Melihat Inovasi UGM dalam Menciptakan Obat Anti Kanker, dari Kulit Jeruk hingga Bisa Ular
Sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi, UGM tak pernah berhenti berinovasi. Salah satu inovasi yang dilakukan adalah di bidang penanganan penyakit kanker
Sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi, Universitas Gadjah Mada tak pernah berhenti berinovasi. Salah satu inovasi yang dilakukan UGM adalah di bidang penanganan penyakit kanker.
Seperti dilansir dari ANTARA pada Jumat (13/9), tim mahasiswa UGM meneliti kombinasi ekstrak biji salak pondok dan kulit jeruk pamelo sebagai obat alternatif herbal bagi penderita kanker serviks.
-
Bagaimana cara mencegah kanker? Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mencegah kanker, antara lain: Mengonsumsi makanan sehat, rutin berolahraga, menghindari rokok dan minuman beralkohol, melakukan deteksi dini, melakukan vaksinasi, dan mengurangi paparan sinar matahari.
-
Bagaimana cara mencegah kanker usus? Cara mencegah kanker usus adalah dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat dan melakukan pemeriksaan usus secara berkala. Berikut adalah beberapa tips yang bisa Anda lakukan untuk mencegah kanker usus: Perbanyak konsumsi sayur, buah, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Makanan-makanan ini kaya akan serat, vitamin, mineral, dan antioksidan yang bisa membantu melindungi usus dari kerusakan sel dan peradangan. Serat juga bisa membantu membersihkan usus dari sisa makanan yang bisa menjadi sumber toksin.Batasi konsumsi daging merah, daging olahan, dan makanan yang dibakar. Makanan-makanan ini mengandung zat karsinogenik, yaitu zat yang bisa merusak DNA sel dan menyebabkan kanker. Daging merah juga bisa meningkatkan kadar zat besi dalam tubuh, yang bisa merangsang pertumbuhan sel kanker. Berhenti merokok dan batasi konsumsi alkohol. Rokok dan alkohol juga mengandung zat karsinogenik yang bisa meningkatkan risiko kanker usus. Alkohol juga bisa mengganggu penyerapan folat, yaitu vitamin yang penting untuk menjaga kesehatan sel.Berolahraga secara rutin. Olahraga bisa membantu menjaga berat badan ideal, meningkatkan metabolisme, dan mengurangi peradangan di usus. Olahraga juga bisa merangsang gerakan usus, sehingga mencegah penumpukan sisa makanan di usus. Jalani skrining kanker usus secara berkala. Skrining kanker usus adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi adanya polip atau tumor di usus besar.Polip adalah benjolan yang bisa menjadi kanker jika tidak diangkat. Skrining kanker usus bisa dilakukan dengan kolonoskopi, sigmoidoskopi, tes darah samar, atau tes DNA tinja.
-
Bagaimana cara mencegah kanker pankreas? Perlu diketahui, kanker pankreas merupakan salah satu jenis kanker yang memiliki tingkat kematian yang tinggi. Namun, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah risiko terkena kanker pankreas, yaitu sebagai berikut:• Makan makanan yang mengandung serat dan antioksidan. Serat dapat membantu menjaga kesehatan pencernaan, mengurangi peradangan, dan memperlambat pertumbuhan sel kanker. Antioksidan, seperti vitamin C dan E, dapat melawan radikal bebas yang dapat merusak sel-sel pankreas.• Hindari makanan tinggi kolesterol. Kolesterol yang tinggi dalam tubuh dapat meningkatkan risiko terkena kanker pankreas. Makanan yang tinggi kolesterol biasanya adalah makanan berlemak, seperti makanan cepat saji, makanan olahan, serta makanan berminyak. • Mengurangi atau berhenti minuman beralkohol. Alkohol dapat menyebabkan kerusakan sel-sel pankreas dan meningkatkan risiko terkena kanker. • Menghindari kebiasaan merokok. Merokok diketahui merupakan salah satu penyebab utama kanker pankreas. Oleh karena itu, berhenti merokok sangat penting dalam mencegah kanker pankreas.• Olahraga Olahraga secara teratur dapat membantu menjaga berat badan ideal, mengurangi peradangan, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
-
Bagaimana cara mengobati kanker sarkoma? Pengobatan untuk sarkoma jaringan lunak dapat meliputi kemoterapi, terapi radiasi, terapi target, dan pembedahan.
-
Kapan kemoterapi digunakan untuk mengelola kanker? Saat stadium kanker semakin lanjut dan penyembuhan tampak tidak memungkinkan, maka kemoterapi dapat digunakan untuk mengecilkan tumor dan mencegah penyebaran lebih lanjut.
-
Apa manfaat utama kemoterapi bagi pasien kanker? Kemoterapi memberikan manfaat yang signifikan bagi banyak pasien kanker. Setelah menjalani kemoterapi, mayoritas pasien menunjukkan respons positif. Ada yang merespons penuh dengan hilangnya tumor sepenuhnya, sementara yang lain merespons secara parsial, di mana diameter tumor berkurang lebih dari 30 persen.
“Kami berharap dengan adanya penelitian ini dapat memperluas alternatif pengobatan pada kanker serviks menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan minim efek samping,” kata Aditya Latiful Aziz, ketua tim mahasiswa.
Berikut selengkapnya:
Biji Salak Pondok untuk Terapi Kanker Serviks
Aditya mengatakan bahwa biji salak pondok mengandung senyawa polifenol, alkaloid, dan terpenoid yang berpotensi memiliki aktivitas antioksidan. Sementara itu, pada kulit jeruk pamelo ditemukan senyawa flavonoid dan likopen yang berpotensi memiliki sifat sitotoksik pada sel kanker.
Lebih lanjut, Aditya mengatakan bahwa kombinasi biji salak dan kulit jeruk pamelo berpotensi menjadi pengobatan altiernatif kanker serviks dengan efek samping yang kecil. Sebagai pembuktian, Aditya beserta anggota timnya yang lain melakukan beberapa tahapan uji coba yaitu skrining profil fitokimia, uji in silico, uji aktivitas antiinflamasi, uji sitotoksisitas dan uji antiproliferasi dengan MTT assay, uji penghambatan migrasi sel HeLa, serta uji apoptosis.
Berdasarkan hasil penelitian selama empat bulan, terbukti kombinasi ekstrak biji salak pondoh dan kulit jeruk pamelo memiliki aktivitas anti inflamasi, menghambat migrasi sel HeLa, dan mampu memicu apoptosis pada sel kanker serviks.
- Inovasi Terkini dalam Terapi Kanker: Secercah Harapan bagi Penderita dalam Melawan Kanker
- Evolusi Sejarah Kemoterapi, dari Awal Mula Hingga Inovasi Terkini dalam Pengobatan Kanker
- Banyak yang Dibiarkan Menumpuk di Sembarang Tempat, Mahasiswa UGM Berhasil Sulap Sampah Plastik Jadi Produk Meja dan Kursi
- Mahasiswa UNY Ciptakan Inovasi Kuliner Unik untuk Para Gen-Z, Kaya Kandungan Gizi
Kombinasi Kunyit dan Graphene untuk Obat Kanker Payudara
Sebelumnya, pada Juli 2024 lalu sekelompok mahasiswa UGM berhasil mengembangkan obat kanker payudara menggunakan bahan herbal kunyit dan graphene. Selama ini, kunyit memang dikenal memiliki kandungan efektif sebagai zat anti kanker. Namun kandungan zat dalam kunyit itu belum bisa maksimal membunuh sel kanker di tubuh dengan tepat. Oleh karena itu, perlu ada penggunaan Graphene serta turunannya, yang memungkinkan kandungan yang dibawa dalam satuan nanopartikel lebih banyak dibanding dengan material lainnya.
Salah satu anggota tim, Gabriella Kanya Sapto Putri, mengatakan bahwa Graphene adalah nanobased material dua dimensi yang memiliki kekuatan hingga 200 kali lipat lebih kuat dari pada baja. Sementara itu selama ini kemoterapi oral sebagai salah satu metode pengobatan kanker memerlukan drug delivery system yang kuat untuk meningkatkan efektivitas dan menurunkan efek samping.
“Oleh karena itu, graphene digadang-gadang sebagai drug delivery system baru untuk merevolusi kemoterapi secara oral,” lanjut anggota tim lainnya, Muhammad Nino Irwana, seperti dikutip dari Ugm.ac.id.
Peptida Anti Kanker dari Bisa Ular Tanah
Dikutip dari Brin.go.id, salah satu sumber penemuan obat baru untuk peptide anti kanker yang menjanjikan adalah racun hewan seperti bisa ular. Dekan FMIPA UGM, Kuwat Triyana mengatakan bahwa bisa ular mengandung campuran berbagai jenis protein dan peptida yang dilaporkan berpotensi memiliki aktivitas biologis berupa anti kanker, agen trombolitik, antimikroba, antivirus, dan anti parasit. Salah satu bisa ular yang dapat digunakan adalah bisa ular tanah yang banyak ditemukan pada berbagai daerah di Indonesia.
Hingga kini penelitian dalam rangka penyiapan peptide yang berasal dari turunan ular dan karakteristiknya terus dilakukan. Diharapkan kerja kolaborasi antara FMIPA UGM dengan Badan Riset dan Inovasi Negara (BRIN) itu bisa menghasilkan kandidat obat baru untuk penderita kanker.
“Sejauh ini sudah ada 10 kandidat peptida yang cukup potensial sebagai obat antikanker dari lapangan yang kami ambil, namun bukti aktivitas uji in vitro masih terbatas. Dari 10 kandidat, baru empat yang sudah kami kirim ke BRIN” papar Respati Tri Swasono, Peneliti dan Dosen Kimia FMIPA UGM.