Kisah Perjalanan Musafir Bertongkat Naga, Bagikan Pengalaman saat Bertemu Harimau
Didi (53 tahun) mengaku sudah 14 tahun menjadi musafir. Dengan rentan waktu yang lama itu, ia sudah pernah menjelajahi berbagai tempat, tak hanya di tanah Jawa, namun juga menyeberang hingga Kalimantan dan Sumatra. Ia pun bercerita pernah berhadapan langsung dengan seekor harimau di jalan.
Kisah perjalanan para musafir tanah Jawa selalu menarik untuk disimak. Hal inilah yang sering dilakukan Adi pemilik kanal YouTube Sinau Hurip. Sudah berapa kali ia bertemu musafir yang sedang mengarungi perjalanan, salah satunya adalah sosok musafir yang sempat hits, Joko Kendil.
Namun selain Joko Kendil, ternyata banyak sekali musafir-musafir yang bertebaran di tanah Jawa. Mereka melakukan perjalanan seorang diri, berteman dengan sunyi, menghadapi segala kondisi mulai dari hujan hingga panas terik matahari.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Pada siang yang panas itu, di salah satu titik tepi Jalan Lingkar Pati, Adi Sinau Hurip bertemu Didi (53). Dia mengaku sudah menjadi musafir selama 14 tahun. Dengan rentan waktu yang lama itu, ia sudah pernah menjelajahi berbagai tempat, tak hanya di tanah Jawa, namun juga menyeberang hingga Kalimantan dan Sumatra.
Di Sumatra ini lah ia mengaku pernah bertemu harimau di tengah jalan. Lalu seperti apa kisah perjalanan Didi selama menjadi musafir? Berikut selengkapnya:
Alasan Jadi Musafir
©YouTube/Sinau Hurip
Pada awalnya, tak pernah terlintas sedikitpun di benak Didi untuk menjadi seorang musafir. Setelah lulus kuliah, ia langsung mendapat kerja pada salah satu perusahaan provider di Jakarta.
Namun cobaan menimpanya di mana istrinya meninggal saat melahirkan beserta anak dalam kandungannya. Saat itu Didi mencoba tegar dan bangkit. Namun saat mencoba membangun usaha, ia ditipu temannya sendiri.
“Tapi Alhamdulillah Allah masih sayang sama saya. Saya disuruh datang ke Kediri. Kebetulan saat itu saya resign tapi nggak dikasih. Setelah tiga bulan saya tidak pernah masuk, dengan sendirinya kantor melepas saya,” kata Didi, dikutip dari kanal YouTube Sinau Hurip.
Di Kediri, Didi berguru pada seorang pemuka agama selama empat tahun. Setelah itu sang guru menyuruhnya jalan dan menjalani hidup sebagai musafir selama 18 tahun.
Punya Tongkat Berbentuk Naga
©YouTube/Sinau Hurip
Selama perjalanan, Didi selalu membawa tongkat berbentuk naga. Ia bercerita tongkat itu ia temukan di Pantai Pangandaran
“Bentuknya memang sudah seperti ini tapi terus saya gosok biar halus. Mulutnya juga saya ukir jadi seperti ini,” kata Didi.
Didi mengatakan, banyak orang yang ingin membeli tongkat itu. Namun ia menegaskan tak akan melepas tongkat itu kecuali kalau orang yang bersangkutan benar-benar membutuhkannya.
Perjalanan ke Kalimantan
©YouTube/Sinau Hurip
Tak hanya di Pulau Jawa, Didi mengaku pernah melakukan perjalanan ke Kalimantan. Berangkat dari Semarang dengan kapal, ia mendarat di Teluk Kumai. Dari Sampit, Kalimantan Tengah ia berjalan menjelajahi pulau itu. Di sana ia sempat mengunjungi makam Abah Guru Sekumpul.
“Selama jadi musafir, saya mendapat ketenangan hati, dekat dengan Sang Pencipta. Semakin saya jalan semakin saya merasa dekat,” tutur Didi.
Perjalanan ke Ujung Kulon
©Liputan6.com/Angga Yuniar
Salah satu tempat yang pernah dikunjungi Didi adalah Goa Sangiang Sirah yang berada di Ujung Kulon. Ia bercerita, untuk mencapai ke daerah itu, ia harus melewati perkampungan Suku Baduy Dalam. Mereka pun bisa menerima kehadiran Didi yang notabene berasal dari budaya yang berbeda dan bahasa yang berbeda pula.
“Kalau ke sana memang harus bawa bekal dulu, seperti beras, gula, kopi, indomi, karena memang nggak ada warung. Tapi di dalam goa itu anak-anak musafir lama meninggalkan peralatan seperti panci dan segala macam,” ujar Didi.
Pengalaman Bertemu Harimau
Instagram/@musa_rajekshah ©2021 Merdeka.com
Selama perjalanan menjadi musafir, Didi mengaku sering bertemu hewan liar. Bahkan dalam perjalanan dari Lampung ke Palembang pada tahun 2015, ia sempat bertemu harimau. Saat itu ia melintasi jalan poros lintas timur Sumatra. Pada suatu pertigaan, secara kebetulan ia berhadapan langsung dengan seekor harimau.
“Jujur saya takut. Tapi saya sudah dibilangin sama teman dari Sumatera, kalau ketemu sama harimau jangan berbalik arah dan jangan lari. Diam saja. Kalau kamu lari diterkam, kalau memunggungi juga diterkam. Kalau kamu diam dia ikut diam. Jadi saat itu saya diam, walaupun kaki saya bergetar semua. Setelah itu harimaunya pergi berbalik arah. Saya juga berbalik arah sambil lari,” ujar Didi sambil tertawa.