menggunakan batu halus agar menghasilkan kertas dengan kualitas yang bagus.
Dilansir dari Liputan6, pemanfaatan daluang sebagai media dalam tradisi tulis-menulis lebih terlihat di masa Islam. Penggunaan kertas daluang banyak juga digunakan di lingkungan pesantren serta kebutuhan administrasi pemerintah lokal. Keberadaan kertas ini juga sudah diakui, terutama dengan ditetapkannya sebagai warisan budaya.