Melacak Jejak Jembatan Kereta Api yang Hilang di Jogja, Dulu Termasuk Jembatan Penting Penghubung Jalur Jakarta-Surabaya
Sebuah jembatan kereta api yang membentang di atas jalur kereta api dibangun pada tahun 1929 untuk menghubungkan jalur kereta Batavia-Surabaya.
Sekitar tahun 1920-an, sebuah jaringan jalur kereta api cepat terhubung dari Batavia hingga Surabaya. Keberadaan jalur kereta api ini membuat kedua kota besar di Pulau Jawa saat itu dapat ditempuh dalam waktu 13 jam.
Hingga akhirnya pada 1 November 1929, diluncurkan sebuah layanan kereta api cepat Batavia-Surabaya bernama Eendaagsche Express. Kereta api itu singgah di beberapa kota-kota besar seperti Cirebon, Yogyakarta, Solo, Madiun, Mojokerto, hingga berakhir di Surabaya.
-
Kenapa Jembatan Kereta Api Rancagoong bikin merinding? Bukan karena tempat tersebut angker, namun karena sempitnya jembatan dan tidak adanya pembatas di sisi kanan dan kiri jembatan.Ketinggian jembatan juga mencapai puluhan meter, sehingga para pengguna roda dua yang melintasi jembatan wajib berhati-hati.
-
Kapan Jembatan Kereta Api Rancagoong dibangun? Mengutip kanal Youtube sejarah dan bangunan lawas di Bandung, Jejak Siborik, jembatan kereta api Rancagoong dahulu merupakan jalur perlintasan kereta api yang dibangun pada 1923.
-
Bagaimana jalur kereta api di Padang Panjang di bangun? Mereka meminta insinyur dari Inggris untuk merancang jalur kereta dengan geografis di Minangkabau yang cenderung banyak bukit dan lembah.
-
Di mana letak Jembatan Kereta Api Rancagoong? Posisinya terhubung dengan permukiman warga di Rancagoong, Sukajadi, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
-
Di mana Jalur Kereta Api Kematian itu dibangun? Jalur Kereta Api Kematian atau terkenal dengan istilah “The Death Railway” merupakan sebuah jalur kereta api di Provinsi Kanchanaburi yang melewati batas negara Thailand-Myanmar.
-
Kapan jalur kereta api Jogja-Bantul ditutup? Karena kalah bersaing dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum, PJKA akhirnya menutup jalur tersebut pada tahun 1973.
Staatsspoorwegen (SS), selaku perusahaan kereta api yang memiliki jalur serta layanan kereta api cepat itu, sebelumnya telah membangun jalur kereta api yang membuat kedua kota itu terhubung. Di wilayah Yogyakarta, mereka perlu membangun beberapa jembatan untuk jaringan jalur kereta api itu. Salah satu jembatan kereta api terbilang unik. Selain membentang di atas sebuah sungai, jembatan ini juga membentang di atas jalur kereta api milik perusahaan kereta api Belanda lainnya bernama Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) yang menghubungkan Semarang-Solo-Yogyakarta.
Berikut selengkapnya dikutip dari akun Instagram @roemahtoea:
Pembangunan Derde Rail
Sebelum jembatan itu dibangun, SS bernegosiasi dengan NISM agar bisa menumpang di jalur yang sudah ada. Jalur NISM yang menghubungkan Semarang hingga Yogyakarta sudah lebih dulu dibangun, baru kemudian perusahaan SS memohon agar kereta api mereka bisa melintas di jalur yang sudah ada itu agar jalur Solo-Yogyakarta yang terputus untuk menghubungkan Batavia dan Surabaya bisa terhubung. Karena lebar jalur kereta api untuk masing-masing perusahaan berbeda, SS memasang “derde rail” di tengah jalur NISM yang lebarnya lebih besar. Setelah derde rail dipasang, jalur Batavia-Surabaya milik SS bisa tersambung pada tahun 1899.
Namun pada tahun 1925, SS memutuskan untuk membangun jalur kereta api sendiri. Jalur itu dibangun mulai dari Stasiun Solo Jebres dan posisinya berada persis di samping jalur kereta api milik NISM. Dari Stasiun Solo Balapan, jalur SS berada di sisi selatan jalur NISM. Mendekati Stasiun Maguwo, SS merancang sebuah fly over yang akan memindahkan jalur SS di selatan NISM ke sisi utara.
Fly Over Penghubung
Fly over atau jembatan itu perlu dibangun untuk menyesuaikan letak peron jalur kereta api di Stasiun Yogyakarta. Di stasiun itu, peron jalur milik SS berada di sisi utara stasiun, sedangkan peron milik NISM berada di sisi selatan.
- Melihat Jejak Peninggalan Jembatan Kereta Api Belanda di Wonosobo, Masih Utuh Sampai Sekarang
- Cara Memilih Tempat Duduk Dekat Jendela di Kereta Jakarta-Surabaya
- Menilik Sejarah Jembatan Cikacepit Pangandaran, Jembatan Kereta Api Terpanjang di Indonesia yang Kini Kondisinya Memprihatinkan
- Semarang Banjir, Sejumlah Kereta Api ke Surabaya Alami Keterlambatan
Mempertimbangkan hal tersebut, sebuah jembatan fly over dibangun di Maguwo pada Oktober 1928. Dikutip dari akun Instagram @roemahtoea, jembatan tersebut terbagi menjadi tiga bagian yaitu pilar bagian selatan dan landasan railbed, pilar bagian utara dan landasan railbed, serta konstruksi jembatan yang terbuat dari baja yang terletak di antara dua pilar.
Konstruksi baja itu memiliki berat 108.000 kg, panjang 40 meter, dan lebar 6 meter. Pilar di kedua sisi jembatan memiliki tinggi 9 meter. Proyek pengerjaan jembatan itu dilakukan sekitar 1.000-2.000 orang per hari dan melibatkan kontraktor lokal baik milik pribumi maupun Tionghoa. Akhirnya, konstruksi jembatan itu selesai dibangun pada awal tahun 1929.
Menghilang
Pada Mei 1929, semua kereta api milik SS, baik barang maupun penumpang, sudah bisa melewati jembatan baru tersebut. Dengan selesainya jembatan itu, layanan perjalanan kereta api SS dari Batavia hingga Surabaya sudah tersambung dengan sempurna.
Sayangnya kini salah satu jembatan kereta api penting yang pernah dibangun di era kolonial Belanda itu menghilang. Dikutip dari akun Instagram @roemahtoea, jembatan itu diduga dibongkar pada era penjajahan Jepang untuk pembangunan jembatan kereta api di tempat lain. Kini yang tersisa hanya dua buah pilar jembatan yang berada di sisi selatan dan utara jalur kereta api Jogja-Solo. Letaknya berada di timur Stasiun Maguwo.