Kisah Mbah Man, Sang Pencari Batu Candi Ikut Lestarikan Warisan Jawa Kuno
Mbah Man sendiri sudah berpengalaman selama puluhan tahun dalam pemugaran candi.
Mbah Man sendiri sudah berpengalaman selama puluhan tahun dalam pemugaran candi.
Foto: YouTube Kancabudaya
Kisah Mbah Man, Sang Pencari Batu Candi Ikut Lestarikan Warisan Jawa Kuno
Pada saat ditemukan, kebanyakan candi-candi di Indonesia masih berwujud puing-puing tak berbentuk. Oleh karena itu diperlukan sebuah proses ekskavasi.
Dalam proses ekskavasi ini para peneliti candi waktu itu memerlukan seorang para pencari batu candi yang rela bersusah payah siang malam mencari kepingan batu yang tercecer agar candi dapat berbentuk dan berdiri utuh.
-
Bagaimana para peneliti menemukan Candi Batujaya? Percandian Batujaya pertama kali ditemukan oleh para arkeolog UI tahun 1984.
-
Kapan Ganjar Pranowo menemani Kaisar Jepang berkeliling Candi Borobudur? Pada Kamis (22/6), Kaisar Jepang, Hironomiya Naruhito berkunjung ke Candi Borobudur.
-
Siapa yang menemukan situs candi di Batang? Pada tahun 2019, seorang arkeolog asal Prancis bernama Veronique de Groot menemukan sebuah situs diduga candi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang di Desa Sawangan, Kecamatan Gringsing, Batang.
-
Kapan Tollund Man meninggal? Faktanya, para ilmuwan meyakini dia dibunuh antara tahun 405 dan 380 SM.
-
Di mana Candi Borobudur terletak? Candi Borobudur merupakan salah satu bangunan kuno nan ikonik di Indonesia. Terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Inilah tugas sehari-hari Mbah Man, seorang pencari batu candi yang bekerja untuk Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah.
Kini ia harus mencari batu untuk melengkapi bangunan Candi Bubrah yang awalnya tak berbentuk. Ia berkata bahwa dulu di Candi Bubrah ada 25 relung. Namun ia tak yakin.
Didasari oleh kecurigaanya, Mbah Man menjelajahi batu-batu yang masih terpencar di situs Candi Bubrah. Ini merupakan proses spekulatif karena batu-batu di sana jumlahnya mencapai ribuan keping.
Bagi Mbah Man dan para pencari batu candi lainnya, sebuah batu candi yang ditemukan dapat merubah kesimpulan tentang wujud asli sebuah candi.
Maka tak heran proses pencarian batu candi merupakan proses yang harus dilakukan dengan ketelitian. Prosesnya memadukan ketelitian, pengalaman, serta kegigihan, dan tak jarang pula melibatkan hal-hal berbau mistis.
Mbah Man sendiri sudah berpengalaman selama puluhan tahun dalam pemugaran candi. Tak hanya candi-candi di Jawa Tengah, Mbah Man pernah dikirim untuk mencari batu-batu untuk ekskavasi Situs Majapahit di Trowulan, Jawa Timur.
“Bila mana kami dari tim pencari batu mendapatkan batu, rasanya bahagia sekali. Senangnya tak bisa dibandingkan. Membuat kami semangat untuk terus mencari batu,” kata Mbah Man seperti dikutip dari kanal YouTube Kancabudaya.
Namun tak jarang dalam sehari Mbah Man dan timnya tidak menemukan batu yang diinginkan. Saat itulah ia merasa gundah dan terus bertanya-tanya, di manakah keberadaan batu yang ia cari. Bahkan sampai pulang di rumahpun Mbah Man masih terus memikirkan soal keberadaan batu-batu itu.
- Kisah di Balik Batu Betarup yang Melegenda di Sambas, Konon Bentuk Kutukan Warga Miskin yang Tak Diundang Pesta
- Tipu Warga Modus Jual Lahan, Mantan Kades di Bengkalis Dijebloskan ke Penjara
- Makmur dan Sejahtera, Warga Ini Tidak Pernah Beli Beras Hasil Panen Berlimpah 'Usia Padi Ada yang Sampai 30 Tahun'
- Menguak Situs Candi Bata yang Ditemukan di Kawasan Industri Batang, Diduga Peninggalan Kerajaan Kalingga
Mbah Man bisa mencari dan menyusun batu-batu candi ke tempatnya semula karena mengenal ragam pola candi hingga bagian-bagian terkecilnya.
Hanya dalam sekali lihat, Mbah Man dapat langsung tahu di mana letak batu tersebut pada bangunan candi asalnya. Ia tahu, bangunan candi tidak dibangun dengan teknik perekat semen, namun dengan cara saling mengunci dan menopang satu sama lain.
Selain mencari batu-batu candi menggunakan ilmu pengetahuannya, tak jarang Mbah Man melakukan tirakat untuk memohon petunjuk terkait keberadaan batu-batu candi yang ia cari. Biasanya ia melakukan “tapa kungkum” di sebuah sungai.
Mbah Man sendiri tidak memiliki pendidikan tinggi dalam bidang arkeologi. Pendidikan tertingginya adalah sekolah pendidikan guru. Namun ia tidak menyelesaikan pendidikan itu.
Mbah Man sendiri belajar pemugaran dan seluk beluk candi pada para senior para pencari batu. Salah satu mentornya yaitu Mbah Atmo Jino. Atmo Jino sendiri merupakan salah seorang tokoh yang ikut terlibat dalam proyek raksasa pemugaran Candi Borobudur.
Ilmu pemugaran candi itu diwariskan secara turun-temurun. Mbah Atmo Jino sendiri belajar teknik tersebut dari para pemugar candi pada era Penjajahan Belanda.
Setelah sekian lama belajar dengan Mbah Atmo Jino, Mbah Man makin menyukai ilmu percandian. Pernah pada suatu hari Mbah Atmo mengajaknya untuk melakukan tapa kungkum di Sungai Opak.
Hal itu dilakukan dalam rangka untuk menajamkan pikiran dan agar pekerjaan mereka diberkati oleh Yang Maha Kuasa. Setelah kungkum di Sungai Opak, ia kemudian melanjutkan tidur di sebelah Candi Sewu.
“Malam itu saya dijumpai perempuan yang sangat tua. Rambutnya putih, memegang tongkat kayu, memakai baju jawa. Saya dituntun ke arah selatan. Sampai di patung dwarapala dia menghilang. Kemudian pagi harinya saya bercerita ke Mbah Atmo Jino. Memang di sebelah selatan itu banyak ditemukan batu-batu candi yang kami cari,”
kata Mbah Man dikutip dari kanal YouTube kancabudaya.
Pada tahun 2016, Mbah Man mendekati masa pensiun. Menjelang masa-masa itu, ia dihadapkan pada tantangan berat di mana ia harus bisa mengajar ilmu yang ia miliki pada para penerus pencari batu.
Namun tugas itu sungguh berat. Satu per satu anggota tim para pencari batu menyerah dan memilih mundur. Anggota yang tersisa pun belum menunjukkan kemampuan yang cukup dalam melakukan tugas seperti apa yang diharapkan Mbah Man.
“Karena pencari batu itu memang berat sekali. Dia harus bisa menguasai dari kaki candi sampai puncaknya, menguasai beberapa ratus jenis batu. Menguasai beberapa ratus lapis batu. Semua itu harus dihafal,” tutup Mbah Man.